Perjalanan bisnis atau tugas dinas
ke luar kota bagi sebagian besar suami sungguh sangat menyiksa. Karenannya jika
urusan telah selesai, mereka segera bergegas pulang, tak sabar untuk
menumpahkan kerinduan pada anak istrinya di rumah. Lebih khusus tentu saja,
sama-sama kita maklumi – tentu juga merindukan sambutan hangat dari istri yang
dicintainya. Terkadang semangat dan kerinduan ini melupakan kita bahwa
sesungguhnya Islam mempunyai sekian adab dan etika tentang masalah ini. Lebih
mudahnya langsung saja kita bahas satu demi satu.
Pertama : Hendaknya tidak pulang terlampau larut malam
Dari Anas bin Malik ra, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tidak pernah mengetuk (pintu) istrinya pada malam hari. Dan beliau biasanya mendatangi mereka pada waktu pagi dan sore (HR Bukhori dan Muslim)
Dari Jabir bin Abdullah ra, Rasulullah SAW bersabda : Jika salah seorang dari kamu pergi dalam waktu yang panjang, maka janganlah mengetuk (pintu) istrinya pada malam hari ( HR Bukhori Bab Nikah dan Muslim Bab Al-Imaarah)
Sejatinya malam hari memang waktu istirahat di awalnya, dan waktu ibadah di akhirnya. Bahkan dimakruhkan berbicara tanpa keperluan setelah sholat Isya. Rasulullah SAW sendiri pun biasa tidur selepas sholat isya. Begitupun saat ini, jika tak ada tuntutan lain yang mendesak, mestinya kita bisa tidur di awal malam agar bisa 'menguasai' dan mengoptimalkan kesempatan sepertiga malam. Baik dengan tilawah, tahajud, ataupun berdzikir. Kebiasaan yang bukan sekedar sunnah, namun juga menyehatkan.
Nah, hikmah anjuran untuk tidak pulang terlalu larut tentu bisa kita tebak. Saat istri tengah beristirahat –setelah lama menanti kita-, dengan keadaan seadanya menyambut kita, sama sekali kurang romantis. Lelah bertemu lelah akan terlihat hambar dan tidak ada yang menakjubkan. Sayang bukan ?
Kedua : Beritahukan terlebih dahulu, jangan mendadak pulang atau mengejutkan saat bepergian jauh
Dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata : Kami pulang bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dari suatu peperangan, Maka ketika kami hendak masuk (ke Madinah), maka beliau berkata “ Pelan-pelanlah hingga kamu masuk (ke rumah) pada waktu malam, yakni waktu isya’ agar istri yang kusut rambutnya mengatur rambutnya, dan istri yang ditinggal pergi suaminya itu membersihkan (mencukur) bulu kemaluannya “ (HR Bukhori (XI/22) dan Muslim (VI/55)
Hasrat hati para suami memang ingin memberi kejutan. Mungkin setelah lama tak berjumpa sedikit kejutan akan terlihat membahagiakan. Namun ternyata bukan sekedar kejutan yang diinginkan oleh syariat Islam yang indah. Islam menginginkan kebahagiaan yang lebih optimal dari sekedar bertemu saja. Bukan rahasia lagi, mereka para suami istri yang berpisah pasti saling merindu jiwa dan raga. Maka alangkah indahnya jika pertemuan itu bisa disiapkan sedemikian rupa. Intinya jangan pulang mendadak, kasihan para istri jika harus kelabakan menyambut para suami apa adanya. Dalam hati mereka mungkin terbersit rasa sesal saat tak mampu menyiapkan sambutan yang menakjubkan bagi suaminya.
Jadi, beritahukanlah kepulangan Anda dan biarkan mereka para istri mempersiapkan rencana yang begitu matang dalam menyambut kita. Dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Subhanallah.
Ketiga : Jangan lupa salam hangat penutup rindu
Dari Anas bin Malik Ra, Rasulullah SAW bersabda : Wahai anakku, jika engkau masuk pada keluargamu maka ucapkanlah salam. Salammu itu akan menjadikan berkah atasmu dan atas keluargamu (HR Tirmidzi (2698) Bab Isti’dzan Wal Adab)
Pertemuan Anda dengan istri di akhir siang akan bertambah berkah dengan sebuah salam hangat penutup rindu yang terpendam sepanjang hari tadi. Barangkali satu dua ciuman hangat di kening akan melengkapi kebahagiaan Anda saat ini. Apalagi jika bidadari Anda memang benar-benar telah sibuk menyiapkan sambutan sedari tadi. Lalu ia pun menyambut hangat dekapan erat Anda, membasuh lelah dengan senyuman yang tak mungkin akan terlupakan. Rasa-rasanya dunia kembali menjadi milik Anda berdua saat ini. Subhanallah.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Wadhahi: Bahwa seorang laki-laki telah berkata : “ Ya Rasulullah, isteriku jika saya datang kepadanya, dia berkata : “ Wahai suamiku, panutan keluargaku, selamat datang ! “. Dan jika ia melihatku tengah bersedih, ia pun berkata : “ Apa yang menyedihkanmu di antara kehidupan dunia ini, tidaklah merasa cukup dengan kehidupan akhirat kelak?”. Rasulullah saw bersabda : “Beritahukan kepadanya, bahwa dia pekerja wanita dari Allah dan baginya separuh pahala mujahid “ (HR al-Kharaithi dalam Makarimul Akhlaq).
0 komentar:
Posting Komentar