Kali ini akan membahas suatu makhluk yang sudah cukup kita kenal, yang kita temui di
mana-mana namun tidak pernah benar-benar kita perhatikan, makhluk yang sangat
terampil, sangat sosial, dan sangat cerdas: “semut”. Tujuannya adalah meninjau
kehidupan penuh mukjizat makhluk mungil ini, yang tak pernah dianggap penting
dalam kehidupan kita sehari-hari.
Teknologi,
kerja gotong royong, strategi militer, jaringan komunikasi yang maju, hierarki
yang rasional dan cerdik, disiplin, perencanaan kota yang sempurna… dalam
bidang-bidang ini, yang manusia mungkin jarang cukup berhasil, semut selalu sukses. Makhluk ini, dengan
perlengkapan komplit untuk mengalahkan pesaing tangguh dan bertahan dalam
kondisi alam yang sulit, dalam penglihatan kita mungkin semua serupa. Padahal,
sebenarnya setiap spesies dari genus semut – yang jumlahnya ribuan – memiliki
ciri-ciri yang berlainan. Kami yakin bahwa makhluk yang memiliki populasi
tertinggi di dunia ini dapat membuka cakrawala baru bagi kita, dalam cakupan
ciri-ciri tersebut. Buku ini akan menyingkap dunia semut yang istimewa dan
mempesona. Kita akan menyaksikan hal-hal yang berhasil dilakukan masyarakat
semut ini dengan tubuhnya yang kecil. Akan kita saksikan pula bahwa tak ada
perbedaan sama sekali antara fosil mereka – yang tertua berusia sekitar 80 juta
tahun – dan semut yang hidup sekarang, yang kira-kira berjumlah 8800 spesies.
Saat
menjelajahi dunia semut yang istimewa ini, kita akan dibuat terkagum-kagum oleh
sistem yang sempurna ini dan semakin merasa perlu untuk berpikir dan
menyelidiki. Saat itu pula, kita akan melihat kekeliruan teori evolusi
sekaligus menyaksikan penciptaan Allah yang sempurna, sebuah karya yang maha
penting. Dalam Al Quran, mereka yang berpikir tentang alam sehingga mengenali
kemahakuasaan Allah, dipuji sebagai teladan bagi orang beriman. Ayat-ayat
berikut menjelaskan hal ini secara lengkap:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau. Maka, peliharalah kami dari siksa neraka”. (Surat Al
'Imran: 190-191)
Kami
harap buku ini membuat pembacanya berpikir lebih dalam dan mengagumi kekuasaan
tinggi Allah dan seni tiada tara dari ciptaan-Nya, Dia Yang telah menciptakan
segala sesuatu.
PENDAHULUAN
Semut
adalah makhluk hidup dengan populasi terpadat di dunia. Perbandingannya, untuk
setiap 700 juta semut yang muncul ke dunia ini, hanya terdapat 40 kelahiran
manusia. Tentu masih banyak informasi lain yang menakjubkan bisa dipelajari
tentang makhluk ini.
Semut
merupakan salah satu kelompok yang paling “sosial” dalam genus serangga dan
hidup sebagai masyarakat yang disebut “koloni”, yang “terorganisasi” luar biasa
baik. Tatanan organisasi mereka begitu maju sehingga dapat dikatakan dalam segi
ini mereka memiliki peradaban yang mirip dengan peradaban manusia.
Semut
merawat bayi-bayi mereka, melindungi koloni, dan bertempur di samping juga
memproduksi dan menyimpan makanan. Bahkan ada koloni yang melakukan pekerjaan
yang bersangkutan dengan “pertanian” atau “peternakan”. Dengan jaringan
komunikasi yang sangat kuat, hewan ini begitu unggul sehingga tak dapat
dibandingkan dengan organisme mana pun dalam segi spesialisasi dan organisasi
sosial.
Di masa
kini, para peneliti yang cerdas dan berpendidikan tinggi bekerja siang-malam
dalam pelbagai lembaga pemikiran untuk merumuskan organisasi sosial yang sukses
dan menemukan solusi yang langgeng untuk berbagai masalah ekonomi dan sosial. Para ideolog juga telah menghasilkan berbagai model sosial selama berabad-abad.
Namun secara umum, belum terlihat tatanan sosial sosioekonomis yang berhasil
dicapai melalui segala upaya intensif ini. Karena sejak dulu konsep tatanan
masyarakat manusia didasarkan pada persaingan dan kepentingan individu,
ta-tanan sosial yang sempurna tidak mungkin tercapai. Sementara, semut-semut
telah menjalani sistem sosial yang ideal bagi mereka selama jutaan tahun hingga
hari ini.
Lalu, bagaimana makhluk kecil ini membentuk
tatanan seperti itu? Jawaban untuk pertanyaan ini jelas harus dicari.
Para evolusionis mencoba menjawab pertanyaan
ini dengan klaim bahwa semut telah berevolusi 80 juta tahun yang lalu dari
Tiphiidae, sebuah genus purba rayap, dan mulai bersosialisasi 40 juta tahun
yang lalu secara seketika, “atas keinginan sendiri” dan membentuk tingkat
tertinggi dalam evolusi serangga. Namun, para evolusionis ini tidak menjelaskan
sama sekali apa penyebab perkembangan sosialisasi ini dan bagaimana prosesnya.
Perlu dicatat, mekanisme dasar evolusi mengharuskan makhluk hidup saling bertarung
hingga titik terakhir, untuk kelangsungan hidup masing-masing, oleh karena itu
setiap genus serta setiap individu di dalamnya hanya bisa memikirkan dirinya
sendiri dan anaknya. (Mengapa dan bagaimana ia mulai memikirkan anaknya juga
merupakan jalan buntu bagi Evolusi, tetapi hal ini kita abaikan dulu). Tentu
saja, bagaimana “hukum evolusi” ini dapat membentuk sistem sosial yang berpusat
pada pengorbanan, tidak terjawab.
Pertanyaan yang harus dijawab tidak hanya
itu. Mungkinkah makhluk ini, yang berat sel saraf dari sejuta ekornya hanya 20
gram, telah mengambil keputusan untuk bersosialisasi dalam kelompok “secara
begitu saja”? Atau, mungkinkah mereka berkumpul dan menetapkan peraturan untuk
sosialisasi ini setelah mengambil keputusan? Andaipun kita anggap ini mungkin,
mungkinkah bagi mereka semua untuk mematuhi sistem baru ini tanpa kecuali?
Apakah mereka lalu membentuk tatanan sosial yang maju dengan mendirikan koloni
dengan anggota berjuta-juta ekor semut, setelah mengatasi semua kemustahilan
ini?
Lalu
bagaimana “sistem kasta” muncul dari pergumulan ini? Pertama, pertanyaan ini
harus dijawab: Bagaimanakah berkembangnya perbedaan antara ratu dan pekerja?
Tentang hal ini para evolusionis berpedapat bahwa sekelompok pekerja
meninggalkan pekerjaannya dan mengembangkan fisiologi yang berbeda dengan semut
pekerja lain, dengan cara mengalami variasi genetis dalam masa panjang. Namun,
kita lalu dihadapkan pada pertanyaan bagaimana para “calon ratu” tersebut
men-dapat makanan selama masa transformasi ini. Semut ratu tidak pernah mencari
makanan. Mereka dibawakan makanan oleh pekerja. Sebagian pekerja mungkin
menganggap dirinya sebagai “ratu”, tapi bagaimana dan mengapa para pekerja lain
menerima hierarki ini? Selanjutnya, mengapa mereka mau memberi makan ratu ini?
“Perjuangan hidup” yang mereka jalani, menurut “evolusi”, mengharuskan mereka
hanya memikirkan diri sendiri.
Semua
serangga melewatkan sebagian besar waktunya mencari ma-kan. Mereka mencari dan
memakan makanan, lalu mereka lapar lagi, dan kembali pergi mencari makan.
Mereka juga lari dari bahaya. Jika kita menerima evolusi, kita juga harus
menerima bahwa dulu semut juga hidup “secara individual”, tetapi pada suatu
hari, jutaan tahun yang lalu, mereka memutuskan untuk tersosialisasi. Maka
muncul pertanyaan, bagaimana mereka “memutuskan” untuk “membentuk” tatanan
sosial ini tanpa komunikasi yang sama di antara mereka, karena menurut evolusi,
komunikasi adalah konsekuensi dari sosialisasi. Selanjutnya, persoalan
bagai-mana mereka mengembangkan mutasi genetik yang diperlukan untuk
sosialisasi ini tidak memiliki penjelasan ilmiah apa pun.
Semua
argumen ini membawa kita pada satu titik: Klaim bahwa semut mulai
“bersosialisasi” pada suatu hari jutaan tahun yang lalu melanggar semua aturan
dasar logika. Satu-satunya penjelasan yang mungkin adalah: tatanan sosial, yang
akan kita lihat perinciannya dalam bab-bab berikut, diciptakan bersamaan dengan
semut itu sendiri; dan sistem ini tidak berubah sejak koloni semut yang pertama
di bumi, hingga hari ini.
Saat
menyebutkan lebah yang tatanan sosialnya mirip dengan semut, Allah menyatakan
dalam Al Quran bahwa tatanan sosial ini telah “diwahyukan” kepada mereka:
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,
kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (Surat
an-Nahl: 68-69)
Ayat
ini menyampaikan pesan bahwa segala sesuatu yang dilakukan lebah madu diatur
oleh “wahyu” yang diberikan Allah kepada mereka. Sesuai dengan itu, semua
“rumah” atau sarang dan, karenanya, seluruh tatanan sosial dalam sarang ini dan
semua pekerjaan yang mereka lakukan untuk membuat madu, dimungkinkan oleh ilham
yang diberikan Allah kepada mereka.
Ketika
melihat semut, kita melihat bahwa keadaan mereka tidak ber-beda. Allah juga
telah mengilhami mereka dengan tatanan sosial dan mereka menurutinya secara
mutlak. Inilah sebabnya setiap kelompok semut melaksanakan tugas yang
ditugaskan kepadanya secara sempurna dan dengan kepasrahan mutlak dan tidak
menuntut lebih.
Dan inilah hukum alam. Di alam tak ada “pertarungan untuk
kelangsungan hidup” yang acak dan kebetulan, seperti yang diklaim evolusi,
tidak pernah pula ada di masa dulu. Sebaliknya, semua makhluk hidup memakan
“makanan” yang ditentukan untuk mereka dan melakukan tugas yang ditugaskan
Allah kepada mereka. Karena “tidak ada suatu binatang melata pun melainkan
Dialah yang memegang ubun-ubunnya” (Surat Hud: 56) dan “sesungguhnya Allah
Dialah Maha Pemberi rezeki” (Surat Adz-Dzariyat: 58).
BAB 1
KEHIDUPAN
SOSIAL
Telah
disebutkan bahwa semut hidup berkoloni dan di antara mereka terdapat pembagian
kerja yang sempurna. Kalau dilihat lebih teliti, kita dapati sistem mereka
memiliki struktur sosial yang cukup menarik. Mereka pun mampu berkorban pada
tingkat yang lebih tinggi daripada manusia. Salah satu hal paling menarik dibandingkan manusia, mereka tidak mengenal
konsep semacam diskriminasi kaya-miskin atau perebutan kekuasaan.
Banyak
ilmuwan yang bertahun-tahun melakukan penelitian mendalam tak mampu menjelaskan
perilaku sosial semut yang begitu maju. Caryle P. Haskins, Ph.D., kepala
Institut Carnegie di Washington menyatakan:
Setelah
60 tahun mengamati dan mengkaji, saya masih takjub melihat betapa canggihnya
perilaku sosial semut.… Semut merupakan model yang indah untuk kita gunakan
dalam mempelajari akar perilaku hewan.1
Sebagian
koloni semut begitu padat populasinya dan begitu luas daerah hidupnya, sehingga
tak mungkin bisa di-jelaskan bagaimana mereka dapat membentuk tatanan yang
sempurna. Jadi, pernyataan Dr. Haskins
sulit dibantah.
Sebagai
contoh koloni yang besar ini, misalnya spesies semut Formica
yesensis, yang hidup di pantai Ishikari, Afrika. Koloni semut ini tinggal
di 45.000 sarang yang saling berhubungan di wilayah seluas 2,7 kilometer
persegi. Koloni yang memiliki sekitar 1.080.000 ratu dan 306.000.000 pekerja
ini dinamai “koloni super” oleh para peneliti. Ditemukan bahwa semua alat
produksi dan makanan dipertukarkan dalam koloni secara tertib2.
Sungguh sulit menjelaskan bagaimana semut-semut ini mempertahankan ketertiban
tanpa masalah, mengingat luasnya tempat tinggal mereka. Harus diingat, untuk
menegakkan hukum dan menjaga ketertiban sosial, bahkan di negara beradab dengan
sedikit penduduk pun, diperlukan berbagai kekuatan keamanan. Diperlukan pula
staf administrasi yang memimpin dan mengelola unit-unit ini. Kadang-kadang
ketertiban pun tidak dapat dijaga tanpa timbul masalah, meskipun telah
diupayakan sekuat tenaga.
Namun,
koloni semut tidak memerlukan polisi, satpam, atau hansip. Dan mengingat tugas
sang ratu – yang kita ang-gap sebagai
pemimpin koloni – hanya melestarikan spesies, semut-semut ini sebenarnya tidak
punya pemimpin atau penguasa. Jadi, di antara mereka tidak ada hierarki berdasarkan
rantai komando. Lalu siapa yang menentukan ketertiban ini dan menjaga
keberlanjutannya?
Dalam
bab-bab berikut kita akan menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini dan
pertanyaan lain yang serupa.
Sistem Kasta
Setiap
koloni semut, tan-pa kecuali, tunduk pada sistem kasta secara ketat. Sistem kasta ini terdiri atas tiga bagian besar dalam koloni.
Anggota
kasta pertama adalah ratu dan semut-semut jantan, yang memungkinkan mereka
berkembang biak. Dalam satu koloni bisa terdapat lebih dari satu
ratu. Ratu
mengemban tugas reproduksi untuk meningkatkan jumlah individu yang membentuk
koloni. Tubuhnya lebih besar daripada tubuh semut lain. Sedang tugas semut
jantan hanyalah membuahi sang ratu. Malah, hampir semua semut jantan ini mati
setelah kawin.
Anggota kasta kedua adalah prajurit. Mereka
mengemban tugas seperti membangun koloni, menemukan lingkungan baru untuk
hidup, dan berburu.
Kasta ketiga terdiri atas semut pekerja.
Semua pekerja ini adalah semut betina yang steril. Mereka merawat semut induk
dan bayi-bayinya; membersihkan dan memberi makan. Selain semua ini, pekerjaan
lain dalam koloni juga merupakan tanggung jawab kasta pekerja. Mereka membangun
koridor dan serambi baru untuk sarang mereka; mereka mencari makanan dan
terus-menerus membersihkan sarang.
Di
antara semut pekerja dan prajurit juga ada subkelompok. Subkelompok ini disebut
budak, pencuri, pengasuh, pembangun, dan pengumpul. Setiap kelompok me-miliki
tugas sendiri-sendiri. Sementara satu kelompok berfokus sepenuhnya melawan
musuh atau berburu, kelompok lain membangun sarang, dan yang lain lagi
memelihara sarang.
Setiap
individu dalam koloni semut melakukan bagian pekerjaannya sepenuhnya. Tak ada
yang mencemaskan posisi atau jenis tugasnya. Ia hanya melakukan apa yang
diwajibkan. Yang penting adalah keberlanjutan koloninya.
Kalau
kita pikirkan bagaimana sistem ini berkembang, kita tidak dapat
mengingkari fakta adanya penciptaan.
Mari
kami jelaskan alasannya: Jika ada tatanan yang sempurna, secara logis kita
berkesimpulan bahwa tatanan ini tentu dibentuk oleh otak yang merencanakan.
Misalnya, tatanan disiplin dalam
militer; jelas bahwa para perwira yang mengendalikan tentara telah menetapkan
tatanan ini. Sungguh absurd kalau kita berasumsi semua individu dalam pasukan berkumpul dengan
sendirinya dan mengorganisasi diri sendiri, lalu berkelompok menurut pangkat
dan mulai bertindak sesuai pangkatnya. Lebih jauh lagi, perwira yang telah
menetapkan tatanan ini harus terus melakukan inspeksi agar tatanan ini dapat bertahan tanpa
masalah. Kalau tidak, pasukan yang diserahkan kepada prajurit saja akan berubah
menjadi kumpulan yang kacau, sedisiplin apa pun pada mulanya.
Semut
juga memiliki disiplin yang sangat mirip dengan disiplin militer. Namun, aspek
yang penting adalah tidak ada “perwira”, atau administrator yang
mengorganisasi, di mana pun juga. Berbagai sistem kasta dalam koloni semut
menjalankan tugas mereka secara sempurna, meskipun tanpa “kekuatan pusat” yang
terlihat mengawasi mereka.
Lalu,
penjelasan satu-satunya adalah bahwa kehendak pusat ini merupakan kehendak yang
“tak tampak”. Ilham yang disebut dalam Al Quran dalam pernyataan “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah”
(Surat An-Nahl: 68) adalah kekuatan yang tak tampak ini.
Kehendak
ini telah menyempurnakan perencanaan yang begitu dahsyat – yang menakjubkan
manusia saat mencoba menganalisisnya. Ketakjuban dan kekaguman seperti ini juga
telah diungkapkan oleh para peneliti dari waktu ke waktu dalam berbagai bentuk.
Kaum evolusionis, yang mengklaim bahwa sistem yang sempurna ini telah
berkembang akibat kebetulan, tidak mampu menjelaskan perilaku pengorbanan yang
merupakan pusat sistem ini. Sebuah artikel mengenai topik ini dalam Jurnal Bilim ve Teknik sekali lagi menunjukkan
ketidakmampuan tersebut:
Masalahnya adalah mengapa makhluk hidup suka
tolong-menolong. Menurut Teori Darwin, setiap makhluk hidup berjuang untuk
kelangsungan hidup dan perkembangbiakannya sendiri. Karena membantu makhluk
lain akan secara relatif mengurangi peluang kelangsungan makhluk hidup
tersebut, perilaku ini mestinya dilenyapkan oleh evolusi pada jangka panjang.
Namun, telah terbukti bahwa makhluk hidup rela untuk berkorban.
Cara klasik untuk menjelaskan fakta
pengorbanan ini adalah koloni yang
terbentuk dari individu-individu yang mau berkorban demi kepentingan kelompok
atau genus akan lebih sukses dalam evolusi daripada koloni yang terbentuk dari
individu-individu yang egois. Namun, hal yang tidak dijelaskan dalam teori ini
adalah bagaimana masyarakat yang mau berkorban ini dapat mempertahankan ciri
tersebut. Suatu individu egois yang mungkin muncul dalam masyarakat itu
mestinya akan meneruskan ciri egoisnya kepada generasi berikut, karena dia tak
akan mengorbankan dirinya. Hal samar lainnya adalah bahwa jika evolusi terjadi
pada tingkat masyarakat, sebesar apa semestinya masyarakat itu? Apakah
masyarakat itu berupa keluarga, kelompok, genus, atau kelas? Bahkan jika
evolusi terjadi bersamaan pada lebih dari satu tingkat, apa yang akan terjadi
jika kepentingan antartingkat ini bertentangan3?
Seperti yang kita lihat, mustahil menjelaskan
rasa pengorbanan pada makhluk hidup dan sistem sosial yang berdasarkan padanya
dengan teori evolusi, yakni dengan berasumsi bahwa makhluk hidup telah muncul
akibat kebetulan.
Mungkinkah
Semut Menjadi Penjaga Pintu?
Saat menganalisis detail sistem dalam koloni
semut, kita merasakan kekuatan kehendak tak tampak itu, yang menetapkan dan
mengatur sistem ini, secara lebih konkret. Marilah kita lihat detail-detail
ini.
Biasanya hubungan sarang semut dengan dunia
luar adalah melalui lubang kecil yang hanya cukup untuk seekor semut. Melewati lubang ini perlu “izin”. Dalam koloni ada sejumlah kecil semut
yang “bertugas sebagai penjaga pintu”.
“Penjaga
pintu” bertugas menjadi sumbat-hidup dengan bentuk kepalanya yang pas dengan
lubang masuk. Lebih lanjut, warna dan desain kepalanya sama dengan warna kulit
pohon di lingkungan sekitar. Penjaga pintu berjam-jam duduk di lubang masuk dan
hanya memperbolehkan masuk semut-semut yang terdeteksi termasuk koloninya
sendiri.4
Ini
berarti gagasan memiliki penjaga pintu untuk menjaga bangunan telah
dipraktikkan oleh semut penjaga pintu, sebelum manusia. Semut ini menutupi
lubang masuk dengan bagian terkuat tubuhnya, menyamarkan dirinya, dan melarang
masuk semut yang tidak mengucapkan “kata kunci” yang benar.
Jelas
sekali kenyataan bahwa kepala semut penjaga tadi pas dengan lubang, warna dan
polanya sesuai dengan lingkungan, dan ia menolak masuk siapa pun yang tidak ia
kenal, tak mungkin dilakukan atas kemauannya sendiri. Jelas ada “tokoh
intelektual“ yang mendesain tubuh semut dalam bentuk ini dan mengilhamkan tugas
yang dilakukan semut tersebut. Mengatakan bahwa semut dapat memikirkan sendiri
tugas ini dan bekerja sebagai penjaga pintu tanpa kehilangan ke-sabaran dan
tanpa menyerah, jelas bukan penjelasan yang masuk akal.
Mari
kita pikirkan: Mengapa seekor semut mau menjadi penjaga pintu? Jika boleh
memilih, untuk apa ia mengambil tugas yang paling merepotkan dan memerlukan
pengorbanan terbesar itu? Jika boleh memilih, tentu ia akan mengambil pekerjaan
yang akan memberinya lingkungan ternyaman dan pelayanan terbaik. Sebenarnya,
pilihan ini terjadi dengan ketetapan Allah. Dan semut penjaga pintu
melaksanakan tugasnya dengan penuh ketaatan. Hanya sang pencipta semut yang
mungkin telah mendesain kehidupan koloni yang demikian sempurna, untuk
menunjukkan sisi seni-Nya yang menakjubkan dan telah memberi tugas-tugas khusus
kepada koloni semut yang hidup dengan
sistem ini.
Menurut
teori evolusi, semut mestinya berkembang dalam setiap segi dan mereka mestinya
mencoba memasuki kasta yang memberi mereka hidup yang lebih nyaman. Akan
tetapi, semut penjaga pintu tidak berupaya ke arah ini, sebaliknya melaksanakan
tugas yang diilhamkan itu tanpa salah sepanjang seluruh hidup mereka.
Semut Ahli
Organisasi,
spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu, dan komunikasi dalam dunia semut
hampir sama canggihnya dengan yang dimiliki manusia. Sedemikian canggihnya sistem
itu, sehingga manusia kini memola sistem mereka menuruti sistem harmonis
tersebut. Hal ini diuraikan dalam kutipan berikut:
Ahli
komputer masa kini mencoba mereproduksi bentuk-bentuk perilaku kolektif semut
pada robot di laboratorium. Alih-alih berfokus pada program yang sangat maju,
mereka malah berkonsentrasi pada robot-robot yang bekerja sama berdasarkan unsur-unsur informasi
“sederhana”. Prinsip dasarnya sama. Alih-alih membuat sebuah robot yang sangat
canggih, mereka malah mengembangkan sekelompok robot yang tidak begitu
“cerdas”, tetapi menjalankan tugas yang sangat “rumit” seperti yang dilakukan
semut dalam koloninya.… Robot-robot ini tidak canggih dalam hal “kecerdasan”
jika dinilai satu per satu, tetapi mereka akan mencapai pembagian kerja melalui
motivasi tindakan kolektif. Ini dimungkinkan karena mereka memiliki kemampuan
untuk bertukar informasi sederhana. Hidup dan kerja sama dalam koloni semut
juga telah mempengaruhi NASA…. Organisasi ini berencana mengirimkan banyak
“robot semut” untuk penelitian di planet Mars alih-alih satu robot canggih.
Jadi, sekalipun sebagian robot ini rusak, anggota regu yang tersisa akan mampu
merampungkan tugas mereka.5
Sekarang
mari kita lihat contoh yang menarik dari dunia “semut ahli”.
Bagaimana
Hidup Berkelompok Mempengaruhi Semut?
Contoh kerja sama antara semut yang paling
jelas adalah dalam perilaku spesies semut pekerja yang disebut Lasius emarginatus. Individu spesies ini memiliki afiliasi yang menarik satu sama lain.
Kegiatan sekelompok empat semut pekerja yang bekerja dengan tanah ini terus
berlanjut saat mereka terpisah dari kelompok yang besar. Namun, jika ada benda,
seperti gelas atau batu, di antara mereka yang mencegah mereka saling melihat,
kecepatan kerja mereka melambat.
Contoh
lain adalah ketika semut api terpisah dari kelompoknya oleh rintangan tipis,
mereka mencoba mencapai anggota lain koloninya dengan menusuk penghalang ini.
Terjadi
banyak variasi pada perilaku semut ketika jumlah individu dalam kelompok
berubah. Ketika jumlah semut dalam sarang meningkat, teramati bahwa kegiatan
setiap individu secara proporsional juga meningkat. Begitu semut pekerja berkelompok,
mereka berkumpul, menjadi tenang, dan menghabiskan lebih sedikit energi. Telah
ditemukan bahwa dalam sebagian spesies semut, begitu populasi meningkat, jumlah
oksigen yang digunakan menurun.
Semua
contoh ini menunjukkan bahwa semut tak dapat bertahan hidup sendirian. Makhluk
kecil ini telah diciptakan dengan ciri-ciri yang memungkinkan mereka hidup
hanya dalam kelompok atau malahan nanya dalam koloni. Dan ini
membuktikan betapa klaim-klaim evolusionis mengenai proses bersosialisasi semut
bertentangan dengan realitas. Sungguh mustahil semut-semut tersebut hidup
sendirian ketika pertama kali diciptakan, lalu bersosialisasi dan membentuk
koloni. Seekor semut yang menghadapi lingkungan seperti itu mustahil bisa
bertahan hidup. Ia harus berkembang biak, membangun sarang untuk dirinya dan
larvanya, mencari makan untuk diri dan keluarganya, menjadi penjaga pintu,
men-jadi prajurit, dan juga pekerja yang merawat larvanya…. Kita tak bisa
mengklaim bahwa di zaman dulu semua pekerjaan yang memerlukan pembagian tugas
yang ekstensif ini dapat dilaksanakan oleh seekor semut saja atau bahkan
beberapa ekor semut. Selanjutnya, mustahil dibayangkan bahwa mereka berupaya
menuju sosialisasi sembari melaksanakan berbagai tugas sehari-hari ini.
Kesimpulan
dari semua ini: Semut adalah makhluk yang hidup dalam sistem sosial dan
berkelompok sejak hari mereka pertama diciptakan. Semua ini juga membuktikan
bahwa semut muncul pada satu saat dengan segala ciri-ciri lengkapnya. Dengan
kata lain, mereka telah “diciptakan”.
Markas Ideal
Mari
kita luaskan sedikit contoh pasukan yang disampaikan sebelum-nya. Bayangkan
Anda tiba di markas tentara yang luar biasa besar, tetapi sangat teratur.
Tampaknya Anda tidak dapat masuk karena petugas keamanan di gerbang tidak
mengizinkan masuk orang yang tidak dikenal. Bangunan tersebut dilindungi oleh
sistem keamanan yang diawasi ketat.
Sekarang,
misalkan saja Anda berhasil masuk. Di dalam, berbagai kegiatan sistematis dan
dinamis akan memesona Anda, karena ribuan prajurit sedang melaksanakan tugas
mereka dengan teramat tertib. Saat Anda meyelidiki rahasia keteraturan ini,
tampak bahwa bangunan itu telah dirancang dalam bentuk yang sepenuhnya cocok
bagi penghuninya untuk bekerja. Ada departemen khusus untuk setiap tugas dan
semuanya dirancang supaya prajurit dapat bekerja se-mudah mungkin. Misalnya,
bangunan ini memiliki lantai-lantai di bawah tanah, tetapi departemen yang
memerlukan energi matahari lokasinya memperoleh sinar matahari dengan sudut
sebesar mungkin. Dan departemen-departemen yang harus senantiasa saling
berhubungan dibangun sangat berdekatan sehingga memudahkan akses. Gudang-gudang
penyimpan kelebihan bahan juga dirancang sebagai departemen terpisah di satu
sisi bangunan. Lokasi gudang-gudang penyimpanan itu nyaman serta mudah diakses.
Dan tepat di tengah bangunan terdapat ruang luas di mana semua orang dapat
berkumpul.
Keunikan
markas tersebut bukan hanya itu. Meski luas, bangunan ini dipanaskan secara
seragam. Suhu tetap konstan sepanjang hari berkat sistem pemanas sentral yang sangat
canggih. Penyebab lainnya adalah sekat luar
yang sangat efektif melawan segala kondisi cuaca.
Jika
ditanya bagaimana dan oleh siapa markas semacam ini dirancang, semua orang akan
menjawab bahwa markas ini dirancang dengan teknologi tinggi oleh kerja tim
profesional. Bangunan markas seperti ini hanya bisa dibangun oleh mereka yang
memiliki tingkat pendidikan, budaya, kecerdasan, dan logika tertentu.
Namun,
bangunan markas ini sebenarnya adalah sebuah sarang semut. (lihat halaman
sebelah)
Menghimpun
informasi yang diperlukan untuk membangun markas semacam ini memakan sebagian
besar usia manusia. Namun, seekor semut yang baru menetas dari telur sudah tahu
tugasnya saat itu juga dan mulai bekerja tanpa membuang waktu. Ini menunjukkan
bahwa semut memiliki informasi tersebut
sebelum ia lahir. Semua informasi tersebut diilhamkan dalam diri semut pada
saat penciptaannya oleh Allah Yang Maha Kuasa yang menciptakan mereka.
Organisasi Diri pada Semut
Dalam
dunia semut tak ada pemimpin, perencanaan, atau pemrograman. Dan yang
terpenting adalah bahwa tak ada rantai komando, seperti sudah disebutkan
terdahulu. Tugas-tugas terumit dalam masyarakat ini terlaksana tanpa tertunda
karena adanya organisasi diri yang sangat canggih. Misalkan contoh berikut ini:
Bila koloni
mengalami paceklik, semut pekerja segera berubah menjadi semut “pemberi makan”
dan mulai memberi makan sesamanya dengan partikel makanan dalam perut
cadangannya. Bila koloni kelebihan makanan, mereka melepaskan identitas ini dan
kembali menjadi semut pekerja.
Pengorbanan
yang ditunjukkan ini benar-benar pengorbanan tingkat tinggi. Sementara manusia
belum berhasil memerangi kelaparan di dunia, semut telah menemukan penyelesaian
praktis untuk masalah ini: berbagi segalanya, termasuk makanan. Ya, inilah contoh
pengorbanan nyata. Memberi segala miliknya termasuk makanan, tanpa ragu, agar
semut lain tetap hidup, hanyalah salah satu contoh pengorbanan di alam yang tak
mampu dijelaskan teori evolusi.
Bagi
semut tidak ada masalah kepadatan penduduk. Sementara kota-kota besar milik
manusia saat ini menjadi sulit ditinggali akibat migrasi, ketiadaan
infrastruktur, salah alokasi sumber daya dan pengangguran, semut dapat
mengelola kota bawah tanah mereka, yang berpopulasi 50 juta ekor, dengan
keteraturan luar biasa tanpa merasa
kurang sesuatu apa. Setiap semut mampu cepat beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi dalam lingkungannya. Agar hal seperti ini bisa
terjadi, semut tentu telah diprogram secara fisik dan psikologis.
Agar
sistem yang sangat terorganisasi ini muncul, mesti ada “kehendak utama” yang
mengilhami mereka mengerjakan tugas dan memerintah mereka . Kalau tidak, pasti
terjadi kekacauan besar, bukan ketertiban. Dan kehendak utama ini adalah milik
Allah, yang memiliki segala sesuatu, yang Maha Kuasa, yang mengarahkan semua
makhluk hidup dan memerintah mereka melalui ilham.
Kenyataan
bahwa semut terus-menerus berjuang tanpa memikirkan keuntungan, adalah bukti
bahwa mereka bertindak atas ilham sesosok “perwira”. Ayat di bawah sepenuhnya
menegaskan bahwa Allah adalah penguasa dan pengawas segala sesuatu dan bahwa
setiap makhluk hidup bertindak atas ilham-Nya:
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan
Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang
ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di
atas jalan yang lurus. (Surat Hud: 56)
footnotes:
1) National Geographic, vol. 165, no. 6 hlm. 775
2) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 1.
3) Bilim ve Teknik Dergisi (Jurnal Sains dan Teknik),
ed: 190, hlm. 4.
4) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 330-331
5) Focus Dergisi (Majalah Focus), Oktober 1996
6) Focus Dergisi (Majalah Focus), Oktober 1996
BAB 2
KOMUNIKASI DALAM MASYARAKAT
Al
Quran memberi informasi menarik saat membicarakan tentara Nabi Sulaiman as. dan
menyebut adanya “sistem komunikasi” yang maju di antara semut. Ayat itu sebagai
berikut:
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah
seekor semut: "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar
kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari. (Surat An-Naml: 18)
Penelitian
ilmiah tentang semut pada abad ini me-nunjukkan adanya jaringan komunikasi yang
luar biasa di antara makhluk ini. Dalam artikel di majalah National Geographic,
hal ini dijelaskan:
Dalam
kepala semut terdapat organ-organ indra maje-muk, besar dan kecil, untuk
menangkap isyarat visual dan kimiawi yang vital bagi koloni, yang mungkin
terdiri atas sejuta lebih pekerja, yang semuanya betina. Otaknya mengandung
setengah juta sel saraf; matanya majemuk, antenanya berfungsi sebagai hidung
dan ujung jari. Tonjolan di bawah mulut menjadi indra pengecap;
bulu menjadi indra peraba.7
Sekalipun
tidak kita perhatikan, semut memiliki metode komunikasi yang cukup berbeda
berkat organ pengindra mereka yang peka. Mereka menggunakan organ indra ini
setiap saat dalam hidup mereka, dari menemukan mangsa hingga saling mengikut
sesamanya, dari membangun sarang hingga bertarung. Sistem komunikasi mereka
membuat kita – sebagai manusia yang berakal budi – kagum pada 500.000 sel saraf
yang termuat dalam 2 atau 3 milimeter
tubuh mereka. Harus kita ingat di sini, setengah juta sel saraf dan sistem komunikasi
yang rumit tersebut dimiliki oleh semut yang ukuran tubuhnya hampir
sepersejuta tubuh manusia.
Dalam
penelitian yang dilakukan pada makhluk sosial seperti semut, lebah, dan rayap
yang hidup berkoloni, respon hewan-hewan ini dalam proses komunikasi
digolongkan dalam beberapa kategori utama: meng-ambil posisi siaga, bertemu,
membersihkan, bertukar makanan cair, mengelompok, mengenali, mendeteksi kasta.…
8
Semut,
yang membentuk struktur sosial yang tertib dengan berbagai respon ini,
menjalani hidup berdasarkan pertukaran berita timbal balik dan mereka tidak
mengalami kesulitan melakukannya. Dapat dikatakan bahwa semut, dengan sistem
komunikasi yang mengesankan itu, seratus persen berhasil dalam hal-hal yang
kadang tak dapat diselesaikan atau disepakati manusia melalui berbicara
(misalnya bertemu, bercerita, mem-bersihkan, bertahan dan lain-lain).
Pertukaran Berita Antara Kelompok Semut
Pertama-tama
semut pencari pergi ke sumber makanan yang baru ditemukan. Lalu mereka
memanggil semut lain dengan cairan yang mereka sekresikan dalam kelenjar yang
disebut feromon(*). Saat kerumunan di sekitar makanan membesar,
sekresi feromon membatasi pekerja lagi. Jika makanan sangat kecil atau jauh,
pencari menyesuaikan jumlah semut yang mencoba mencapai makanan dengan
mengeluarkan isyarat. Jika makanan besar, semut mencoba lebih giat untuk
meninggalkan lebih banyak jejak, sehingga lebih banyak semut dari sarang yang
membantu para pemburu. Apa pun yang terjadi, tak pernah ada masalah dalam
konsumsi makanan dan pemindahannya ke sarang, karena di sini ada “kerja tim”
yang sempurna.
Contoh lain berkaitan dengan semut penjelajah
yang bermigrasi dari sarang ke sarang. Semut ini mendekati sarang tua dari
sarang yang baru ditemukan dengan meninggalkan jejak. Para pekerja lain
memeriksa sa-rang baru itu dan jika mereka yakin, mereka juga mulai
meninggalkan feromon mereka sendiri (jejak kimiawi) di atas jejak lama. Oleh
karena itu, semut yang berjalan di antara dua sarang itu meningkat jumlahnya
dan mereka menyiapkan sarang. Selama pekerjaan ini, semut pekerja tidak
bersantai. Mereka membangun organisasi dan pembagian kerja tertentu di antara
mereka. Tugas seluruh kelompok yang diperkirakan oleh semut yang mendeteksi
sarang baru adalah sebagai berikut:
1. Bertindak sebagai pengumpul di
wilayah baru.
2. Datang ke wilayah baru dan
berjaga.
3. Mengikuti penjaga untuk menerima
perintah pertemuan.
4. Membuat survei terperinci
wilayah tersebut.
Tentu saja, kita tidak bisa menyepelekan saja
tanpa perenungan bahwa rencana aksi sempurna tersebut telah dipraktikkan semut
sejak hari pertama mereka muncul. Pembagian kerja yang disyaratkan rencana
seperti ini tidak dapat diterapkan oleh individu yang hanya memikirkan hidup
dan kepentingannya sendiri. Lalu muncullah pertanyaan berikut: “Siapa yang
mengilhamkan rencana ini dalam diri semut selama berjuta tahun dan siapa yang
memastikan penerapannya?” Sewajarnya, diperlukan kecerdasan dan kekuasaan
tinggi untuk komunikasi kelompok yang unggul ini. Kebenarannya jelas. Allah, Pencipta segala makhluk dan
pemilik kebijakan tak terbatas, memberi kita jalan untuk memahami kekuasaan-Nya
dengan menampilkan dunia semut yang sistematis ini.
Komunikasi Kimiawi
Semua
kategori komunikasi yang disebut di atas dapat dikelompokkan dalam judul
“Isyarat Kimiawi”. Isyarat kimiawi ini memainkan peran terpenting dalam
organisasi koloni semut. Semiokemikal adalah nama umum zat kimia yang digunakan
semut untuk tujuan menetapkan komunikasi. Pada dasarnya ada dua jenis
semiokemikal, yaitu feromon dan alomon.
Alomon
adalah zat yang digunakan untuk komunikasi antargenus. Namun, seperti yang
dijelaskan sebelumnya, feromon adalah isyarat kimiawi yang terutama digunakan
dalam genus yang sama dan saat disekresikan oleh seekor semut dapat dicium oleh
yang lain. Zat kimia ini diduga di-produksi dalam kelenjar endokrin. Saat semut
menyekresi cairan ini sebagai isyarat, yang lain menangkap pesan lewat bau atau
rasa dan menanggapinya. Penelitian mengenai feromon semut telah menyingkapkan
bahwa semua isyarat disekresikan menurut kebutuhan koloni. Selain itu, konsentrasi
feromon yang disekresikan semut bervariasi menurut kedaruratan situasi9.
Seperti terlihat, diperlukan pengetahuan kimia yang
mendalam untuk mengelola tugas yang dilakukan semut. Kita dapat menganalisis
zat kimia yang diproduksi semut hanya melalui uji laboratorium, dan harus
menuntut ilmu bertahun-tahun untuk dapat melakukannya. Namun semut dapat menyekresikan zat ini kapan saja
mereka perlu, dan telah melakukannya sejak hari mereka menetas, serta tahu
betul tanggapan apa yang perlu diberikan kepada setiap sekresi.
Kenyataan
bahwa mereka dapat mengidentifikasi zat kimia secara tepat begitu menetas
menunjukkan adanya “instruktur” yang memberi mereka pen-didikan ilmu kimia saat
menetas. Mengklaim hal sebaliknya berarti menerima bahwa semut telah mempelajari
ilmu kimia perlahan-lahan dan mulai melakukan percobaan: ini melanggar logika.
Semut mengenal zat-zat kimia ini tanpa pendidikan apa pun saat menetas. Kita
tak bisa berkata bahwa semut lain atau makhluk hidup lain adalah “guru” semut
itu. Tak ada serangga, tak ada makhluk hidup –
termasuk manusia – yang mampu
mengajari semut cara memproduksi zat kimia dan berkomunikasi dengannya. Jika
ada tindakan pengajaran sebelum lahir, satu-satunya kehendak yang mampu
melakukan tindakan ini adalah Allah, yang merupakan Pencipta segala makhluk dan
“Rabb (Pendidik)” langit dan bumi.
Banyak
orang bahkan tak tahu arti “feromon”, sesuatu yang disekresi semut
terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari. Namun berkat zat-zat kimia ini,
setiap semut yang baru menetas mampu melakukan sistem komunikasi sosial yang
sempurna; sistem komunikasi sosial yang tak menyisakan ruang untuk meragukan
adanya sang Pencipta dengan kekuasaan tak terbatas.…
Kelenjar Endokrin
Pada
dasarnya terdapat beberapa kelenjar endokrin tempat reaksi kimia kompleks yang
telah kita bicarakan terjadi. Sekresi yang dihasilkan dalam enam kelenjar
endokrin memungkinkan korespondensi kimiawi antarsemut. Akan tetapi,
hormon-hormon ini tidak menunjukkan ciri-ciri yang sama dalam setiap spesies
semut; setiap kelenjar endokrin memiliki fungsi terpisah dalam spesies semut
yang berbeda. Sekarang mari kita telaah lebih dekat kelenjar-kelenjar endokrin
ini.
Kelenjar
Dufour. Hormon yang diproduksi dalam kelenjar ini di-gunakan dalam perintah
tanda bahaya dan berkumpul untuk menyerang.
Kantung
Racun: Produksi asam format dalam jumlah besar terjadi dalam kantung racun. Di
sini pula dibentuk racun yang diproduksi untuk digunakan selagi menyerang dan
bertahan. Contoh terbaik hormon ini terdapat pada semut api. Racun
semut ini dapat melumpuhkan hewan kecil dan mencederai manusia.
Di
hutan yang dihuni semut yang memproduksi asam format, peneliti menemukan asam
format pada tingkat yang tak bisa dijelaskan. Semua teori yang diajukan
terbukti keliru dan semua penelitian yang dilakukan tak membuahkan hasil apa
pun. Pada akhirnya, keyakinan umum para ilmuwan berkembang seperti berikut:
Asam
format di hutan dibentuk oleh asam yang berasal dari penguapan asam yang
diproduksi semut, menghasilkan perubahan ekologis. Maksudnya, makhluk mikro ini
mampu memproduksi dan, jika perlu, menggunakan asam, dalam skala yang bahkan
dapat mempengaruhi atmosfer daerah yang mereka huni tanpa membahayakan diri
mereka sendiri dan ini membingungkan para peneliti.10
Kelenjar Pigidial: Tiga
macam spesies semut menggunakan sekresi yang diproduksi kelenjar ini sebagai
sistem tanda bahaya. Semut panen gurun besar mengirimkan hormon ini dalam
bentuk bau yang kuat dan mengeluarkan tanda bahaya panik; dan Pheidole
biconstricta, spesies semut di Amerika selatan, menggunakan sekresi yang
dihasilkannya dalam kelenjar ini untuk tanda penyerangan dan pertahanan
kimiawi.
Kelenjar
Sternal: Sekresi di sini digunakan selama migrasi koloni, melacak mangsa, dan
mengumpulkan “prajurit”. Fungsi paling orisinal sekresi ini adalah melumasi
daerah perut ketujuh, yang sering harus diputar saat menyemprotkan racun.
Dengan ini pemutaran tubuh untuk menyemprotkan racun menjadi lebih mudah. Tanpa
kelenjar ini, yang merupakan pusat produksi zat pelumas mikroskopis, sistem
pertahanan semut tidak akan efisien.
Namun,
kenyataannya tidaklah demikian, karena adanya rancangan sempurna ini: Cara
semut mungil memutar tubuh untuk menyemprotkan racun telah ditentukan,
sebagaimana telah ditakdirkan di mana dan bagaimana produksi pelumas yang
diperlukan untuk mengurangi tekanan saat memutar tubuh ini.
Kelenjar
metapleural: Telah ditemukan bahwa sekresi dari kelenjar ini adalah antiseptik,
yang melindungi permukaan tubuh dan sarang dari mikroorganisme. Misalnya, asam
yang merupakan sejenis antibiotika selalu terdapat pada tubuh semut Atta pada
jumlah yang senantiasa 1,4 mikrogram. Semut pekerja menyekresikan hormon
antiseptik ini dalam jumlah kecil dari waktu ke waktu. Selanjutnya, jika
diserang, ia mengeluarkan hormon ini untuk mengusir musuh.11
Jangan
lupa bahwa semut tidak tahu cara melindungi diri dari mikroba, bahkan tidak
mengetahui adanya mikroba. Tapi tubuhnya menghasilkan obat untuk melawan
musuhnya tanpa ia sadari. Kenyataan bahwa dalam tubuh semut selalu ada hormon
antiseptik dengan jumlah 1,4 mikrogram adalah detail yang telah dipikirkan
dengan ketelitian tinggi. Karena Dia yang menciptakan semut adalah Dia yang
memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang diciptakan-Nya dengan detail
terkecil dan Dia yang sesungguhnya Maha Pemurah.
Seperti
yang telah ditunjukkan, semua kelenjar endokrin yang disebut dalam bab ini
adalah unit yang berfungsi vital untuk semut. Hilang atau tak berfungsinya
kelenjar mana pun akan berpengaruh buruk pada seluruh hidup sosial dan fisik
semut. Bahkan, semut itu tak akan mampu bertahan hidup.
Ini
meruntuhkan klaim teori evolusi bahwa makhluk hi-dup berkembang secara bertahap
dan berawal dari bentuk primitif, yang berangsur-angsur makin maju akibat
rangkai-an kebetulan yang menguntungkan. Jika demikian berarti pada tahap-tahap
sebelumnya semut tidak memiliki sebagian ciri-ciri fisiologis mereka hari ini
dan baru memperoleh-nya belakangan. Namun, semua sekresi semut yang kita bahas
di atas adalah vital, dan tanpanya spesies semut mustahil mampu bertahan hidup.
Semua
ini membawa kepada kesimpulan bahwa sejak awal semut sudah diciptakan bersama
kelenjar-kelenjar endokrin dan fungsi-fungsi vital ini. Jadi, mereka tidak
pernah menunggu perkembangan kelenjar endokrin yang diperlukan selama ratusan
ribu tahun agar dapat memiliki sistem komunikasi dan pertahanan. Jika tidak,
mustahil genus semut mampu bertahan hidup. Penjelasan satu-satunya adalah bahwa
spesies semut pertama yang ada di bumi bertahan hidup dalam bentuk yang sama
sempurnanya dan sama lengkapnya seperti hari ini. Sistem sempurna ini
pastilah karya seni sesosok perancang
yang cerdas. Jika kita sekarang bisa membicarakan masyarakat semut yang
berpopulasi miliaran ekor, kita harus mengakui bahwa Pencipta yang satu telah
menciptakan semua ini sekaligus.
Kartu Identitas Semut: Bau Koloni
Telah
disebutkan sebelumnya bahwa semut dapat saling mengenali dan membedakan
keluarga dan temannya yang sekoloni. Para ahli zoologi masih menyelidiki
bagaimana semut dapat mengenali keluarganya. Sementara manusia tak dapat
membedakan beberapa semut yang mungkin ia temui, mari kita lihat sekarang
bagaimana makhluk yang sangat serupa ini dapat saling mengenali.
Semut
dapat dengan mudah mendeteksi apakah seekor semut lain berasal dari koloni yang
sama atau tidak. Semut pekerja menyentuh tubuh semut satunya untuk
mengenalinya, kalau-kalau semut itu
memasuki sarangnya. Ia dapat langsung membedakan semut yang sekoloni dengan-nya
dan yang tidak, berkat adanya bau koloni khusus pada tubuh. Jika semut yang
memasuki sarang adalah semut asing, gerombolan semut akan menyerang tamu tak
diundang ini secara kejam. Penghuni sarang menggigiti tubuh semut asing ini
dengan rahang mereka yang kuat dan membuatnya tak berdaya dengan asam format,
sitronelal, dan zat beracun lain yang mereka sekresikan.
Jika tamunya
berasal dari spesies yang sama tetapi dari koloni lain, mereka juga dapat
memahaminya. Dalam hal ini, semut tamu diterima di dalam
sarang. Akan tetapi, semut tamu ini diberi makanan lebih sedikit sampai ia
memperoleh bau koloni tersebut.12
Bagaimana Bau Koloni Diperoleh?
Sumber
bau yang memastikan untuk bisa dikenali oleh semut se-koloni tidak dapat
sepenuhnya dijelaskan. Namun, sejauh yang telah ditemukan, semut menggunakan
hidrokarbon untuk membedakan bau di antara mereka.
Percobaan
yang dilakukan menunjukkan bahwa semut yang sespesies tapi tidak sekoloni dapat
saling mengenali melalui perbedaan hidro-karbon. Percobaan yang menarik
dilaksanakan untuk memahami hal ini. Pertama, pekerja-pekerja sekoloni disirami
cairan yang membawa bau semut yang sespesies dengan mereka, tetapi tidak
sekoloni. Diamati bahwa sementara semut lain yang sekoloni menampilkan perilaku
agresif kepada semut yang disiram cairan tersebut, koloni lain yang baunya
digunakan untuk percobaan ini tidak bereaksi melawan pekerja-pekerja ini.13
Apakah Bau Koloni Ini Mengalami Evolusi?
Hal
penting mengenai bau koloni untuk direnungkan dengan hati-hati adalah masalah
evolusi. Bagaimana mekanisme evolusi menjelaskan kenyataan bahwa semut, atau
anggota koloni serangga lain (lebah, rayap, dan lain-lain) dapat mengenali
temannya melalui feromon eksklusif?
Orang
yang mencoba membela teori evolusi, meskipun ada berbagai ketidakmasukakalan,
mengklaim bahwa feromon adalah hasil seleksi alam (pelestarian perubahan
menguntungkan dan penghilangan perubahan yang berbahaya yang terjadi pada
makhluk hidup). Namun, ini tak mungkin terjadi dalam spesies serangga mana pun,
termasuk semut. Contoh yang paling mencolok untuk hal ini adalah lebah madu.
Saat menyengat musuh, lebih madu menghasilkan feromon yang memberi tahu lebah
lainnya akan adanya bahaya. Namun, setelah itu ia langsung mati. Dalam hal ini,
ini berarti bahwa feromon ini diproduksi hanya sekali. Karenanya “perubahan
menguntungkan” seperti ini tak mungkin diteruskan ke generasi berikut dan
dilestarikan oleh seleksi alam. Penjelasan ini menunjukkan bahwa komunikasi
kimiawi di antara spesies serangga yang memiliki sistem kasta ini tak mungkin
berevolusi dengan metode seleksi alam. Ciri-ciri serangga ini, yang sama sekali
meng-gugurkan teori seleksi alam, menunjukkan sekali lagi bahwa Dia yang
menetapkan jaringan komunikasi di antara mereka adalah Dia “yang men-ciptakan
mereka pertama kali.”
Ajakan Semut
Semut
memiliki tingkat pengorbanan diri yang sangat tinggi dan, karenanya, mereka
selalu mengundang teman mereka ke setiap sumber makanan yang ditemukan dan
mereka berbagi makanan.
Dalam
situasi seperti ini, semut yang menemukan makanan meng-arahkan semut lain ke
situ. Untuk hal ini metode berikut digunakan: Semut penjelajah pertama yang
menemukan sumber makanan mengisi temboloknya dan pulang. Selagi pulang, ia
menyeret perutnya di tanah sebentar-sebentar dan meninggalkan isyarat kimiawi.
Namun, ajakan ini tidak berakhir di sini. Ia mengitari bukit semut beberapa
kali sejenak. Ia melakukannya sekitar tiga hingga enam belas kali. Gerakan ini
memastikan adanya hubungan dengan teman-teman sesarang. Ketika si penjelajah
ingin kembali ke sumber makanan, semua teman yang telah ditemuinya ingin
mengikutinya. Namun, hanya teman yang berada dalam kontak antena terdekat dapat
menemaninya keluar. Saat mencapai makanan, semut pencari langsung kembali ke
bukit dan mengambil peran sebagai tuan rumah. Semut pencari dan teman-teman
pekerja lainnya saling terhubung melalui isyarat indra terus-menerus dan melalui
hormon feromon pada permukaan tubuh mereka.
Semut
dapat mencapai sasaran dengan mengikuti jejak ke makanan, meskipun tak ada lagi
semut yang mengajak. Berkat adanya jejak yang dibuat penjelajah dari makanan ke
sarang, saat penjelajah tiba di sarang dan melakukan “tarian batu”, teman-teman
sarangnya mencapai sumber makanan tanpa bantuan dari si pengajak.
Sisi
lain yang menarik dari semut adalah banyaknya produksi senyawa kimia yang
digunakan dalam proses ajakan, masing-masing dengan fungsi berlainan. Tidak diketahui
mengapa begitu banyak zat kimia yang digunakan agar mereka bisa berkumpul di
sekeliling sumber makanan .Tetapi, sejauh yang bisa dilihat, keanekaragaman zat
kimia tersebut memastikan setiap jejak itu berbeda-beda. Selain itu, semut
menyampaikan isyarat berbeda-beda saat mengirim pesan, dan intensitas setiap
isyarat pun berbeda-beda. Mereka meningkatkan intensitas isyarat ketika koloni
lapar atau ketika diperlukan daerah sarang yang baru.
Solidaritas
dalam masyarakat semut pada tingkat setinggi ini dapat dipandang sebagai
perilaku yang patut direnungkan dan diteladani manusia. Jika dibandingkan
dengan manusia yang tak ragu melanggar hak orang lain demi kepentingan sendiri
– satu-satunya hal yang mereka pikirkan
– semut yang sangat mengorbankan diri itu jauh lebih etis.
Tidak
mungkin menjelaskan perilaku semut yang sama sekali tidak egois ini dalam
kerangka teori evolusi. Ini karena evolusi mengasumsikan satu-satunya aturan di
alam adalah pertarungan demi kelangsungan hidup dan konflik yang menyertainya.
Namun, ciri-ciri perilaku yang ditampilkan semut dan banyak hewan lain
menyanggah hal ini dan menunjukkan realitas pengorbanan.
Sebenarnya,
teori evolusi tidak lebih dari usaha mereka yang ingin mengesahkan keegoisan
mereka sendiri dan menimpakan keegoisan ini ke seluruh alam.
Fungsi Sentuhan dalam Komunikasi Kimiawi
Komunikasi
semut dengan bersentuhan antena dalam memelihara organisasi intrakoloni
membuktikan penggunaan “bahasa antena” dalam arti sepenuhnya.
Isyarat
antena semut yang dilakukan dengan bersentuhan ini digunakan untuk berbagai
tujuan, misalnya dimulainya makan, ajakan, dan pertemuan sosial agar
teman-teman sesarang saling mengenal. Contohnya, dalam sejenis spesies semut
pekerja yang hidup di Afrika, para pekerja pertama-tama bersentuhan antena
ketika bertemu. Di sini “berjabatan antena” berarti sapaan dan ajakan masuk
sarang.
Gerakan
ajakan ini sangat jelas dalam beberapa spesies semut (Hypo ponera). Saat dua ekor pekerja bertemu berhadapan, semut
pengajak memiringkan kepalanya ke samping 90 derajat dan menyentuh bagian atas
dan bawah kepala temannya dengan antena. Semut yang diajak menanggapi dengan
cara yang sama.14 Saat semut menyentuh tubuh teman sarangnya, tujuannya
bukanlah memberi informasi, melainkan memperoleh informasi dengan mendeteksi
zat kimia yang disekresi. Seekor semut mengetuk ringan tubuh teman sarangnya
dan menyentuh kuat dengan antena. Kalau ia mendekati teman sarangnya, tujuannya
adalah membawa isyarat kimiawi sedekat mungkin. Alhasil, ia akan mampu
mendeteksi dan mengikuti jalur bau yang baru ditinggalkan temannya dan mencapai
sumber makanan.
Contoh
paling mencolok yang dapat diajukan untuk komunikasi dengan sentuhan ini adalah
semut yang memberi makan semut lain dengan makanan yang disimpan dalam
temboloknya, dengan cara mengeluarkan makanan itu dari mulutnya dengan sentuhan
pendek. Dalam percobaan menarik yang dilakukan pada topik ini, berbagai bagian
tubuh semut pekerja dari spesies Myrmica
dan Formica distimulasi dengan bulu
manusia dan berhasil dibuat mengeluarkan makanan cair dari mulut. Semut yang
paling peka adalah semut yang baru makan dan sedang mencari teman sarangnya
untuk berbagi apa yang baru dimakannya. Para peneliti mencatat bahwa beberapa
serangga dan parasit menyadari adanya taktik semacam ini dan mereka mendapat
makanan dengan mempraktikkan metode ini. Yang harus dilakukan serangga untuk
menarik per-hatian semut hanyalah menyentuh tubuh semut sedikit dengan antena
dan kaki depannya. Lalu semut yang disentuh akan memberikan makanannya,
meskipun makhluk yang bersentuhan dengannya adalah makhluk jenis lain.15
Kemampuan
semut untuk memahami keinginan semut lain melalui sentuhan antena pendek ini
menunjukkan bahwa semut mampu, dapat dikatakan, “berbicara” di antara mereka.
Bagaimana “bahasa antena” antar semut ini dipelajari oleh semua semut adalah
topik lain yang layak dipikirkan. Apakah mereka mengikuti pelatihan tentang
ini? Membicarakannya berarti kita juga harus membicarakan adanya Yang
Maha-kuasa yang memberikan pelatihan. Karena semut tak mungkin melakukannya,
Yang Mahakuasa ini adalah Allah, yang melalui ilham mengajari bahasa untuk
berkomunikasi kepada semua semut.
Perilaku
berbagi makanan yang dipraktikkan di antara semut adalah jenis pengorbanan yang
tidak dapat dijelaskan dengan teori evolusi. Sebagian evolusionis yang
memandang peribahasa “ikan besar memakan ikan kecil” sebagai kunci kehidupan di
bumi, mau tak mau harus menarik kembali perkataannya saat dihadapkan pada
pengorbanan yang ditampilkan semut. Dalam koloni semut, “semut besar” tidak berkembang
dengan memakan “semut kecil”. Ia malah memberi makan “semut kecil” dan
membuatnya tumbuh. Semua semut siap menerima makanan yakni “ransum”yang
diberikan kepadanya dan pasti memberikan kelebihannya kepada anggota koloni
lain.
Alhasil,
semua contoh ini menunjukkan bahwa semut adalah masyarakat makhluk hidup yang
tunduk pada kehendak sang Pencipta dan bertindak menurut ilham-Nya. Oleh karena
itu, tidaklah benar jika kita memandang mereka sebagai organisme yang sama
sekali tak sadar, karena mereka memiliki kesadaran yang mencerminkan kehendak
Pencipta mereka. Sesungguhnya dalam Al Quran, Allah mengajak memperhatikan
fakta yang menarik ini dan memberi tahu kita bahwa semua makhluk hidup
sebenarnya membentuk masyarakat sendiri, yakni mereka hidup menurut takdir
Ilahi dan sesuai dengan ilham.
Dan tiadalah bintang-bintang yang ada di bumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga)
seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan
sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Surat Al An'aam: 38)
Komunikasi dengan Bunyi
Komunikasi
dengan bunyi adalah metode lain yang sering digunakan semut. Dua jenis produksi
bunyi telah ditemukan. Salah satunya adalah bunyi “ketukan” dan getaran yang
diproduksi dengan memukulkan tubuh pada rintangan atau tanah, dan satu lagi
adalah nada tinggi yang diproduksi dengan menggosokkan bagian tubuh tertentu16.
Isyarat
bunyi yang diproduksi dengan memukulkan tubuh biasanya digunakan oleh koloni
yang memiliki sarang di pohon. Contohnya, semut tukang kayu berkomunikasi
dengan “bermain gendang”. Mereka mulai “bermain gendang” saat menghadapi bahaya
apa saja yang mendekati sarang mereka. Bahaya ini bisa berupa bunyi yang
mencemaskan atau sentuhan yang mereka rasakan atau arus udara yang mendadak
timbul. Semut pemukul gendang mengetuk tanah dengan dagu dan perutnya dengan
cara menggoyangkan tubuhnya maju-mundur. Dengan cara ini, isyarat mudah
terkirim melalui kulit pohon tipis sejauh beberapa desimeter.17
Semut tukang kayu Eropa mengirim getaran ke teman sarang-nya yang berada pada
jarak 20 cm atau lebih dengan cara mengetukkan dagu dan perut pada kayu ruangan
dan terowongan. Di sini harus diperhitungkan bahwa 20 cm bagi semut setara
dengan 60-70 meter bagi manusia.
Semut
hampir tuli terhadap getaran yang disampaikan melalui udara. Namun, mereka
sangat peka pada getaran suara yang dihantarkan melalui zat padat. Ini adalah
isyarat tanda bahaya yang paling efisien bagi mereka. Ketika mendengarnya,
mereka mempercepat langkah, bergerak menuju asal getaran, dan menyerang semua
makhluk hidup yang bergerak yang mereka lihat di situ.
Panggilan
ini selalu dipatuhi anggota koloni mana pun. Ini adalah petunjuk betapa
suksesnya organisasi dalam masyarakat semut. Bahkan sekelompok kecil manusia yang
menanggapi panggilan tanda bahaya secara kolektif –
tanpa kecuali, dan tanpa anarki berkembang – adalah hal yang sangat sulit dalam praktik.
Akan tetapi, semut mampu melakukan apa yang diperintahkan tanpa membuang waktu,
sehingga mereka dapat meneruskan kehidupannya tanpa disiplin dalam koloni
terganggu sesaat pun juga.
Produksi
suara bernada tinggi sistemnya lebih rumit daripada proses bermain gendang.
Bunyi dihasilkan dengan menggosokkan beberapa bagian tubuh. Semut menghasilkan
bunyi ini dengan menggosokkan organ tubuh di bagian belakang. Jika kita
mendekatkan telinga ke semut pekerja pemanen, kita bisa mendengar mereka
menghasilkan suara bernada tinggi.
Tiga
fungsi utama komunikasi suara telah ditemukan dalam spesies yang berbeda.
Ketiganya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Komunikasi suara pada semut pemotong daun berfungsi sebagai sistem peringatan
bawah tanah. Ini biasanya digunakan kalau sebagian koloni terkubur di bawah
longsoran sarang. Pekerja mulai bergerak menggali untuk menyelamatkan teman-temannya,
sebagai tanggapan atas isyarat bunyi yang diterima.
2.
Suara bernada tinggi digunakan dalam beberapa spesies ketika melakukan
perkawinan dengan ratu. Saat ratu-ratu yang muda dikumpulkan di tanah dan/atau
di tumbuhan untuk melakukan perkawinan, dan telah mendapatkan cukup sperma,
mereka menghasilkan bunyi ber-nada tinggi untuk mencegah kawanan semut jantan
menangkap mereka.
3.
Dalam spesies lain, bunyi digunakan untuk meningkatkan efisiensi feromon yang
diproduksi selama anggota-anggota sarang bertemu untuk menemukan makanan atau
sarang baru.18
Terkadang
dalam spesies tertentu, pencari makanan memungkinkan semut lain mengelilingi
mangsa, dengan isyarat yang mereka hasilkan ketika mereka menemukan mangsa.
Para pekerja berkumpul dan mencapai mangsa dalam 1-2 menit berkat bunyi bernada
tinggi ini. Hal-hal ini merupakan keuntungan besar bagi spesies semut.
Untuk Mata yang Melihat …
Dengan
berbagai metode komunikasi mereka, semut dapat dibandingkan dengan manusia yang
dapat berbicara beberapa bahasa asing. Mereka mampu berkomunikasi dalam 3-4
bahasa di antara mereka sendiri dan mereka dapat menjalani hidup dengan cara
yang bebas masalah. Mereka bisa melestarikan koloni yang berpopulasi ratusan
ribu atau terkadang jutaan, dan bertahan sepanjang hidup mereka tanpa
menimbulkan kekacauan.
Namun,
sistem komunikasi yang telah kami uraikan sejauh ini barulah salah satu
mukjizat dunia hewan. Ketika kita menganalisis manusia maupun semua makhluk
hidup lain (dari makhluk bersel tunggal hingga makhluk multisel), kita dapat
menemukan ciri-ciri yang berlainan, masing-masing merupakan mukjizat yang unik
dan terpisah, dengan tempatnya sendiri-sendiri dalam tatanan ekologis.
Bagi
mata yang dapat melihat, semua mukjizat yang diciptakan di sekelilingnya, dan
bagi hati yang dapat merasa, cukuplah ia melihat sistem komunikasi luar biasa
dari semut yang berukuran begitu kecil, maka ia akan menghargai kekuatan,
pengetahuan, dan hikmah tak terbatas milik Allah, yang merupakan Pemilik
tunggal dan Penguasa segala makhluk hidup. Dalam Al Quran, Allah menyebut
orang-orang yang tidak memiliki kemampuan ini dan yang tidak menghargai
kekuasaan-Nya sebagai berikut:
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu
mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta
ialah hati yang di dalam dada. (Surat
Al-Hajj: 46)
(*) FEROMON berasal dari kata “fer” (membawa) dan
“hormon” (hormon) dan artinya “pembawa hormon”. Feromon adalah isyarat yang
digunakan di antara hewan sespesies dan biasanya diproduksi dalam kelenjar
khusus untuk disebarkan.
Komunikasi melalui feromon sangat meluas dalam keluarga serangga.
Feromon bertindak sebagai alat pemikat seksual antara betina dan jantan. Jenis
feromon yang sering dianalisis adalah yang digunakan ngengat sebagai zat untuk
melakukan perkawinan. Ngengat gipsi betina dapat mempengaruhi ngengat jantan
beberapa kilometer jauhnya dengan memproduksi feromon yang disebut “disparlur”.
Karena ngengat jantan mampu mengindra beberapa ratus molekul dari betina yang
mengeluarkan isyarat dalam hanya satu mililiter udara, disparlur tersebut
efektif saat disebarkan di wilayah yang sangat besar sekalipun.
Feromon memainkan peran penting dalam komunikasi
serangga. Semut menggunakan feromon sebagai penjejak untuk menunjukkan jalan
menuju sumber makanan. Bila lebah madu
menyengat, ia tak hanya meninggalkan sengat pada kulit korbannya, tetapi juga
meninggalkan zat kimia yang memanggil lebah madu lain untuk menyerang. Demikian
pula, semut pekerja dari berbagai spesies mensekresi feromon sebagai zat tanda
bahaya, yang digunakan ketika terancam musuh; feromon disebar di udara dan
mengumpulkan pekerja lain. Bila semut-semut ini bertemu musuh, mereka juga
memproduksi feromon sehingga isyaratnya bertambah atau berkurang, bergantung
pada sifat bahayanya.
Di kanan adalah diagram anatomis semut spesies Formica. Otak dan sistem
saraf ditunjukkan dalam warna biru, sistem pencernaan warna merah muda, jantung
warna merah, sedangkan kelenjar endokrin dan struktur terkait warna kuning. 1.
Kelenjar mandibular. 2. Pharynx. 3. Kelenjar profaringeal. 4. Kelenjar
pascafaringeal. 5. Otak. 6. Kelenjar labial. 7.
Esofagus. 8. Sistem saraf. 9. Kelenjar metapleural. 10. Jantung. 11. Lambung.
12. Proventrikulus. 13. Kantung malpighi. 14. Usus tengah. 15. Rektum. 16.
Anus. 17. Kelenjar Dufour. 18. Kantung racun.
Allah
Mahalembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Mahakuat lagi Maha Perkasa.
(Surat Asy-Syura:19)
footnotes:
7) National Geographic, vol. 165, no. 6 hlm. 777
8) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard
University Press, 1990, hlm. 227
9) Ibid, hlm. 244
10) Ibid, hlm. 2
11) Ibid, hlm. 244
12) Ibid, hlm. 197
13) Ibid, hlm. 244
14) Ibid, hlm. 293
15) Ibid, hlm. 258
16) Ibid, hlm. 255
17) Ibid, hlm. 256
18) Ibid, hlm. 257
BAB 3
SPESIES SEMUT
Meskipun semua semut tampak serupa, mereka
terbagi dalam banyak spesies berdasarkan gaya hidup dan ciri-ciri fisiknya.
Makhluk hidup ini sebenarnya memiliki sekitar 8800 spesies. Setiap spesies juga
memiliki sifat yang patut dikagumi. Sekarang mari kita bahas beberapa spesies
tersebut, gaya hidup dan ciri-cirinya.
Semut Pemotong Daun
Ciri-ciri khusus semut pemotong daun, yang
juga di-sebut “Atta”, adalah kebiasaan mereka membawa potongan daun yang mereka
potong di atas kepalanya. Semut ini bersembunyi di bawah daun, yang sangat
besar dibandingkan ukuran tubuh mereka.
Daun ini mereka tahan dengan dagu yang terkatup rapat. Oleh karena itu,
perjalanan pulang semut pekerja setelah bekerja seharian memberi pemandangan
sangat menarik. Orang yang melihatnya akan merasa seolah lantai hutan menjadi
hidup dan berjalan. Di hutan hujan, pekerjaan mereka mengambil sekitar 15
persen produksi daun.19 Alasan mereka membawa potongan daun tentu
saja bukan untuk perlindungan dari matahari. Semut ini juga tidak memakan
potongan daun. Lalu, bagaimana mereka memanfaatkan begitu banyak daun?
Ternyata Atta menggunakan daun untuk
memproduksi jamur. Daun itu sendiri tidak dapat mereka makan karena di dalam
tubuh mereka tak ada enzim yang dapat mencerna selulosa dalam daun. Semut
pekerja menumpuk potongan daun setelah ia kunyah, dan ia sim-pan di ruang-ruang
dalam sarang di bawah tanah. Di ruangan ini mereka menanam jamur di atas daun.
Dengan ini, mereka memperoleh protein yang mereka butuhkan dari pucuk jamur.20
Namun, jika Atta disingkirkan, kebun itu
biasanya mulai rusak dan segera tersaingi jamur liar. Lalu, bagaimana Atta,
yang membersihkan kebunnya hanya sebelum “penanaman”, terlindung dari jamur
liar? Cara menjaga kultur murni jamur tanpa harus selalu disiangi tampaknya
bergantung pada air liur yang dimasukkan semut ke dalam kompos saat mereka
mengunyah. Diduga air liur tersebut mengandung antibiotik yang menghambat
pertumbuhan jamur yang tak diinginkan. Air liur juga mungkin mengandung zat
pen-dukung pertumbuhan untuk jamur yang tepat.21 Yang harus
direnungkan adalah: Bagaimana semut ini belajar membudidayakan jamur? Apakah
mungkin, pada suatu hari seekor semut kebetulan mengambil daun dengan mulutnya
dan mengunyahnya? Lalu secara kebetulan lagi ia menempatkan cairan yang kini
mirip bubur ini di atas lapisan daun kering yang benar-benar secara kebetulan
merupakan lahan yang cocok? Dan semut lain membawa potongan
jamur dan menanamnya di situ? Dan akhirnya semut itu tahu di situ akan tumbuh
sejenis makanan yang dapat mereka makan, sehingga mereka mulai membersihkan
kebun, membuang bahan yang tak perlu, dan memanennya? Lalu mereka menyampaikan
proses ini kepada seluruh koloni satu per satu? Selain itu, mengapa mereka
membawa semua daun itu ke sarang meskipun tak dapat mereka makan?
Selanjutnya,
bagaimana semut ini mampu menciptakan air liur yang mereka gunakan saat mengunyah
daun untuk memproduksi jamur? Kalaupun misalnya mereka entah bagaimana dapat
membentuk air liur ini, dengan informasi apa mereka dapat memproduksi
antibiotik dalam air liur mereka yang mencegah terbentuknya jamur liar?
Bukankah diperlukan pengetahuan ilmu kimia yang signifikan untuk bisa mencapai
proses seperti itu? Andaipun mereka memiliki pengetahuan itu – yang mustahil
terjadi – bagaimana mereka bisa menerapkannya dan membuat air liur mereka
memiliki ciri-ciri zat antibiotik ini?
Jika
kita pikirkan bagaimana semut dapat mewujudkan peristiwa mukjizat ini,
muncullah ratusan pertanyaan serupa, yang satu pun tak ada jawabannya.
Di lain
pihak, jika diberikan satu penjelasan, semua pertanyaan ini bisa dijawab. Semut
telah dirancang dan diprogram untuk mengerjakan tugas yang mereka laksanakan.
Peristiwa yang diamati tadi sudah cukup untuk membuktikan bahwa semut
dimunculkan, dengan mengetahui ilmu pertanian. Pola perilaku kompleks seperti
ini bukanlah fenomena yang bisa berkembang bertahap seiring waktu. Pola-pola
ini adalah hasil dari pengetahuan yang komprehensif dan kecerdasan yang tinggi.
Maka dari itu, klaim evolusionis bahwa perilaku menguntungkan diseleksi seiring
waktu dan organ yang diperlukan berkembang melalui mutasi, kini tampak sama
sekali tak logis. Tentu hanya Allah yang memberikan pengetahuan ini kepada
semut dari hari pertama, dan Yang menciptakan mereka dengan segala segi yang
menakjubkan ini. Allah-lah
sang Pen-cipta. Berbagai keunikan semut Atta yang di atas memberikan suatu
gambaran yang akan sering kita temui di seluruh buku ini. Kita membicarakan
suatu makhluk hidup yang tak memiliki kemampuan berpikir, tetapi tetap saja
dapat menyelesaikan tugas besar yang memperlihatkan adanya kecerdasan tinggi.
Hal ini tak terbayangkan oleh manusia.
Lalu, apa arti semua ini?
Jawabannya hanya satu dan sederhana: Jika
hewan ini tidak memiliki kemampuan berpikir untuk memungkinkannya melakukan apa
yang ia lakukan, berarti ada kecerdasan, ada Kebijakan sosok lain. Sang
Pencipta, yang menciptakan semut, menjadikan pula hewan ini mampu melakukan
hal-hal di luar kapasitasnya sendiri. Demikianlah Dia menunjukkan
keberadaan-Nya dan keunggulan dalam ciptaan-Nya. Semut bertindak menurut ilham
Allah dan kecerdasan yang ditampilkan sebenarnya adalah kearifan Allah.
Sebenarnya,
situasi serupa berlangsung di seluruh dunia hewan. Kita bertemu berbagai
makhluk yang menampilkan kecerdasan yang sangat tinggi meskipun mereka tak
memiliki pikiran yang mandiri atau kapasitas nalar. Semut adalah salah satu
hewan yang paling mencolok dan seperti hewan lain, sebenarnya bertindak sesuai
dengan program yang diberikan oleh Kehendak yang melatihnya. Ini mencerminkan
kearifan dan kekuasaan si Pemilik Kehendak, yakni Allah.
Sekarang
mari kita lanjutkan meninjau keterampilan unggul semut, yang memiliki
pengetahuan dasar.
Metode Pertahanan Atta yang Menarik
Pekerja
berukuran sedang dari koloni semut pemotong daun melewatkan hampir seluruh hari
mereka membawa daun. Mereka jadi sulit membela diri selama kegiatan ini, karena
mereka memegang daun dengan dagu yang biasa mereka gunakan untuk membela diri.
Jadi, jika mereka tak mampu membela diri, siapa yang melindungi mereka?
Telah
diamati bahwa semut-pekerja pemotong daun selalu berjalan ditemani pekerja yang
berukuran lebih kecil. Pada mulanya ini diperkirakan hanya kebetulan. Lalu,
alasan di balik hal ini diteliti dan temuan-nya, yang merupakan hasil analisis
yang panjang, adalah contoh kerja sama yang menakjubkan.
Semut
berukuran sedang, yang bertugas membawa daun, meng-gunakan sistem pertahanan
yang menarik untuk melawan jenis lalat musuh. Lalat musuh ini memilih tempat
khusus untuk bertelur pada kepala semut. Tempayak yang menetas dari telur ini
akan memakan kepala semut, dan pada akhirnya memenggalnya. Tanpa asistennya
yang kecil, semut pekerja tak berdaya melawan spesies lalat yang selalu siap
menyerang ini. Dalam keadaan normal, semut mampu mengusir lalat yang mencoba
mendarat di tubuh mereka dengan rahang setajam gunting. Namun, ia tak dapat
melakukannya selagi membawa daun. Oleh karena itu, ia menaruh semut lain pada
daun yang dibawanya untuk membelanya. Jika diserang, para penjaga kecil ini
bertarung melawan musuh.23
Jalan Raya Atta
Jalan
yang digunakan Atta, saat membawa pulang daun yang mereka potong, mirip jalan
raya mini. Semut yang merayap perlahan di jalan ini mengumpulkan semua ranting,
kerikil kecil, rumput, dan tumbuhan liar dan menyingkirkannya ke satu sisi.
Dengan demikian, mereka membuat jalan bersih bagi mereka sendiri. Setelah lama
bekerja secara intensif, jalan raya ini menjadi lurus dan mulus, seolah
dibangun dengan alat khusus.
Koloni
Atta terdiri atas pekerja sebesar butir pasir, prajurit yang beberapa kali
lipat lebih besar, dan “pelari maraton” berukuran sedang. Pelari
maraton ini berlari membawa potongan daun ke sarang. Semut-semut ini begitu
rajin sehingga, jika diukur dengan ukuran manusia, setiap pekerja berlari
dengan kecepatan satu mil per empat menit sepanjang 50 km, sambil memanggul 227
kg di bahunya.24
Dalam
sarang Atta, ada ruang-ruang sebesar kepalan tangan sedalam hingga 6 meter.
Pekerja mini bisa memindahkan sekitar 40 ton tanah saat menggali sejumlah besar
ruangan dalam sarang mereka yang besar.25 Pembangunan sarang selama
beberapa tahun oleh semut ini memiliki tingkat kesulitan dan standar
profesionalisme tinggi yang setara dengan pembangunan Tembok Besar Cina oleh
manusia.
Inilah
bukti bahwa Atta tidak bisa dipandang sebagai makhluk sederhana yang biasa.
Semut, pekerja sangat keras, mampu merampungkan tugas rumit yang sulit
dilakukan manusia. Sesungguhnya satu-satunya Pemilik kekuasaan yang bisa
memberi mereka keterampilan seperti ini adalah Allah. Sungguh tidak logis jika
kita mengatakan bahwa me-reka memperoleh semua keterampilan ini sendiri dan
dengan kemauan sendiri.
Teknik Semut Atta
Memotong Daun
Saat semut memotong daun dengan mandibula
(rahang), seluruh tubuhnya bergetar. Para ilmuwan mengamati bahwa getaran ini
membuat daun diam, sehingga memudahkan pemotongan. Pada saat yang sama, bunyi
ini dapat menarik perhatian para pekerja lain – semuanya betina – ke tempat
tersebut untuk menyelesaikan memotong seluruh daun.26 Si semut
menggosokkan dua organ kecil pada perut-nya untuk menghasilkan getaran ini,
yang bisa didengar manusia sebagai bunyi yang sangat lirih. Getaran ini dikirim
melalui tubuh hingga mencapai mandibula semut yang mirip arit. Dengan
menggetarkan bokongnya secara cepat, semut ini memotong daun berbentuk sabit
dengan menggetarkan mandibula, mirip dengan pisau listrik.
Teknik ini memudahkan pemotongan daun. Namun,
di-ketahui bahwa getaran ini juga memiliki tujuan lain. Seekor semut yang
memotong daun akan menarik semut lain ke tempat yang sama karena banyak
tumbuhan lain di daerah tempat tinggal Atta beracun. Karena menguji setiap daun
oleh masing-masing semut merupakan prosedur yang berisiko tinggi, mereka selalu
pergi ke tempat di mana semut lain telah berhasil merampungkan tugas mereka.
Semut Rangrang
Semut rangrang hidup di pohon, membangun
sarang dari daun. Dengan mengombinasikan daun, mereka mampu membentuk satu
sarang di beberapa pohon, sehingga bisa mendukung populasi yang jauh lebih
besar.
Tahap-tahap pembangunannya menarik. Pertama,
pekerja mencari sendiri-sendiri lokasi di wilayah koloni yang cocok untuk
perluasan. Kalau menemukan batang yang cocok, mereka menyebar ke dedaunan
batang tersebut dan menarik dedaunan itu dari samping. Setelah berhasil
membengkokkan sebagian daun, para pekerja di dekatnya bergerak menghampiri dan
menarik daun itu bersama-sama. Jika daunnya lebih lebar daripada ukuran semut,
atau jika perlu menarik dua daun sekaligus, para pekerja membentuk jembatan
hidup di antara dua titik yang akan disatukan. Setelah itu, sebagian semut
dalam rantai ini menaiki punggung semut di sebelahnya, sehingga memendekkan
rantai, dan ujung-ujung daun pun disatukan. Ketika daun sudah berbentuk tenda,
sebagian semut terus memegang daun dengan kaki dan rahang, sementara yang lain
kembali ke sarang lama dan membawa ke situ larva yang dibesarkan secara khusus.
Para pekerja menggosokkan larva maju-mundur pada penyatuan daun, dengan
menggunakan larva sebagai sumber sutra. Dengan sutra yang disekresikan dari
lubang di bawah mulut larva, daun-daun pun menempel di tempat yang diperlukan.
Artinya, larva digunakan sebagai mesin jahit.27
Larva ini, yang dibesarkan untuk tali
sutranya, memiliki kelenjar sutra yang lebih besar dari rata-rata, tetapi mudah
dibawa karena ukurannya lebih kecil. Larva ini memberikan semua sutranya untuk
kebutuhan koloni, alih-alih menggunakannya sendiri. Alih-alih memproduksi sutra
perlahan-lahan dari kelenjar sutra tersebut, mereka menyekresi sutra dalam
jumlah besar pada satu saat tertentu, dan bahkan tidak membangun kepompong
sendiri. Selama sisa hidupnya, semut pekerja akan melakukan apa-apa yang biasa
dilakukan larva untuk mereka. Seperti yang terlihat, larva ini hidup hanya
sebagai “produsen sutra”.28
Bagaimana semut dapat mengembangkan kerja
sama seperti ini tak bisa dijelaskan oleh para ilmuwan. Hal lain yang tak dapat
dijelaskan adalah bagaimana perilaku ini pertama kali muncul selama masa
evolusi yang diduga orang. Prinsip-prinsip dasar evolusi tidak akan dapat
menjelaskan bagaimana hal-hal yang begitu canggih dan bermanfaat seperti halnya
fenomena sa-yap serangga, mata vertebrata, dan mukjizat biologis lainnya bisa
berkembang melalui evolusi dari makhluk hidup pertama. Ini
merupakan jalan buntu bagi para pembela evolusi.
Tentu
saja tidak logis kalau kita mengatakan bahwa pada suatu hari para larva
berkumpul dan berkata, “Sebagian di antara kita harus memproduksi sutra untuk
memenuhi kebutuhan seluruh koloni, jadi mari kita sesuaikan berat dan kelenjar
sutra kita untuk itu.” Teori seperti ini tentu bukan teori yang cerdas. Oleh
karena itu, kita harus meng-akui bahwa larva itu diciptakan dengan mengetahui
apa yang harus dilakukan. Dengan kata lain, Allah, yang menciptakan larva ini,
membentuk mereka sedemikian sehingga mereka cocok untuk tugas mereka.
Semut Pemanen
Sebagian
semut, seperti yang telah disebutkan, adalah “petani” kawakan. Di antaranya
bisa disebut semut pemanen, selain Atta yang kita bahas sebelumnya.
Mekanisme
pemberian makan di antara semut pemanen ini cukup canggih dan rumit, jika
dibandingkan dengan mekanisme pemberian makan jenis semut lain. Mereka
mengumpulkan benih dan menyimpannya dalam ruangan yang disiapkan secara khusus.
Benih-benih ini, yang mengandung karbohidrat, digunakan untuk memproduksi gula
yang akan memberi makan larva dan pekerja lain. Sementara banyak semut
menggunakan benih dan biji sebagai makanan, hanya semut pemanen yang memiliki
sistem yang berdasarkan pada pengumpulan dan pemrosesan benih.
Semut
ini mengumpulkan benih pada musim tumbuh dan menyimpannya untuk digunakan pada
musim kemarau. Di ruangan khusus dalam sarang, mereka menyortir benih dari
benda-benda lain yang salah dibawa pulang. Beberapa kelompok semut tinggal
dalam sarang jam demi jam, mengunyah isi benih sehingga menghasilkan sesuatu
yang disebut roti semut. Dulu diduga bahwa semut menggunakan proses, yang
dipelajari melalui pengalaman, untuk mengubah karbohidrat benih menjadi gula
yang akan mereka makan. Kini diketahui bahwa air liur melimpah yang mereka
sekresikan selagi mengunyah inilah yang melaksanakan pengubahan ini.29
Semut
yang kita bahas di sini tentu saja belum pernah dididik tentang ilmu kimia.
Mereka pun tak mungkin tahu bahwa air liur mereka akan mengubah benih yang
mereka kumpulkan secara acak menjadi gula yang dapat mereka makan. Namun,
kehidupan semut ini bergantung pada serangkaian perubahan kimiawi yang tak
mereka ketahui dan tak mungkin bisa mereka ketahui. Kalau manusia pun tidak tahu
proses perubahan yang terjadi dalam tubuh semut ini – dan baru memahami
perinciannya dalam beberapa tahun terakhir – bagaimana semut bisa makan melalui
metode ini selama beribu-ribu tahun?
Semut Madu
Banyak
jenis semut yang diberi makan dengan buangan pencernaan aphid (serangga daun)
yang disebut “madu”. Zat ini sebenarnya tidak berkaitan dengan madu
biasa. Akan tetapi, buangan pencernaan kutu ini – yang memakan getah tumbuhan –
dinamai demikian karena mengandung gula dalam kadar tinggi. Jadi, para pekerja
spesies ini, disebut semut madu, mengumpulkan madu dari kutu, biji (coccidae),
dan bunga. Metode semut mengumpulkan dari kutu
sangat menarik. Si semut mendekati kutu dan mulai mendorong
perutnya. Kutu memberikan setetes buangan kepada semut. Semut mulai
mendorong perut kutu lagi untuk mendapat madu lebih banyak, lalu menyedot
cairan yang keluar. Lalu bagaimana mereka memanfaatkan makanan bergula ini, dan
apa manfaat makanan ini bagi mereka kemudian?
Ada
pembagian kerja yang hebat di antara semut madu pada fase ini. Sebagian semut
digunakan sebagai “guci” untuk menampung nektar yang dikumpulkan para pekerja
lain!…
Dalam
setiap sarang terdapat satu ratu, para pekerja, dan juga para penampung madu.
Koloni semut jenis ini biasanya terletak di dekat pohon ek kerdil, yang dapat
diambil nektarnya oleh para pekerja. Pekerja menelan nektar itu dan membawanya
ke sarang. Nektar itu lalu ia keluarkan dari mulutnya dan ia tuangkan ke mulut
pekerja muda yang akan menampung madu ini. Pekerja muda ini, yang dinamai pot madu,
menggunakan tubuh mereka sendiri untuk menyimpan makanan cair manis yang sering
diperlukan koloni untuk melewati masa sulit di gurun pasir. Mereka diberi
makanan hingga membengkak sampai sebesar bluberi. Lalu mereka bergantungan di
langit-langit ruangan seperti bola kuning, sampai mereka dipanggil untuk
memuntahkan nektar itu untuk saudaranya yang lapar.30 Selagi
menempel pada langit-langit, mereka mirip dengan kelompok anggur kecil dan tembus cahaya. Jika mereka jatuh,
para pekerja langsung mengembalikannya ke posisi semula. Madu dalam pot madu
beratnya hampir 8 kali lipat berat si semut.
Pada
musim dingin atau musim kemarau, pekerja-biasa mengunjungi pot madu untuk
memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Semut pekerja menempelkan mulutnya pada
mulut si “pot”, yang mengeluarkan setetes madu dari tempat penyimpanannya
dengan mengerutkan otot. Pekerja memakan madu yang bernilai gizi tinggi ini
sebagai makanan pada musim sulit.
Sungguh
menarik dan menakjubkan bahwa ada makhluk hidup yang berat tubuhnya mencapai 8
kali lipat beratnya sendiri, setelah memutuskan untuk menjadi pot madu, dan
mampu hidup bergantung pada kakinya tanpa cedera. Mengapa mereka merasa perlu
menerima tugas yang begitu sulit dan berbahaya? Apakah mereka memikirkan
sendiri teknik penyimpanan yang unik ini, dan mengendalikan perkembangan tubuh
mereka sesuai dengan itu? Pikirkan saja, sementara manusia tak bisa
mengendalikan perkembangan sekecil apa pun pada tubuhnya, bagaimana bisa semut,
yang tak memiliki otak dalam arti sebenarnya, melakukan ini sendiri?
Semut
madu menampilkan perilaku yang tak dapat dijelaskan teori evolusi. Sangat tidak
logis mempertahankan bahwa mereka mengembangkan metode penyimpanan madu dan
organ yang dibutuhkannya secara kebetulan. Malah, dalam sumber-sumber ilmiah,
kita banyak menemukan pernyataan realistis mengenai hal ini dan topik-topik
serupa. Misalnya saja, ambil penjelasan Prof. Etienne Rabaud, Direktur Institut
Biologi dari Universitas Paris:
Contoh-contoh
ini (misalnya semut madu) menunjukkan dengan jelas bahwa tidak mungkin berbagai
organ berkembang untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu makhluk hidup,
meskipun wujud mereka sebelumnya telah menimbulkan perilaku dan tugas tertentu
yang dilaksanakan dan kadang tidak. Ini menunjukkan bahwa organ tidak berkembang
dari penyesuaian diri makhluk hidup dengan kondisi hidupnya. Sebaliknya,
kondisi hidup muncul dari wujud semula organ tersebut dan dari fungsi-fungsi
yang telah kita lihat. Pertanyaan berikut bisa ditanyakan seperti pernah
ditanyakan Darwin: Apakah peristiwa membersihkan, menyiangi individu yang sudah
tak mampu hidup, atau adaptasi organ menuruti kondisi baru, terjadi dalam
evolusi ini? Menurut kami, peristiwa itu membuktikan bahwa evolusi seperti ini,
atau perubahan seperti ini, tidak terjadi. Malah, yang terjadi adalah fenomena
yang sama sekali beda.31
Penjelasan
Profesor Rabaud ini menunjukkan dengan jelas kesimpulan yang dapat dicapai oleh
siapa saja melalui berpikir dengan hati nuraninya sejenak. Satu-satunya
Pencipta yang merupakan sumber sejati pengetahuan dan kecerdasan telah
menciptakan segala makhluk hidup dengan organ yang tanpa cacat dan perilaku
yang sempurna. Kebenaran ini telah diungkapkan dalam Al Quran
sebagai berikut:
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang
Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya
apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Surat Al Hasyr: 24)
Semut Kayu
Semut kayu terkenal dengan bukit yang mereka
bangun dari daun cemara dan cabang tipis di atas sarang bawah tanah mereka.
Sarang ini biasanya ditemukan di sekitar batang pohon. Bagian sarang yang di
atas tanah, terbuat dari ranting, tangkai daun, dan daun cemara, adalah atap
sarang. Atap ini bisa mencapai dua meter tingginya, mencegah meresap-nya air
hujan ke dalam dan mengatur suhu sarang dalam cuaca yang sangat panas atau
sangat dingin.32
Semut
kayu, seperti semut lain, juga rajin bekerja. Mereka
selalu saja menghias ulang sarang. Mereka memindahkan lapisan permukaan semula
ke lapisan bawah secara bertahap dan mereka menaikkan material dari lapisan
bawah untuk mengganti lapisan atas. Ada pengamatan menarik tentang perubahan
yang dibuat semut pada sarang. Cat biru disemprotkan ke puncak bukit sarang dan
empat hari kemudian diamati bahwa puncak bukit sudah kembali coklat. Partikel
biru ditemukan 8-10 cm di bawah permukaan. Dalam sebulan partikel ini turun
hingga kedalaman 40 cm. Selanjutnya, partikel ini
mencapai lagi permukaan.
Nah,
apakah semut melakukan proses pemindahan sinambung ini hanya untuk iseng?
Tidak. Para peneliti menjelaskan mengapa semut kayu melakukan tindakan
terus-menerus ini sebagai berikut: Gerakan terus-menerus ini mengeringkan zat
lembap di dalam la-pisan permukaan dan mencegah terbentuknya jamur. Kalau
tidak, sarang semut ini akan dihuni jamur yang berbahaya.
Dalam
situasi seperti ini ada dua kemungkinan. Salah satunya adalah zaman dulu
sekali, dengan penelitian sendiri, semut menemukan fakta bahwa jamur berkembang
dalam lingkungan lembab (sesuatu yang ditemukan manusia sebagai hasil
penelitian ilmiah jangka panjang), dan mengembangkan metode paling rasional
untuk melenyapkan masalah ini! Kemungkinan lain adalah pemikiran dan penerapan
proses yang sempurna ini hanya mungkin melalui ilham oleh kecerdasan yang lebih
tinggi. Kasus pertama jelas mustahil. Dia yang telah mengilhami semut untuk
melindungi diri mereka dari jamur dan menunjukkan caranya tentu saja adalah
Allah yang Mahakuasa.
Metode Reproduksi Semut Kayu yang Berbeda-Beda
Para
pejantan dan ratu semut kayu bersayap. Namun, mereka tidak melakukan
penerbangan kawin seperti spesies semut kecil lain. Kawin dilakukan di
permukaan sarang atau tempat lain yang dekat. Setelah kawin, ratu mencabut
sayapnya dan melakukan salah satu dari tiga hal berikut:
(1) Dia
kembali ke sarang tempat dia semula hidup sebagai larva dan meninggalkan
telurnya di sana.
(2)
Kadang dia meninggalkan sarang dengan diangkut para pekerja, mencari tempat
baru untuk membangun sarang.
(3)
Jika dia pergi sendiri, dia masuk ke sarang dari semut lebih kecil dari spesies
yang berhubungan, misalnya semut hitam Formica
fusca, dan menggantikan ratu di sana. Ratu meninggalkan telurnya untuk
dirawat para pekerja F. fusca di
sana. Untuk beberapa lama, di sarang terdapat
pekerja tamu dan pekerja tuan rumah. Namun, karena tuan rumah tak punya
ratu, lambat laun para pekerjanya mati dan ratu kayu memperoleh sarang-jadi
tanpa perlu melakukan apa-apa.33
Dalam
taktik semut kayu ratu yang dibahas pada bagian 3, diamati adanya kesadaran
yang jernih. Namun, jelas kesadaran itu tak mungkin dimiliki
semut itu sendiri. Semut ratu belum pernah melihat tempat lain selain beberapa
meter persegi dalam sarangnya. Dia masuk ke dalam koloni yang belum pernah ia
lihat atau ia ketahui sebelumnya, dan ia tahu siapa yang harus ia singkirkan
dalam koloni tersebut. Ia melakukan hal ini dengan mengatasi segala
rintangan. Semua faktor ini membuktikan tanpa ragu lagi bahwa semut ratu ini
bertindak menuruti ilham. Fenomena yang disebut di atas adalah bukti jelas akan
kekuasaan dan kekuatan Allah atas segala makhluk hidup.
Semut Legiun
Salah
satu hewan yang paling ditakuti di hutan adalah semut legiun. Komunitas semut
ini dinamai “pasukan” karena tindakan mereka me-miliki disiplin militer sejati.
Semut
legiun adalah hewan karnivora. Mereka melahap segala se-suatu yang terlihat. Setiap semut panjangnya 6-12
milimeter, tetapi jumlah mereka yang besar dan disiplin mereka mengimbangi
kekurangan mereka dari segi ukuran.
Sinar
matahari langsung dapat membunuh semut legiun dalam waktu singkat. Oleh karena
itu, mereka berjalan di malam hari atau dalam bayang-bayang. Karena peka
cahaya, mereka menggali terowongan panjang saat bergerak maju. Sebagian besar
semut berlari dalam terowongan ini tanpa keluar. Hal ini tidak mengurangi kecepatan
mereka, karena mereka dapat menggali terowongan sangat cepat dengan rahang
mereka yang kuat. Karenanya, mereka lari secara cepat dan rahasia.
Semut legiun bergerak sebagai pasukan yang sangat besar, melintasi segala
hambatan kecuali api dan air, meskipun mereka buta sama sekali.34
Semut
legiun mengoyak mangsanya di tempat mereka bertemu, dan membawa potongan mangsa
kecil-kecil ke sarang sementara. Makanan yang dibutuhkan koloni semut legiun
cukup banyak. Kebutuhan sehari-hari koloni ukuran sedang, yang terdiri atas
80.000 semut dewasa dan 30.000 larva, kira-kira sekitar 2,27 liter makanan
produk hewan.35
Karena
tidak memiliki sarang tetap, semut legiun selalu berpindah-pindah. Gerakan dan migrasi koloni bergantung pada daur produksi telur. Ratu
menghasilkan sekitar 25-35.000 telur selama dua hari setiap bulan. Beberapa
hari sebelum bertelur, koloni berhenti dan berkumpul di daerah luas. Semut
saling bergantungan dengan kaki yang berbentuk kait dan membentuk sarang
sementara. Ruang kosong di tengah merupakan ruangan, yang siap untuk didiami
ratu dan generasi baru. Wajarnya, kaki dan sendi semut di puncak harus menerima
beban berlebihan. Namun, karena tubuh mereka dibentuk mampu dibebani berat
beberapa ratus kali dari berat mereka sendiri, mereka dapat menahan seluruh
koloni tanpa masalah.36
Guna
berburu seefisien mungkin, semut menyesuaikan gerakan mereka dengan kebutuhan
anak-anak semut yang sedang berkembang, berganti-ganti antara fase menetap dan
ber-pindah-pindah. Pada masa istirahat sekitar 20 hari, ratu yang gemuk dan tak
dapat bergerak menghasilkan 50.000 hingga 100.000 telur sementara anak-anak
lain berada dalam tahap kepompong yang diam. Sebagian besar hari dilewatkan
para pekerja men-cari makanan untuk mereka sendiri dan ratu, melakukan serangan
singkat dari sarang dengan pola seperti mawar. Pada setiap serangan mereka
mengubah arah sebesar rata-rata 123 derajat, se-hingga meng-hindari menyisir
lahan yang sama.37
Semut
bisa tidak keliru menghitung 123 derajat, sesuatu yang tak dapat dihitung
manusia tanpa alat. Ini seolah menunjukkan pengetahuan matematika yang teliti.
Namun, semut tidak mengenal matematika, berhitung pun mereka tak bisa. Jadi ini
menunjukkan bahwa tindakan mereka dilakukan menurut ilham istimewa, dan tidak
secara sadar.
Saat
larva pertama menetas, para pekerja mengumpulkan makanan sementara komunitas
tetap di tempat. Potongan makanan langsung diberikan kepada larva. Siapnya ratu
bertelur lagi biasanya bersamaan dengan transisi larva sebelumnya ke tahap
kepompong. Pada tahap ini komunitas berhenti lagi.
Serempaknya waktu bertelur ratu dan pindahnya larva ke tahap pupa menunjukkan perencanaan secara sadar karena
ini mengurangi waktu berhentinya pasukan.
Perkembangan
larva mendorong semut yang lebih tua untuk memulai daur migrasi baru. Inilah
cara kerjanya: larva menghasilkan sekresi ketika dijilat dan dibersihkan para
pekerja. Penelitian menunjukkan bahwa cairan ini efektif dalam keputusan untuk
bermigrasi.38
Tidak
logis kalau kita mengklaim bahwa larva, yang menjadi semut pun belum, sudah
terpikir untuk menyekresikan cairan itu dan mengarahkan seluruh koloni untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Satu-satunya hal yang dapat ditangkap pengamat yang
pandai adalah keberadaan Sang Pencipta tertinggi, serta informasi dan
kekuasaan-Nya di sekeliling kita.
Semut Beludru
Semut
beludru yang hidup di gurun pasir memiliki tubuh berbulu banyak. Bulu alami
mereka merupakan lapisan yang mengisolasi panas. Ia menyimpan panas selama
malam-malam dingin di gurun pasir, dan melindungi diri dari panas di siang
hari. Karena bersayap, semut beludru jantan bisa menghindari panasnya pasir
dengan terbang. Akan tetapi, semut beludru betina harus berjalan di pasir yang
panas karena tak punya sayap. Mereka memerlukan bulu ini agar
terlindung dari panas yang berasal dari tanah maupun dari matahari.
Lalu,
bagaimana menjelaskan adanya serangga yang memiliki “bulu” untuk melindungi
diri dari kondisi cuaca yang berbahaya? Mustahil kita mengklaim bahwa hewan
memperolehnya dengan beradaptasi dengan alam sebagai proses evolusi, karena ini
menimbulkan banyak pertanyaan yang tetap tak terjawab: Apakah semut beludru
betina mati karena suhu tinggi sebelum memiliki bulu ini? Jika memang demikian,
bagaimana mereka bisa menunggu selama beberapa generasi agar memperoleh bulu
“secara kebetulan”? Melalui kebetulan macam apa mereka mendapatkan tubuh ini?
Pertanyaan
ini tentu saja tak berjawab, karena serangga ini mustahil memperoleh “bulu”
yang melindungi mereka dari panas melalui mekanisme yang terus diajukan evolusionis. Semut tak dapat hidup tanpa bulu
ini dan mereka tak punya waktu untuk menunggu mutasi yang jarang sekali terjadi
– yang semuanya berbahaya. Jelas bahwa hewan ini telah dirancang sejak awal
untuk bertahan dalam iklim yang mereka tinggali.
Semut
beludru betina mencari sarang serangga atau sarang lebah jenis apa pun, yang
dapat mereka gunakan setelah meninggalkan tempat mereka kawin. Jika sudah
menemukannya, mereka memasuki sarang. Mereka diperlengkapi dengan cara untuk
menangkis upaya pengusiran. Pada akhirnya mereka terus tinggal dalam sarang,
karena semut beludru memiliki kaki kuat dan perisai yang memungkinkan mereka
masuk ke sarang lebah sekalipun. Cangkang luar mereka sangat tebal dan keras.
Para ahli zoologi mengatakan bahwa mereka
mengalami kesulitan untuk menusuk dada semut beludru dengan jarum baja.39
Setelah
masuk, semut ratu beludru yang memiliki segala macam kelengkapan untuk tinggal
dalam sarang lebah, mulai memakan simpanan madu. Selain itu, ia meninggalkan telurnya dalam
sel pupa atau kepompong lebah. Larva semut yang menetas, memakan pupa inangnya,
dan kelak menjadi pupa juga. Lebah meninggalkan sarang pada akhir musim panas.
Semut beludru melewatkan musim dingin dalam sarang ini sebagai pupa. Menurut
satu catatan, ada sarang lebah yang berisi 76 semut beludru dan hanya dua ekor
lebah.40 Contoh ini menunjukkan betapa semut beludru betina efektif
dan berhasil dalam menangani lebah betina. Dengan menggunakan taktik halus,
semut ratu beludru menduduki sarang dari dalam dan merebut kendali sarang itu.
Yang patut dicatat adalah bahwa semut beludru
sangat mengenal lebah, dan lebih lagi, tahu betul cara mengelabuhinya. Jadi,
mungkinkah ada sosok selain sang Pencipta lebah Yang mengilhami si ratu dengan
ciri-ciri fisik, gaya hidup, dan struktur sarang seperti lebah? Satu-satunya
penjelasan logis adalah menerima keberadaan Pencipta tunggal yang telah
menciptakan semut, lebah, dan, sesungguhnya, segala makhluk hidup.
Semut Api
Semut api adalah serangga merah berukuran
kecil. Namun, mereka mampu melakukan hal-hal besar. Ratu semut
jenis ini, yang memiliki 20 varietas di Amerika saja, dapat memproduksi hingga
5000 telur sehari. Sementara banyak koloni spesies semut memiliki beberapa
ratus pekerja, koloni spesies ini memiliki sekitar setengah juta pekerja. Satu
ratu semut api yang sudah kawin dapat memproduksi sebuah koloni dengan 240.000
pekerja.41
Pekerja
semut api menyerang mangsa dengan sangat agresif menggunakan jarum beracun.
Telah diamati bahwa semut api muda dapat mencederai atau bahkan membunuh reptil
atau bayi menjangan. Selain itu, semut agresif ini bisa menyebabkan padam
listrik dengan merusak kabel. Pernah mereka menyerang Amerika Selatan dan
mengakibatkan kerusakan yang mengerikan. Jurnal dan majalah tahun itu
menginformasikan bahwa semut-semut ini mengunyah putus kabel listrik
sehingga listrik padam, menggagalkan
panen senilai miliaran dolar, meruntuhkan jalan tol dan menyengat manusia,
mengakibatkan shock alergi yang me-lumpuhkan. Mereka melakukan semua ini dengan
rahang mereka yang kuat. Mereka bahkan menggali terowongan di bawah jalan
menyebabkan jalan dan jalan tol runtuh, juga kerusakan lain di lingkungan.
Perlindungan dari Kuman
Para
ahli Amerika telah mencoba berbagai cara untuk mencegah kerusakan oleh semut
api. Mereka mencoba menyebarkan penyakit menular dalam koloni dengan
menyuntikkan kuman ke dalam lalat yang dimakan semut. Namun, secara
menakjubkan, diamati bahwa lalat berkuman itu sama sekali tidak mencederai
semut. Dalam analisis ditemukan bahwa semut memiliki salah satu sistem
pertahanan yang paling menarik di dunia makhluk hidup: struktur di dalam leher
yang melindungi mereka dari kuman…. Berkat struktur ini, bakteri di dalam
makanan apa pun yang dimakan semut tertahan di leher dan tidak dapat memasuki tubuh.
Namun,
bukan itu saja sistem perlindungan semut api sebagai produk kecerdasan
tertinggi. Mereka juga menyemprotkan cairan antimikroba yang diproduksi dalam
kantung racun mereka di sekitar sarang dan pada larva. Dengan demikian, sarang
dan larva menjadi sama sekali bebas kuman.42
Walau
dilengkapi sistem pertahanan luar biasa, semut-semut ini jelas tidak
menyadarinya. Dapatkah manusia yang berhati nurani mengklaim bahwa sistem
semacam ini berevolusi secara kebetulan? Juga tak dapat diklaim bahwa semut
menemukan sendiri sistem ini. Lalu siapa yang menempatkan saringan dalam leher
semut? Siapa yang mengilhami mereka memproduksi cairan antimikroba? Tak
diragukan lagi, Yang Menciptakan ciri-ciri, yang tak dapat diciptakan manusia,
semut, dan keberuntungan acak, adalah Allah yang Maha Tahu.
Semut Pekerja Keras
Semut
api spesialis pertahanan juga rajin dan punya keterampilan tinggi. Mereka dapat
membangun bukit setinggi 30 cm dan selebar 60 cm, atau menggali terowongan
labirin hingga sedalam 1,5 m di bawah tanah. Di wilayah-wilayah tertentu, semut
api membangun bukit-bukit kecil hingga lebih dari 350 buah. Kemampuan makhluk
sekecil itu membangun sarang sebesar itu
tentu bergantung pada kerajinannya. Jadi, apakah kekuatan yang menjadikan semut
sebagai salah satu makhluk hidup terajin di dunia? Sangat menakjubkan bahwa
mereka bekerja sepanjang hari tanpa berhenti atau beristirahat, dan membangun
sarang yang tersebar di wilayah yang luas. Tak satu pun berkata, “Aku bekerja
terlalu keras hari ini, biarkan aku beristirahat sebentar,” atau “Aku tak mau bekerja
hari ini. Biarkan aku duduk di pojok saja.” Inilah topik yang harus direnungkan
dengan seksama. Jangan dilupakan bahwa manusia adakalanya menyerah karena
lelah, bahkan saat mereka tahu mereka harus menyelesaikan tugas, dan adakalanya
mereka tidak memaksakan diri karena mereka lelah atau merasa malas. Namun,
semut menunjukkan kemauan dan upaya besar untuk merampungkan tugas yang mereka
mulai hingga berhasil. Dia yang memberi semut kemauan dan tekad ini, yang lebih
kuat daripada manusia, tentu saja adalah satu-satunya penguasa segala sesuatu:
Allah.
Penguasa Taktik yang
Dapat Menembus Sistem Pertahanan
Musuh
semut api yang paling menyeramkan adalah Solenopsis
davgeri, suatu spesies semut parasit. Jadi, makhluk hidup yang dapat
menembus sistem pertahanan bertingkat mereka, yang bahkan sulit dipahami
manusia, adalah spesies semut lain. Tak diketahui bagaimana semut parasit ini
dapat menyusup ke dalam sarang semut api. Namun, begitu mereka masuk, semut
parasit langsung menyerang ratu dan bergantung pada antena, kaki, atau
lehernya. Karena semut pekerja biasanya harus menghancurkan setiap penyerang,
fakta bahwa mereka tidak melakukan apa-apa pada makhluk yang satu ini sulit
dijelaskan. Namun
ada jawaban sederhana. Saat menempel pada leher ratu, si parasit meniru
feromon ratu. Selanjutnya, para pekerja
bersusah payah memberi makan parasit
yang telah menundukkan ratu mereka.. Ratu mereka mati, sedang mereka mengira
telah memberinya makan.43
Semut Gurun
Sebagian besar makhluk hidup mustahil hidup
di dalam pasir membara bersuhu 65O C, termasuk manusia. Namun, ada semut yang dapat terus hidup pada suhu ini. Nah, bagaimana Namib ocymyrmex, yang merupakan semut
gurun hitam berukuran sedang dan berkaki panjang, hidup dalam panas tinggi ini?
Bagi
semut Namib, hari biasa di gurun tidak dimulai pada satu waktu tertentu.. Yang
memulai hari-hari adalah suhu permukaan pasir standar setelah mencapai 30O
C. Tepat pada suhu ini semut mulai keluar dari sarang bawah tanah untuk mencari
makanan. Karena tubuh mereka sangat dingin, mereka tak dapat bergerak lurus dan
berjalan terseok-seok. Namun, ketika suhu meningkat, semakin banyak semut
keluar dan mereka mulai bergerak lebih lurus dan cepat. Lalu lintas tertinggi
keluar-masuk sarang adalah pada suhu 52,2O C. Ketika suhu melebihi
ini, gerakan terus berlanjut, tetapi ketika suhu mencapai 67,8O C,
lalu lintas berhenti. Suhu ini dicapai sekitar sejam sebelum tengah
hari. Ketika suhu mulai turun pada sore hari, pencarian makanan dimulai lagi
dan berlanjut sehingga suhu permukaan jatuh hingga 30O C.
Semut
mungkin mencari makanan sekitar enam hari jauhnya dari sarang tanpa dimangsa
hewan apa pun. Pada masa ini mereka membawa pulang makanan yang beratnya 15-20
kali lipat berat mereka sendiri.
Semut,
yang tak bisa pulang ke sarang ketika suhu di padang pasir sangat tinggi,
menggunakan metode yang cukup menarik untuk berlindung dari panas. Suhu udara
menurun jika jarak semakin jauh ke atas pasir. Misalnya jika suhu pasir 67,8O
C, suhu udara sedikit di atasnya adalah 55O C. Jadi, jika suhu
permukaan pasir di atas 52,2O C, semut mendaki benda seperti
tumbuhan dan berdiam di situ sementara untuk mendingin. Suhu tubuh semut yang
kecil bisa cepat turun hingga mencapai suhu sekitar. Dalam batang pohon, suhu
bervariasi antara 30 hingga 38,3O C. Jeda pendinginan ini
memungkinkan semut mencari makanan dalam panas membara, meskipun
terputus-putus.
Pada
suhu tinggi, jika tidak dapat menemukan tempat dingin dalam beberapa detik,
semut akan mati kepanasan. Malah, jika suhu pasir di atas 52,2O C, mereka
mengambil resiko setiap kali meninggalkan sarang. Lalu, bagaimana semut gurun
melepaskan dari kematian tak terhindarkan ini? Karena mereka tidak mengukur
suhu dengan termometer, kita dapat berkata bahwa mereka tercipta dengan
mengetahui apa harus dilakukan pada suhu apa dan mengetahui hal-hal ini sejak
pertama kali mereka meninggalkan sarang.
Ya,
semut gurun telah diciptakan dan dilengkapi dengan kemampuan khusus untuk hidup
di gurun. Allah, yang telah menciptakan rahang tajam untuk semut pemotong daun,
telah mengilhami semut gurun dengan pengetahuan cara melindungi diri.
Akibat
simbiosis antara semut pemotong daun dan jamur, semut memperoleh protein yang
mereka butuhkan untuk gizi dari tunas jamur yang mereka tanam di daun. Di atas
terlihat kebun jamur yang dirawat semut.
1) Di dalam sarang, pekerja yang lebih kecil memotong daun kecil-kecil.
2)
Kasta berikut mengunyah potongan ini menjadi pulp dan memupuknya dengan
simpanan cairan feses yang kaya enzim.
3)
Semut-semut lain menyediakan pasta daun subur di atas lapisan daun kering di
ruang baru.
4) Kasta lain mengangkut potongan jamur dari ruang lama dan menanamnya dalam pasta daun.
Potongan jamur dioleskan pada pasta daun seperti lapisan gula kue.
5)
Kasta kerdil berkerumun membersihkan dan menyiangi kebun, lalu memanen jamur untuk dimakan semut lain.22
yang tajam dan menyuntikkan asam dalam luka tersebut.
Dengan keunikan ini, hewan ini
Pertama, beberapa ekor semut memilih benda di dekat tanah, misalnya
batang, lalu bergantung dari benda itu dengan saling berkaitan cakar. Semut
lain tiba, berlari menuruni untaian, dan mengaitkan cakar sampai untaian
menjadi tali yang dapat bergabung menjadi kumpulan selebar satu meter yang
disebut bivak; rumah mereka merupakan seluruh koloni dari 200.000 hingga 750.000
individu. Di
tengah-tengah sang ratu beristirahat bersama anak-anaknya. Pada pagi hari semut
mulai melepaskan kaitan untuk keluar dan mencari mangsa.
FOOTNOTES
19) National Geographic, Juli 1995 hlm. 100
20) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 597-598.
21) The Insect, Peter Farb & editor Time-Life Books, hlm. 164
22) National Geographic, Juli 1995, hlm.104
23) National Geographic, Juli 1995, hlm.100
24) National Geographic, Juli 1995, hlm.104
25) National Geographic, Juli 1995, hlm.100
26) National Geographic, Juli 1995, hlm.104
27) Harun Yahya, For Men of Understanding, Ta-Ha Publishers, 1999, hlm.
126-127
27) Harun Yahya, For Men of Understanding, Ta-Ha Publishers, 1999, hlm.
126-127
28) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 626
29) The Insect, Peter Farb & editor Time-Life Books, hlm. 163
30) National Geographic, Juni 1984, hlm. 803
31) Bilim ve Teknik Dergisi (Jurnal Sains dan
Teknik),Juni 1978, no: 127, hlm. 44
32) National Geographic, Juni 1984, hlm. 813
33) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 176-177, 450.
34) The Insect, Peter Farb & editor Time-Life Books, hlm. 164
35) Encyclopaedia of Animals, Maurice-Robert Burton, C.P.B.C Publishing
Ltd., hlm. 14
36) National Geographic, Juni 1984, hlm. 797
37) National Geographic, Juni 1984, hlm. 801
38) Encyclopaedia of Animals, Maurice-Robert Burton, C.P.B.C Publishing
Ltd., hlm. 15
39) Encyclopaedia of Animals, Maurice-Robert Burton, C.P.B.C Publishing
Ltd., hlm. 199
40) Encyclopaedia of Animals, Maurice-Robert Burton,
C.P.B.C Publishing Ltd.
41) New Scientist, 4 November 1995 hlm.29
42) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, Journey to the Ants, Harvard
University Press, 1994, hlm. 6
43) Science, vol. 263, 18 Maret 1994
BAB 4
SIMBIOSIS
Ada
logika mendasar yang dapat digunakan untuk menganalisis bukti-bukti penciptaan
makhluk hidup. Logika ini dapat dijelaskan dengan contoh
sederhana.
Misalkan
Anda sedang berjalan di tanah tandus. Tiba-tiba Anda menemukan anak kunci logam
di tanah. Anda memungut kunci itu tanpa tahu kegunaannya dan terus berjalan.
Tak lama kemudian, Anda menemukan rumah kosong beberapa ratus meter dari tempat
Anda menemukan anak kunci, lalu Anda mencoba membuka gembok rumah itu dengan
anak kunci yang Anda temukan, barangkali saja cocok.
Jika
anak kunci tersebut dapat membuka pintu dengan mudah, kesimpulan apa yang dapat
Anda tarik?
Tentu
saja sederhana. Anda menarik kesimpulan bahwa anak kunci tersebut adalah
pasangan gembok pintu rumah itu. Artinya, anak kunci yang Anda temukan telah
dirancang secara khusus untuk membuka gembok itu. Tidak sulit ditebak bahwa
tukang yang samalah yang membuat gembok beserta kuncinya itu. Jadi, kunci itu
sesuai dengan gemboknya karena memang telah dirancang untuk bersesuaian.
Akan
tetapi, kalau ada orang berkata, “Anda salah. Anak kunci yang Anda temukan sama
sekali tidak ada hubungannya dengan gembok itu. Kebetulan saja mereka cocok.
Menurut Anda bagaimana?” Tentu Anda menganggap pendapatnya tidak masuk akal,
karena ada jutaan gembok dan jutaan anak kunci di dunia ini yang tidak cocok
satu sama lain. Dari
jutaan anak kunci dan gembok yang berbeda-beda, hampir mustahil ada gembok dan
kunci yang benar-benar cocok, yang terletak berdekatan tanpa sengaja.
Apalagi seandainya anak kunci itu cukup
rumit, banyak tonjolan dan lekukannya, artinya bukan lurus dan sederhana
seperti kunci kamar. Kemungkinan “kebetulan” semakin tidak masuk akal, karena
semua detail lekukan dan tonjolan anak kunci harus juga ada pada gembok,
sehingga kemungkinan terjadinya “kebetulan” ini hanya sepersekian juta kali.
Jika pada satu pintu ada tiga gembok, dan
Anda menemukan bukan hanya satu, melainkan tiga anak kunci yang terletak
berdekatan, akankah Anda mempercayai pendapat bahwa anak-anak kunci ini
hanyalah kepingan logam yang kebetulan saja cocok dengan gembok-gembok itu?
Selain itu, Anda mungkin menganggap orang yang berpendapat seperti itu punya
masalah kejiwaan atau mencoba menyembunyikan sesuatu.
Contoh
di atas menyampaikan pesan yang sederhana, namun sangat berarti. Jika ada dua
benda yang benar-benar cocok, yakni semua detail pada kedua benda ini serasi
dan selaras, pasti ada kesengajaan dalam proses perancangannya. Anak kunci
cocok dengan gembok karena sengaja dirancang oleh seorang tukang yang ahli.
Kaset video dapat dimasukkan dan digunakan dalam pemutar video karena memang
telah dirancang dengan tujuan itu.
Berdasarkan
penjelasan di atas, kita dapat sampai pada kesimpulan di bawah ini. Jika terdapat
keselarasan antara dua makhluk hidup yang ditunjukkan dengan adanya kesesuaian
antara organ-organ tubuhnya, dapat dikatakan bahwa keselarasan ini adalah bukti
proses penciptaan secara sadar dan terencana. Keselarasan yang ada menunjukkan
bahwa proses penciptaan ini dilakukan secara sadar dan tidak terjadi secara
kebetulan. Selain itu, karena kesadaran dan rencana ini bukan berasal dari
hewan-hewan itu sendiri, keberadaan Sang Pencipta yang “merancang”
makhluk-makhluk ini secara sadar tidak dapat dipungkiri lagi.
Sekarang
kita dapat kembali memasuki dunia semut, menggunakan logika dasar ini. Topik
dalam bab ini adalah beberapa makhluk hidup yang hidup selaras bersama semut.
Hewan yang Hidup Bersama Semut
Sejak
lebih dari seabad yang lalu diketahui bahwa sejumlah spesies serangga hidup
bersimbiosis dengan semut. Sebagian besar dari spesies ini merampok makanan
dari koloni semut, sementara sebagian lainnya menggantungkan sebagian atau
seluruh hidupnya pada koloni semut. Spesies yang hidup sebagai parasit termasuk
berbagai serangga, misalnya kumbang, kutu, lalat, dan tawon.
Sebagian
parasit ini hidup di sarang semut dan menarik keuntungan dari kehidupan sosial
semut. Dalam beberapa kasus, semut tidak berkeberatan meskipun serangga larva
dan telurnya dimakan parasit ini. Bahkan, serangga ini tidak hanya
diperbolehkan memasuki sarang, larva mereka juga diberi makan dan dibesarkan
sebagaimana layaknya larva semut.
Mengapa
semut membiarkan saja tindakan agresif dari serangga parasit? Dan bagaimana
mungkin serangga ini dapat tinggal di sarang semut yang telah memiliki sistem
pertahanan yang hebat selama bertahun-tahun? Mari kita analisis fenomena yang
menarik ini.
Sebagaimana
diketahui, dalam komunitas semut terdapat sistem komunikasi yang rumit. Dengan
sistem ini, semut dapat membedakan anggota koloni mereka dengan pendatang.
Kemampuan ini berfungsi sebagai “sistem pertahanan bersama”. Namun, serangga
pendatang dapat masuk ke sarang semut dengan berbagai cara. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka telah berhasil memecahkan sandi komunikasi dan identifikasi yang
digunakan semut. Dengan kata lain, mereka mampu berkomunikasi dengan bahasa
semut, baik secara mekanis maupun kimiawi.
Penyamaran
Ketika
dua ekor semut bertemu, ia melakukan gerakan tertentu, yaitu menyentuh kawannya
dengan antena serta mencium feromonnya. Kemudian, kedua semut melanjutkan
perjalanan. Mereka melakukan gerakan ini untuk saling mengenali dan untuk
melindungi diri dari makhluk asing.
Semut
pekerja melakukan hal yang sama ketika bertemu serangga yang tinggal di sarang
mereka. Kadang-kadang mereka menyadari bahwa serangga yang ditemuinya bukan
dari golongan mereka dan mengusirnya keluar sarang. Akan tetapi, kadang-kadang
mereka memperlakukan serangga lain seolah-olah ia juga seekor semut. Biasanya semut
menerima serangga asing seperti ini jika serangga tersebut mampu menyamar
secara kimiawi.
Dapat
dipastikan bahwa serangga menyamar secara kimiawi, karena semut terbukti
mengusir serangga lain yang berbeda secara kimiawi, meskipun bentuk fisiknya
mirip dengan mereka. Namun, parasit tertentu yang sama sekali tidak mirip
dengan semut diterima sebagai warga sarang semut44. Sulit
dijelaskan bagaimana spesies-spesies serangga belajar meniru ciri khas kimiawi
semut. Hal ini hanya dapat dimengerti apabila serangga ini memang dirancang
untuk memiliki feromon yang mirip dengan semut. Serangga tidak mampu memahami
reaksi kimia, meskipun ia hidup selama jutaan tahun. Oleh
karena itu, serangga ini pasti memperoleh ciri khas tersebut dari Sang
Pencipta.
Serangga Penghasil
Hidrokarbon dan Semut Api
Salah
satu spesies serangga, Scarabaeid,
dapat hidup bersama semut api, karena kedua spesies ini menghasilkan
hidrokarbon yang sama. Serangga sering dianggap bermusuhan dengan semut,
karenanya mengherankan bahwa terdapat hubungan harmonis antara kedua spesies
ini. Bagaimanakah kesesuaian ini bisa terjadi?
Serangga
ini menghasilkan hidrokarbon yang juga dihasilkan oleh semut. Selain itu,
mereka juga menghasilkan sejumlah hidrokarbon yang tinggi berat molekulnya.
Ketika serangga meninggalkan sarang semut, senyawa-senyawa yang sama dengan
hidrokarbon semut tidak lagi diproduksi, tetapi senyawa hidrokarbon yang berat
yang mereka miliki tetap diproduksi. Bila suatu saat nanti serangga ini
mendatangi koloni spesies semut api lain, mereka akan memproduksi bau yang sama
dengan koloni yang ini45.
Ketika
pertama kali tiba di sarang semut api, serangga ini menggunakan cangkang
tubuhnya yang tebal dan berpura-pura mati untuk melindungi diri. Dalam beberapa
hari, serangga ini mampu meniru hidrokarbon yang diproduksi semut, sehingga
diperbolehkan masuk ke sarang semut46.
Bagaimana
mungkin spesies serangga ini mampu meniru berbagai bau dan memproduksinya di
dalam tubuh? Bagaimana serangga ini bisa tahu bahwa dengan menghasilkan bau
tertentu ia dapat menipu semut sehingga diperbolehkan masuk ke dalam sarang
mereka? Dapatkah serangga melakukan semua ini sendiri?
Tentu
saja tidak. Serangga tidak mungkin dapat mengenali ciri khas fisik dan kimiawi
semut. Sangat tidak masuk akal apabila dikatakan bahwa serangga ini telah
mengalami evolusi, dengan cara hidup bersama semut dalam waktu lama sehingga
memiliki kemampuan memproduksi bau yang dihasilkan semut-semut ini. Pembentukan
ciri khas yang begitu rumit tidak mungkin dihasilkan dari mutasi maupun kebetulan.
Satu-satunya kesimpulan dari semua ini adalah adanya Sang Pencipta, Yang telah
memberi serangga ini kemampuan untuk mengenali dan meniru. Dialah Satu-Satunya
yang mampu membuat semut dan serangga lain hidup bersama secara selaras dan Dia
pula yang mampu mencegah kedua makhluk ini untuk saling menyerang. Dialah,
Allah, Sang Pencipta kedua spesies ini.
Pengunjung
Semut Tentara
Ada
sejumlah spesies kutu yang hidup pada tubuh semut tentara. Spesies-spesies kutu
ini hidup dari darah yang mereka peroleh dari daerah mirip-membran pada
punggung semut yang menjadi inangnya, atau dari cairan berlemak yang dihasilkan
tubuh inangnya. Terkadang kutu ini hidup di ujung kaki belakang semut, sehingga
pada saat-saat tertentu mereka merelakan tubuhnya digunakan sebagai bagian dari
kaki semut.
Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, semut tentara membentuk rantai dengan cara berpegangan
pada tungkai kawannya saat mereka membuat sarang sementara dari rantai
tersebut. Dalam analisis laboratorium, ditemukan bahwa pada semut yang memegang
kaki kawannya yang berkutu, ditemukan kaki belakang kutu tersebut mengambil
bentuk yang sama dengan cakar semut serta melakukan fungsi yang sama pula. Kutu
ini memiliki alat cengkeram yang berbentuk gigi pada punggungnya. Punggung ini
berbentuk sedemikian rupa sehingga mereka dapat beradaptasi dengan tubuh semut47.
Di antara ribuan spesies yang hidup di
alam semesta ini, tidak mungkin dua makhluk dengan sistem yang saling
melengkapi ini bertemu secara kebetulan. Kemungkinan kedua spesies ini—yang
saling menggantungkan hidupnya—pada suatu hari bertemu, melihat bahwa tubuh
mereka yang sesuai untuk hidup bersama, lalu memutuskan untuk bersimbiosis,
adalah nol. Oleh karena itu, keselarasan yang begitu sempurna ini adalah salah
satu contoh yang mendetail betapa sempurna hasil ciptaan Allah. Meskipun
menyangkut hal yang sangat kecil, detail seperti ini terlalu berharga untuk
dilupakan. Contoh-contoh yang dapat kita saksikan ribuan, bahkan jutaan kali
setiap hari ini, telah diciptakan agar manusia dapat melihat kekuatan yang tak
terbatas, ilmu dan kehalusan ciptaan Allah.
Larva Lalat
yang Cerdas
Tubuh
semut merupakan tempat hidup yang sesuai bagi parasit. Oleh karena itu, banyak
spesies parasit yang memilih tubuh semut sebagai rumah mereka. Salah satu
contoh parasit ini adalah spesies lalat,
Stronggydaster globula.
Larva
lalat ini (“endoparasit” atau parasit interior) hidup pada tubuh bagian
belakang ratu semut. Keberadaan larva lalat tampaknya tidak mempengaruhi
tingkah laku ratu semut, kecuali aktivitas bertelurnya yang terhenti. Ketika
meninggalkan tubuh inangnya, larva parasit memasuki fase pupa. Pupa ini dirawat
semut seolah-olah mereka adalah pupa semut. Akan tetapi, ketika lalat mulai
dapat terbang, perlakuan koloni semut berubah dan lalat tersebut dipaksa
meninggalkan sarang. Kemudian ratu semut mati setelah parasit-parasit ini
meninggalkan sarang48.
Larva
lalat yang dapat tinggal dan hidup pada tubuh semut merupakan fenomena yang
menarik. Tidak mungkin seekor makhluk yang baru lahir mampu memilih tubuh ratu
semut sebagai rumahnya. Induk lalat memilih tubuh ratu semut sebagai tempat
bertelur karena ia mengetahui dan mengenal tubuh dan cara hidup semut. Dalam
habitatnya ada ratusan spesies lain yang bisa ia jadikan tempat bertelur.
Namun, induk lalat mampu memilih dan menentukan tempat yang sesuai bagi
kepentingan bayinya, yaitu pada tubuh ratu semut. Meskipun demikian, tidak
mungkin induk lalat dapat mengantisipasi apakah lingkungan yang dipilihnya
mampu menjamin keamanan telurnya dan apakah semut dalam koloni itu akan merawat
telur lalat. Lalat adalah makhluk yang berbeda sama sekali dengan semut,
sehingga tidak mungkin induk lalat dapat mengetahui kehidupan semut.
Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa keputusan yang tepat ini bukan hasil “ramalan”
induk lalat, melainkan karena dalam diri hewan kecil ini terdapat sebuah
program, atau ilham. Dialah Allah yang meletakkan larva lalat di tempat yang
paling sesuai untuknya. Dialah Allah yang memiliki kekuasaan mutlak atas lalat
dan semut serta memiliki pengetahuan yang tidak terbatas mengenai mereka.
Dialah Sang Pencipta, Pemilik dan Penguasa semua makhluk hidup.
Misteri Kupu-Kupu Biru
Pada
tahun 1979, kupu-kupu biru besar musnah dari tempat perkembangbiakannya yang
terakhir di Inggris. Para ahli, yang mempelajari spesies kupu-kupu ini, cukup
lama tidak berhasil mengetahui mengapa kupu-kupu jenis ini musnah, padahal
banyak sekali habitat yang cocok untuk perkembangbiakan mereka berupa padang
rumput liar, yang banyak ditumbuhi tanaman thyme
tempat kupu-kupu bertelur. Sebenarnya, rahasianya terletak pada siklus hidup
kupu-kupu yang menakjubkan.
Setelah
menetas, ulat memakan daun thyme
selama kurang lebih tiga minggu. Kemudian ia jatuh ke tanah dan mengeluarkan
cairan yang menarik semut merah. Ketika semut merah muncul, ulat mendongakkan
tubuhnya dan menggembungkan kulit di belakang kepalanya, untuk menipu agar
semut mengira ia adalah larva semut. Kemudian ulat tersebut kemudian dibawa
semut kembali ke sarangnya, dan hidup di sarang semut selama hampir satu tahun.
Ulat ini hidup dengan memakan larva semut dan berhibernasi selama musim dingin.
Pada musim semi ulat ini membuat kepompong sutra. Selagi di dalam kepompong,
perlahan-lahan ulat berubah menjadi kupu-kupu dewasa, sampai akhirnya
meninggalkan sarang pada pertengahan musim panas.
Temuan
mengenai parasitisme ini menyingkapkan tabir misteri punahnya spesies
kupu-kupu. Akibat perubahan ekologi di wilayah tersebut, semut merah bermigrasi
dari situ dan ulat yang menetas dibunuh oleh spesies semut lainnya, yang tidak
dapat ditipu oleh penyamaran ulat49.
Ada beberapa
pertanyaan yang harus dijawab. Mungkinkah simbiosis yang terjadi antara semut
dan kupu-kupu ini terjadi secara kebetulan? Bagaimana mungkin kupu-kupu—dalam
bentuk ulat, yang bahkan belum dewasa—mengetahui cara mengelabui seekor semut?
Bagaimanakah organ-organ yang menyamarkan ulat seperti larva semut bisa
terbentuk? Karena para evolusionis tidak menerima teori penciptaan, mereka
membantah dan mengatakan bahwa organ-organ ini terjadi secara kebetulan. Namun
demikian, mustahil suatu kebetulan bisa menghasilkan kemiripan sesempurna ini.
Kemiripan ini tak mungkin terbentuk berangsur-angsur secara bertahap, karena
ulat yang belum bisa menyamar akan diburu oleh koloni semut dan tidak mungkin
bertahan hidup. Karena seekor ulat tidak mungkin mampu menentukan bentuk tubuh
secara sadar, kemungkinan satu-satunya adalah adanya sebuah Kekuasaan Sang
Pencipta yang memberinya bentuk sehingga menyerupai larva semut.
Parasit yang
Diberi Makan dari Mulut Semut
Ada
sejenis parasit bernama Dinarda yang
selalu mengelilingi sarang semut dan memakan mangsa yang dibawa oleh koloni
semut. Mereka juga memakan cairan nutrisi milik koloni. Parasit tersebut
mondar-mandir di ruang sarang tempat para pekerja dan pemburu yang baru tiba
itu berbagi makanan. Parasit ini menyentuh ujung mulutnya ketika bertemu seekor
semut sehingga semut itu membagi makanannya. Cara ini sebenarnya sangat
berbahaya bagi Dinarda, karena semut
akan menyerangnya jika menyadari bahwa parasit itu bukan anggota koloni. Dinarda memiliki suatu cara untuk bertahan jika ini terjadi. Ketika menyadari
bahwa ia akan diserang semut, ia mengangkat perutnya dan menyemprotkan cairan
pembius ke arah semut. Akibatnya, serangan semut terhenti dan parasit berhasil
melarikan diri50.
Imigran yang
Cerdik
Atemeles adalah spesies serangga yang
dibesarkan di sarang semut Formica
selama musim panas dan berpindah ke sarang semut spesies lain, Myrmica. Setelah menghabiskan musim
dingin di sarang yang baru, mereka pindah kembali ke sarang asalnya di musim
panas. Perpindahan ini tentu saja beralasan. Formica tidak berkembang biak selama musim dingin, sehingga tidak
banyak makanan yang disimpan selama musim ini. Sebaliknya, spesies Myrmica berkembang biak di musim dingin
sehingga banyak menyimpan makanan di musim ini51.
Atemeles tidak kesulitan bermigrasi
dari sarang ke sarang. Semut Formica
membuat sarangnya di hutan sedangkan semut Myrmica
bersarang di padang rumput. Atemeles yang meninggalkan sarang Formica telah menemukan metode yang
sangat penting agar ia tidak tersesat. Ia bergerak ke arah
sinar matahari dan menemukan padang rumput di mana Myrmica bersarang. Ketika sampai di padang rumput, masalah lain
menanti mereka. Mereka harus bisa membedakan sarang semut Myrmica dengan sarang semut lain. Penelitian menunjukkan bahwa Atemeles menemukan sarang yang tepat
dengan mencium bau yang dihasilkan koloni Myrmica52.Singkat
kata, serangga imigran ini tidak hanya mampu menentukan arah dengan menggunakan
cahaya, tapi juga mampu membedakan bau koloni-koloni semut.
Serangga
imigran ini sangat menarik karena mereka diterima oleh kedua spesies semut dan
dengan cepat mampu beradaptasi dengan lingkungan sarang yang baru. Wasmann,
seorang ilmuwan yang telah meneliti semut selama bertahun-tahun, percaya bahwa
serangga ini dapat bersimbiosis secara canggih dengan metode adaptasi yang
belum diketahui. Serangga ini memiliki sebuah kemampuan yang mereka gunakan
sehingga mereka dapat masuk ke sarang yang mereka inginkan. Spesies ini
mempunyai sebuah kelenjar yang menghasilkan zat-zat yang mereka gunakan untuk
melindungi diri mereka. Mereka juga mensekresikan zat kimia yang dapat
melemahkan musuh-musuh mereka ketika mereka diserang. Zat kimia ini sangat
keras sehingga ketika serangga ini menyemprotkan zat tersebut pada semut yang
sarangnya sudah lama mereka tinggali, sikap semut menjadi lebih “lunak” pada
mereka.
Aktivitas
serangga imigran ini memunculkan berbagai pemikiran. Serangga yang tahu waktu
yang tepat untuk pindah serta sarang yang ditujunya, pasti mengenali segala
aspek kehidupan semut. Bagaimana perjalanan migrasi ini dimulai?
Pertama-tama, serangga imigran harus mampu menentukan bahwa sarang yang akan
ditinggalinya adalah sarang semut, bukan sarang serangga lainnya. Kemudian,
serangga imigran juga harus dapat memilih spesies semut yang tepat dari sekitar
8800 spesies semut yang ada di dunia dan menyadari bahwa persediaan makanan di
dalam sarang yang dipilihnyamenurun selama musim dingin. Setelah itu, serangga
ini harus menemukan sarang yang banyak menyimpan makanan selama musim dingin.
Makhluk yang harus membuat semua keputusan ini adalah serangga yang mungkin
tidak akan pernah kita jumpai selama hidup kita. Secara logis, apakah seekor
serangga mampu membuat keputusan seperti ini?
Seandainya
kita meyakini bahwa sistem ini telah berkembang sedemikian rupa, bukan berarti
bahwa tidak ada pertanyaan lain yang muncul. Bagaimana mungkin serangga ini
dapat menemukan jalan ke sarang yang tepat saat ia berpindah sarang? Bagaimana
mungkin seekor serangga dengan ukuran seperseribu ukuran manusia dapat
menemukan jalan di dalam hutan sementara hal itu tidak mudah dilakukan bahkan
oleh seseorang yang sangat cerdas sekalipun?
Jawaban,
“bergerak ke arah cahaya” tidak memberikan penjelasan yang sesungguhnya, karena
cahaya bisa datang dari 2-3 arah yang berlainan. Jika sekadar mengikuti arah
cahaya, para imigran ini tetap harus menjelajahi wilayah seluas beberapa meter
persegi sebelum menemukan sarang yang dicari. (Bagi makhluk seukuran serangga,
wilayah seluas beberapa meter persegi sama dengan daerah seluas beberapa
kilometer persegi bagi kita). Pada saat inilah proses pengenalan bau dimulai.
Proses ini juga sangat menakjubkan. Dapat dibayangkan betapa sulitnya mengenali
satu jenis bau dari bau-bau lainnya di dalam hutan yang dihuni ratusan koloni
semut, yang selain itu juga terdapat ribuan bau lainnya. Yang lebih menakjubkan
lagi, serangga yang telah hidup di tempat lain sepanjang musim panas masih
ingat bau sarang yang ditujunya.
Mari
kita pikirkan kejadian berikut ini. Andaipun kita yang meletakkan seekor
serangga Atemeles dan meletakkannya di depan sarang semut yang sesuai, tetap
sangat sulit bagi serangga ini untuk dapat hidup di sarang tersebut, karena
semut juga memiliki kemampuan pengenalan yang sangat peka. Semut tidak akan
menerima semut lain yang tidak sekoloni. Semestinya mereka menganggap serangga
pendatang ini musuh dan mengusirnya dari sarang. Namun, hal ini tidak terjadi
dan Atemeles diperlakukan dengan cukup baik. Kemungkinan besar hal ini
disebabkan oleh zat kimia yang diproduksi tubuh serangga ini. Bagaimana mungkin
serangga imigran ini mengetahui bahwa dirinya dapat mempengaruhi koloni semut
dengan zat ini dan menyadari bahwa efeknya akan mengubah sikap permusuhan
koloni semut? Apakah mungkin Atemeles menentukan sendiri dengan tepat zat kimia
apa yang diproduksinya?
Tentu
saja ini mustahil. Yang terjadi di sini sudah jelas. Perbuatan serangga ini
membutuhkan kecerdasan yang tinggi dan kemampuan untuk memilih. Akan tetapi,
tentu saja kedua hal ini tidak mungkin dimiliki seekor makhluk yang bahkan
tidak memiliki otak. Harus diakui bahwa sumber kecerdasan dalam tindakan
serangga ini berada “di luar” dirinya.
Para
evolusionis menggunakan kata “naluri” untuk keluar dari jalan buntu seperti
ini. Mereka juga menyatakan bahwa perilaku hewan berasal dari motif-motif
tertentu yang tidak diketahui sumbernya. Akan tetapi, pendapat seperti ini
hanya dapat digunakan untuk menutupi kesalahan mereka, tidak mengubah apa-apa.
Gambarannya cukup jelas. Ada motif-motif tertentu yang menggerakkan hewan ini
yang dihasilkan oleh suatu rencana yang cerdas. Karena rencana cerdas tidak
mungkin dihasilkan oleh hewan itu sendiri, motif ini pasti bersumber pada
sebuah kekuatan yang berkuasa atas hewan ini. Kekuatan ini adalah milik Dia
Yang tak terlihat, Yang mampu berkuasa atas dunia nyata dengan Maha Bijaksana
dan mencerminkan pengetahuan itu dalam mengenai makhluk hidup, seperti
serangga, yang tidak memilki kesadaran.
Serangga yang
Berpura-Pura Mati
Sarang
semut menyajikan persediaan makanan, perlindungan dari penyerang, dan kondisi
hidup yang ideal bagi suatu spesies serangga yang hidup di gurun pasir di
sebelah selatan Amerika Serikat dan Meksiko. Begitu berhasil memasuki sarang
semut, serangga ini langsung menuju ruang perkembangbiakan dan memakan larva
semut.
Serangga
ini telah mengembangkan berbagai teknik untuk masuk ke dalam sarang semut.
Beberapa spesies langsung saja masuk lewat lubang semut, kemudian melalui
gundukan ranting dan masuk ke dalam sarang. Serangga ini memiliki cangkang yang
melindungi tubuh mereka dengan baik, sehingga semut tidak dapat membunuh
mereka. Koloni semut hanya dapat menyerang mereka bersama-sama lalu mengusir
mereka dari sarangnya.
Serangga
yang gagal masuk tidak pernah menyerah. Mereka berpura-pura mati sehingga
menarik perhatian semut. Kemudian, semut-semut itu membawa pulang serangga yang
berpura-pura mati ini sebagai makanan. Untuk mengelabui semut, serangga ini
pandai berpura-pura mati, dengan cara menarik antenanya ke belakang serta
membuat kakinya tampak kaku54.
Setelah
mencapai ruang penyimpanan telur, entah mengapa semut meninggalkan serangga
ini. Penelitian menunjukkan bahwa selagi serangga ini memakan telur semut,
cairan yang dikeluarkan bulunya menarik perhatian semut di tempat lain. Demikianlah
sikap permusuhan semut berkurang dan mereka tidak lagi dapat melindungi
telurnya.
Serangga
“cerdas” ini juga meninggalkan larvanya di sarang semut. Larva serangga tumbuh
di tengah tumpukan potongan tanaman. Meskipun mereka tidak memiliki mekanisme
pertahanan melawan semut, larva ini tidak diserang oleh kawanan semut, sampai
suatu saat mereka mampu bertahan dari serangan semut dan melarikan diri dengan
cara yang terampil.56
Larva Lalat
yang Mengenali Semut
Dalam
subbab berikut ini kita akan menyaksikan contoh penciptaan yang sempurna dan
mengagumkan, yaitu larva lalat yang dapat menyamar.
Larva-larva
lalat syrphid (Microdon) hidup jauh
di dalam sarang semut selama musim dingin, sedangkan pada musim semi mereka
pindah ke permukaan sarang untuk membentuk kepompong (pupa). Dalam penelitian
ditemukan bahwa semua larva menghilang begitu menetas sehingga dianggap telah
mati dan hanya tertinggal seekor larva yang menggantung di permukaan luar
kepompong semut. Pembesaran menunjukkan bahwa bentuk larva semakin membulat,
seolah-olah ia berusaha mengejan untuk mengubah bentuknya. Tiba-tiba larva ini
menghilang. Larva telah memasukkan kait pada mulutnya ke dalam kepompong sutra
dan membuat lubang yang cukup besar agar ia bisa masuk. Larva-larva yang
seolah-olah menghilang sebenarnya berada di dalam kepompong, memakan pupa semut
dan berubah ke tingkat larva selanjutnya. Larva Microdon pada tingkatan selanjutnya, menggulung dirinya searah
panjang tubuhnya sehingga tidak dapat dibedakan dari kepompong semut. Setelah
proses transformasi ini, semut-semut pekerja yang kebingungan berdatangan dan
membawa bayi yang menyamar ke dalam sarangnya yang aman.57
Ini
adalah contoh kasus mimikri yang unik. Semut mengira larva lalat ini adalah
kepompong semut. Pada saat penelitian dilakukan, ditemukan bahwa zat kimia
pembentuk kutikula luar dari larva lalat yang keras hampir persis sama dengan
zat pada larva semut. Dengan kata lain, larva lalat juga dapat meniru kepompong
semut secara kimiawi.
Analisis
kimia membuktikan bahwa kejadian ini benar-benar mimikri secara kimia.
Bagaimana cara larva Microdon melakukan
penyamaran ini?
Pada
bagian bawah tubuh larva terdapat tonjolan besar yang belum diketahui
fungsinya. Diduga tonjolan ini mengandung kelenjar atau muara kelenjar yang
mengeluarkan zat kimia yang digunakan larva untuk menyamar menjadi inangnya.
Bagaimana
mungkin seekor makhluk yang bahkan tidak mengerti “kimia” dapat melakukan
penyamaran seperti ini? Selain itu, hanya larva lalat Microdon yang memiliki sistem pertahanan seperti ini, sedangkan
serangga dewasa tidak memilikinya. Karena serangga dewasa tidak dapat menyamar
seperti halnya larva, tentunya penyamaran ini bukan sesuatu yang merupakan
hasil pemikiran mereka sendiri. Berarti larva memiliki kemampuan ini sejak
lahir.
Susunan
kimiawi yang menyebabkan larva dapat menyamar sebagai semut tidak mungkin
terbentuk secara kebetulan di tubuh larva. Satu-satunya kesimpulan yang dapat
ditarik dari kejadian ini adalah bahwa larva lalat Microdon telah memiliki kemampuan ini sejak menetas.
Semut Pemakan Kayu dan Serangga Daun
Sampai
subbab ini, yang dijelaskan buku ini mengenai semut sudah memberikan gambaran
umum mengenai dunia semut. Akan tetapi, yang tertulis ini baru sebagian contoh
saja, karena banyak sekali spesies di dunia semut yang dilengkapi dengan
berbagai ciri-ciri yang kita tidak ketahui. Salah satunya adalah “semut susu”
atau juga dikenal sebagai semut pemakan kayu.
Semut pemakan kayu ini memakan cairan daun
yang diperolehnya dari serangga daun, Aphid*.
Kerjasama
antara semut dan aphid merupakan salah satu contoh simbiosis yang paling
menarik dari dunia serangga.
Aphid
yang diletakkan pada daun oleh semut menghisap cairan dari akar tumbuhan. Dalam
tubuh aphid, cairan tumbuhan diubah menjadi “nektar”. Semut menyukai nektar dan
tahu bagaimana caranya agar aphid memberikan makanan ini kepada mereka. Bila
seekor semut mulai lapar, ia mendekati aphid dan menepuk-nepuknya dengan sensor
dan antenanya. Aphid sangat menyukai hal ini sehingga mengeluarkan setetes
nektar dan memberikannya kepada semut. Sebagai balasan, semut melindugi dan
memelihara aphid dengan baik59.
Pada
musim gugur, semut mengumpulkan telur aphid dan menyimpannya di sarang mereka
sampai telur-telur ini menetas. Kemudian, bayi aphid diletakkan di akar
tumbuhan, sehingga mereka dapat menghisap cairan tumbuhan dan menyediakan
nektar bagi semut.
Pertanyaannya
adalah: Dari sekian ribu makhluk hidup di dunia ini, bagaimana cara semut susu
mengetahui sifat aphid? Kemudian bagaimana mungkin semut dapat memilih aphid
dari begitu banyak pilihan makhluk hidup lainnya? Tentu saja, tak mungkin kita
menilai sebagai rantai kebetulan hal berikut ini: cairan yang keluar dari tubuh
aphid kebetulan cocok dengan apa yang dibutuhkan semut. Semut juga tidak
mungkin mengetahui secara kebetulan bahwa aphid akan memberikan nektar jika
semut menepuk-nepuknya. Sekali lagi, pasangan ini dirancang, selaras, dan
karenanya jelas diciptakan.
(note
from translator, page 89
* Aphid
adalah serangga dari famili Aphididae (ordo Hemiptera) yang berkembang biak
dapat secara seksual dan partenogenesis. Spesies ini menghisap cairan floem
tumbuhan dengan mulutnya yang dapat menembus ke lapisan floem (Penerjemah).
Tanaman yang Hidup Bersama Semut
Di
dalam kantung tanaman kantong semar yang hidup di sebelah India Timur, Nepenthes bicalcarata, hidup koloni
semut. Tanaman ini bentuknya seperti teko dan memangsa serangga yang
menghinggapinya. Meskipun demikian, semut bebas bergerak dan mengambil
sisa-sisa serangga dan bahan makanan lainnya dari tanaman ini60.
Kerja
sama ini menguntungkan kedua belah pihak, semut dan tumbuhan. Meskipun semut mungkin saja dimakan Nepenthes,
mereka dapat membangun sarang pada tanaman ini. Tumbuhan juga menyisakan
jaringan tertentu dan sisa-sisa serangga untuk semut. Dan sebagai balasannya,
semut melindungi tumbuhan dari musuhnya.
Begitulah
contoh simbiosis tanaman dan semut. Struktur anatomi dan fisiologi semut dan
tanaman inangnya telah dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan hubungan
timbal balik antara keduanya. Meskipun para pembela teori evolusi menyatakan
bahwa hubungan antarspesies ini berkembang secara berangsur-angsur selama
jutaan tahun, tetapi tentu saja pernyataan yang mengatakan bahwa dua makhluk
yang tidak memiliki kecerdasan ini dapat sepakat merencanakan suatu sistem yang
menguntungkan kedua belah pihak tidak masuk akal.
Lalu,
apa yang menyebabkan semut hidup pada tumbuhan?
Semut
cenderung tinggal pada tumbuhan karena adanya cairan bernama “nektar residu”
yang dikeluarkan tumbuhan. Cairan nektar ini merupakan daya tarik bagi semut
untuk mendatangi tumbuhan. Banyak spesies tumbuhan yang terbukti mengeluarkan
cairan ini pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, pohon ceri hitam menghasilkan
cairan ini hanya tiga minggu dalam setahun. Tentu pengeluaran cairan pada waktu
ini bukan kebetulan karena waktu tiga minggu ini bertepatan dengan satu-satunya
waktu sejenis ulat menyerang pohon ceri hitam. Semut yang tertarik pada nektar
dapat membunuh ulat ini serta melindungi tumbuhan61.
Hanya dengan menggunakan akal sehat, kita
dapat melihat bahwa hal ini adalah bukti hasil penciptaan. Akal sehat tidak
mungkin bisa menerima bahwa pohon ini dapat memperhitungkan kapan bahaya akan
menyerang lalu memutuskan bahwa cara terbaik untuk melindungi dirinya adalah
dengan cara menarik semut serta mengubah struktur kimianya. Pohon ceri tidak
punya otak. Oleh karena itu, ia tidak dapat berpikir, memperhitungkan, maupun
mengubah komposisi kimianya. Bila kita menganggap bahwa prosedur yang rasional
ini adalah sebuah karakter yang diperoleh dari suatu kebetulan – yaitu dasar
dari logika evolusi – tentunya hal ini tidak masuk akal. Jelas sekali bahwa
pohon ini telah melakukan sesuatu yang didasarkan pada kecerdasan dan ilmu
pengetahuan.
Oleh karena itu, satu-satunya kesimpulan yang
dapat kita tarik adalah bahwa sifat tumbuhan ini telah terbentuk karena adanya
sebuah Kehendak yang telah menciptakannya. Bila kita merujuk pada segala bentuk
pengaturan yang dibuat-Nya, jelas sekali bahwa Dia tidak hanya berkuasa atas
pohon, tetapi juga atas semut dan ulat. Jika penelitian dilakukan lebih jauh
lagi, tentunya dapat diketahui bahwa Dia berkuasa atas semesta alam dan telah
mengatur setiap komponen alam secara terpisah namun serasi dan selaras,
sehingga membentuk sebuah sistem sempurna yang kita kenal sebagai “keseimbangan
ekologi”. Bila kita berpikir lebih jauh dan meneliti bidang-bidang lain,
seperti geologi dan astronomi, kita akan sampai pada gambaran yang serupa. Ke
mana pun kita melangkah, kita akan menyaksikan berjuta sistem yang berfungsi
dengan selaras dan teratur sempurna. Semua sistem ini
menunjukkan keberadaan Sang Pengatur. Meskipun demikian, tidak satu pun
komponen pembentuk alam ini yang mampu berfungsi sebagai Sang Pengatur itu.
Maka apakah Dia yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan
(apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Surat An-Nahl:17)
Oleh
karena itu sang pengatur haruslah Dia Yang Maha Tahu dan Maha Kuasa atas alam
semesta. Al Quran menggambarkan Sang Penguasa sebagai berikut:
Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang
Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepadanya
apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Surat Al-Hasyr:24)
Pohon Akasia dan Semut
Pohon
Akasia yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis terlindungi berupa duri.
Suatu spesies semut yang hidup pada pohon akasia Afrika membuat lubang dengan
menggerogoti dinding duri dan hidup secara permanen di dalam pohon akasia.
Setiap koloni semut menghuni duri-duri pada di lebih dari satu pohon atau
lebih, serta memakan nektar daun akasia. Koloni ini juga memakan ulat dan
organisme lain yang mereka temukan di pohon.
Nektar
batang akasia sangat kaya akan minyak dan protein. Thomas Belt, yang pertama
kali menyelidiki hal ini, menyatakan bahwa kelihatannya satu-satunya fungsi
nektar adalah menyediakan nutrisi bagi semut. Semut, yang hidup di pohon-pohon
ini, mengambil gula dari nektar dan memberikannya kepada larva mereka.
Apa
yang diharapkan pohon dari semut sebagai “balas jasa”?
Semut
pekerja yang berkerumun di permukaan tumbuhan sangat agresif kepada serangga
lainnya, dan juga pada hewan segala ukuran. Kalau hewan lain menyentuh pohon
yang mereka tinggali, mereka akan menyerang bersama-sama dan menggigit dengan
gigitan yang menyakitkan. Selain itu, tumbuhan lain yang berjarak kurang dari
satu meter dari pohon akasia yang dihuni semut dibantai dan diserang, kulit
batang pohon diserang, serta ranting dan dahan yang menyentuh pohon akasia juga
dihancurkan63.
Telah
dibuktikan bahwa pohon akasia yang tidak didiami semut lebih mudah diserang dan
dilukai oleh serangga lainnya, jika dibandingkan dengan pohon yang dihuni
koloni semut. Dalam sebuah eksperimen diamati bahwa tumbuhan liar yang tumbuh
berdiameter 40 cmdari pohon akasia diserang oleh semut, dimakan dan
diinjak-injak sampai hancur. Semut juga bahkan menyerang dahan dan daun
tumbuhan lain yang menyentuh bayangan pohon akasia. Seluruh koloni semut sangat
sigap ketika membersihkan dan mengawasi tumbuhan. Para ilmuwan sampai pada
kesimpulan berikut: semut disewa oleh pohon akasia sebagai “tentara khusus”64.
Karena kedua belah pihak tidak mungkin bernegosiasi untuk mencapai keputusan
tersebut, keputusan ini pasti telah diambil oleh Dia yang menyebabkan kedua
belah pihak mencapai persetujuan.
Hotel Semut
Pada
sejumlah tumbuhan, terdapat lubang-lubang dalam yang secara biologi dikenal
dengan nama “domatia”. Satu-satunya fungsi domatia adalah sebagai tempat
berlindung bagi koloni semut. Domatia memiliki lubang-lubang yang bisa
digunakan sebagai tempat keluar-masuknya semut, atau tirai jaringan tipis.
Dalam ruang-ruang ini juga terdapat “makanan jadi” (yaitu makanan yang
diproduksi pohon, khusus untuk dikumpulkan oleh semut serta dimakan).
Satu-satunya fungsi “makanan jadi” adalah untuk memberi makan semut, karena
tampaknya makanan ini sama sekali tidak dimanfaatkan oleh tumbuhan65.
Pendek
kata, domatia adalah sebuah struktur khusus yang dibentuk agar semut dapat
bertahan hidup. Suhu dan kelembapan domatia sangat ideal keseimbangannya bagi
semut. Semut hidup dengan nyaman di tempat istimewa ini yang seolah-olah dibuat
khusus bagi mereka ini, sebagaimana halnya hotel berkualitas dibuat untuk
kesenangan manusia.
Tidak
mungkin bagi kita untuk menyatakan bahwa struktur ini terjadi secara kebetulan,
dan bahwa tumbuhan memproduksi makanan bagi semut secara kebetulan, serta
melakukannya berdasarkan kebutuhan.
Kerja
sama semut dan tumbuhan hanyalah salah bukti dari keseimbangan yang menakjubkan
yang dibuat oleh Sang Pencipta Yang Maha Esa di dunia ini. Selain itu, hubungan ini
juga timbal balik. Layanan yang diberikan semut pada pohon dan layanan pohon
pada semut, keduanya merupakan faktor penting bagi tumbuh-tumbuhan di dunia
ini. Semut meningkatkan kadar karbon dalam tanah karena mereka menanaminya,
menambahkan nutrisi tanah dari kotoran dan sisa-sisa mereka, serta menjaga suhu
dan kelembapan lingkungannya pada kadar yang sesuai. Oleh karena itu, spesies
tanaman yang hidup berdekatan dengan sarang semut tumbuh lebih subur
dibandingkan yang hidup di tempat lain.
Tanaman
Penghasil Zat Kimia dan Semut Penghasil Nitrogen
Suatu spesies semut, Philidris, dan tumbuhan inangnya, Dischidia major, menghasilkan sejumlah zat kimia yang rumit
sepanjang hidup mereka.
Tumbuhan ini tidak memiliki akar di bawah
tanah. Oleh karena itu, tumbuhan ini melilitkan dirinya pada tumbuhan lain agar
dapat berdiri tegak. Tumbuhan ini memiliki cara yang sangat menarik untuk
meningkatkan jumlah karbon dan nitrogen yang mereka dapatkan.
Semut memiliki tempat penyimpanan dalam
tumbuhan ini, tempat mereka memelihara larva dan menyembunyikan sampah-sampah
organik mereka (seperti semut mati, potongan tubuh serangga, dan sebagainya),
yang disebut “daun semut”. Tumbuhan menggunakan
sampah-sampah ini sebagai sumber nitrogen. Selain itu, permukaan-dalam dari
ruang daun menyerap karbon dioksida yang dihasilkan semut, sehingga mengurangi
jumlah air yang menguap melalui pori-pori daun66. Pencegahan
penguapan air ini sangat penting bagi tumbuhan penghasil zat kimia yang hidup
di daerah tropis ini, karena tumbuhan ini tidak pernah dapat mendapatkan
kebutuhan airnya langsung dari tanah karena tidak memiliki akar. Oleh karena
itu, semut menyediakan dua kebutuhan penting tumbuhan sebagai balasan dari
“kebaikannya” memberikan tempat berlindung pada semut.
Semut yang Memberi Makan Inangnya
Spesies
semut tertentu memberi makan tumbuhan inangnya. Sebagai contoh, tubuh tumbuhan Myrmecodia dan Hydnophytum, yang dipenuhi benjolan memberikan ruang-ruang bersekat
bagi semut untuk bersarang. Semut yang hidup di lekukan-lekukan ini berbeda
satu dengan yang lain. Ruang-ruang yang dihuninya berdinding mulus. Mereka
menyimpan sisa sampah serangga di ruang lain, yang berdinding kasar. Riset
membuktikan dinding yang kasar menyerap nutrisi, sedangkan dinding mulus tidak
berpori. Oleh karena itu, tumbuhan menyerap sisa sampah serangga yang dibawa
masuk oleh semut. Dengan kata lain, semut telah memilih ruang-ruang yang tepat.
Para
ilmuwan melakukan sebuah uji menarik. Pertama-tama mereka memberi makan larva
lalat buah dengan ragi (yeast) yang
telah diradiasi. Kemudian mereka meletakkan larva-larva ini pada tanaman yang
dihuni koloni semut. Ketika semut menemukan larva, mereka langsung membawanya
ke ruang berdinding kasar. Selama dua minggu selanjutnya, para ilmuwan
mengamati level radioaktif pada tumbuhan, untuk membuktikan bahwa sampah sisa
serangga didistribusikan melalui saluran-saluran dalam tubuh tumbuhan setelah
diasimilasi. Para ilmuwan membuktikan bahwa zat-zat radioaktif dibawa ke
seluruh tumbuhan, karena tumbuhan ini telah menyerap nutrisi yang tersedia67.
Tumbuhan Piper dan Semut Coklat
Hubungan
antara tumbuhan piper dan semut mungkin paling menarik dibandingkan dengan
contoh-contoh lain yang sudah kita kaji sebelumnya. Tumbuhan bernama piper ini
(sejenis tanaman mini dari famili lada hitam) tumbuh di hutan tropis Amerika
Tengah. Tumbuhan ini menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi semut
coklat (Pheidole bicornis). Pada saat
pohon piper muda baru berdaun lengkap dua atau tiga buah, salah satu pangkal
daunnya – gelembung kosong di antara cabang dan daun – biasanya berisi ratu Pheidole. Ratu semut membentuk koloni
pada tunas tumbuhan piper dengan cara mengunyah pangkal daun dan membuat
lubang, serta bertelur di sana. Ketika telur-telurnya pertama kali menetas
menjadi larva, sang ratu dan anak-anaknya menempati salah satu pangkal daun.
Ketika koloni mulai berkembang, para semut pekerja secara bertahap membuat
lubang pada jaringan di bagian tengah tangkai daun, sehingga seluruh tanaman
berubah menjadi tempat tinggal koloni semut68.
Tumbuhan
ini juga merupakan sumber makanan bagi semut. Permukaan dalam dari pangkal daun
menghasilkan makanan satu-sel bagi semut. Semut mencabut remah-remah yang kaya
akan minyak dan protein dari dinding pangkal daun, kemudian memberikannya pada
larva mereka.
Makanan
bergizi ini mungkin tidak dapat ditemukan oleh semut di tempat lain. Makanan ini disediakan
secara khusus oleh piper. Semut-semut ini berpindah ke pohon piper yang
memberikan pelayanan terbaik, tempat berlindung, dan makanan bagi mereka setiap
tahunnya, serta membangun sarang mereka di bagian tumbuhan yang paling sesuai
bagi mereka.
Piper yang
“Cerdas”
Tumbuhan piper yang berfungsi sebagai sumber
makanan, juga memiliki keistimewaan lainnya. Spesies tumbuhan lain tetap
menghasilkan makanan meskipun koloni semut telah meninggalkannya, sedangkan
tumbuhan piper hanya memproduksi makanan ketika koloni semut masih menetap di
pohon itu. Para ilmuwan telah menyadari bahwa tumbuhan berhenti memproduksi
makanan ketika semut coklat (Phedoles)
tidak ada.
Tolong-Menolong
Perbuatan tumbuhan piper bukanlah pengorbanan
sepihak. Selama mereka hidup bersama, semut juga memproduksi nutrisi yang
dibutuhkan oleh inangnya.
Ketika semut bergerombol pada batang tumbuhan
yang membusuk, semut dibawa jaringan tumbuhan bagian dalam yang lunak dalam
bentuk ammonia hidrat. Cairan ini sangat menguntungkan bagi tumbuhan, karena
meningkatkan efisiensinya. Selain itu, ketika anggota koloni semut bernapas,
mereka mengeluarkan karbon dioksida sehingga konsentrasinya pada tumbuhan
meningkat dan pohon tumbuh lebih sehat.
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk
memahami apakah semut piper menyediakan makanan bagi tumbuhan inangnya.
Terbukti bahwa semut Pheidole membawa serta partikel-partikel tertentu seperti
spora, potongan rumput liar, dan serpihan kulit ngengat, ketika semut sedang
mencari makan. Semut menyimpan makanan yang mereka bawa dalam kantung kecil
tempat mereka memelihara larvanya, kemudian tumbuhan mengambil mineral yang
dibutuhkannya dari makanan ini.
Pheidole Sang Pakar Strategi
Sifat
semut Pheidole cukup ramah. Mereka bergerak perlahan-lahan dan tidak pernah
menyerang maupun menggigit. Akan tetapi, semut ini menggunakan strategi licik
untuk melindungi dirinya dan inangnya, pohon piper.
Kebanyakan
serangga, seperti ulat yang memakan dedaunan, bertelur di atas pohon. Semut
segera membuang sumber bahaya ini. Telur rayap yang diletakkan pada daun
tumbuhan piper dapat ditemukan oleh semut pekerja dalam waktu satu jam. Kemudian para pekerja ini memunguti telur satu demi satu. Mereka membawa
telur-telur ini ke tepi daun dengan dagu dan mejatuhkannya ke bawah. Para
ilmuwan mencoba meletakkan telur rayap di ruang larva semut, agar larva
memakannya. Tetapi hasilnya tetap sama, dan semut pekerja segera membuang apa
pun yang dapat membahayakan diri mereka dan inang mereka71.
Aphid Penyerang
Makhluk
lain yang membahayakan piper adalah aphid gandum yang suka menyerang, Ambates melanobs. Aphid gandum menyerang
sebagian besar tumbuhan yang tidak ditinggali oleh koloni semut dan membunuh
tumbuhan ini dengan cara melubangi batang pohon dari dalam. Akan tetapi,
penyerang kecil ini tidak mungkin berhasil apabila tumbuhan dijaga oleh semut.
Semut menyerang larva aphid yang lunak dan tidak memiliki pertahanan tubuh
ketika mereka mulai melubangi bagian dalam batang. Semut yang bertugas menjaga
tumbuhan bertugas melawan segala jenis serangan serta melindungi keseimbangan
ekologi dengan kemampuan mereka ini.
Keharmonisan
dalam kehidupan tumbuhan dan semut tidak mungkin terjadi secara kebetulan.
Gambaran yang kita dapatkan dari informasi yang diberikan melalui seluruh bab
ini menunjukkan pada kita spesies-spesies yang berbeda satu sama lain, tetapi
diciptakan untuk dapat bekerja sama dengan baik.
Pada
awal bab ini, kami telah memberikan contoh keharmonisan seperti ini. Hubungan
antara anak kunci dan gembok yang sesuai. Hanya ada satu penjelasan dari
keharmonisan yang terjadi antara dua obyek ini. Gembok dan anak kunci dibuat
oleh ahli yang sama, artinya keduanya memang sengaja dibuat berkesesuaian.
Dalam contoh kerjasama yang kita temui di alam, logika yang sama juga berlaku.
Semut dan tumbuhan bekerja sama karena mereka adalah produk rancangan secara
sadar. Semut tidak mempunyai kekuasaan terhadap tumbuhan, demikian juga
sebaliknya. Karena keduanya tidak mungkin mengeluarkan gagasan, mereka hanya
menjalani kehidupannya menurut ilham yang diberikan oleh Penciptanya, sehingga
mampu memelihara hubungan timbal balik dalam kehidupan mereka.
Tugas
bagi manusia adalah menyadari kekuasaan Sang Pencipta dan Si Pemilik kekuasaan
ini. Tetapi sayangnya begitu banyak manusia yang tidak memikirkannya, bahkan
tidak pula memedulikannya. Ayat di bawah ini menyatakan dengan kalimat yang
sebaik-baiknya mengenai penciptaan sempurna yang dilakukan Allah dan kebutaan
manusia dalam memandangnya:
Hai Manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah
olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu
untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah
mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah
dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Surat Al-Hajj:73-74)
FOOTNOTES:
44) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 512
45) Ibid, hlm. 204
46) Ibid
47) Ibid, hlm. 486-487
48) Ibid, hlm. 489
49) Ecology, Michael Scott, Oxford University Press, New York, 1995,
hlm. 33
50) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 497-498.
51) Ibid, hlm. 500.
52) Ibid.
53) Ibid, hlm. 504.
54) Ibid, hlm. 507.
55) Ibid.
56) Ibid, hlm. 506.
57) Ibid, hlm. 493.
58) Natural History, 1/94, Gregory Paulson & Roger D. Akre.
59) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, Journey to the Ants, Harvard
University Press, 1994, hlm. 522-523.
60) Ibid, hlm. 530
61) Ibid, hlm. 548.
62) Ibid, hlm. 531.
63) Dokumenter National Geographic.
64)Bert Holldobler-Edward O. Wilson, Tthe Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 532
65) Ibid, hlm. 534-535.
66) Majalah Geo, Oktober
1995, hlm. 186.
67) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants,
Harvard University Press, 1990, hlm. 549.
68) Natural History, 10/93, hlm. 4-8.
69) Natural History, 10/93, hlm. 6.
70) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants,
Harvard University Press, 1990, hlm. 547.
71) Ibid, hlm. 535.
BAB 5
TAKTIK
PERANG DAN BERTAHAN
Dalam
bab-bab sebelumnya telah kita lihat bahwa struktur sosial semut sangatlah maju.
Makhluk yang pekerja keras, produktif, dan rela berkorban ini memiliki sebuah
keistimewaan lain. Mereka mampu bertahan terhadap musuh dan menggunakan teknik
yang sangat menarik ketika berjuang demi keselamatan koloninya.
Ukuran
semut yang kecil pada mulanya memberikan kesan bahwa mereka tidak mempunyai
sistem pertahanan. Sulit dibayangkan bahwa makhluk-makhluk ini, yang biasanya
mati hanya dengan diinjak, dapat menjalankan tugas-tugas yang kelihatannya jauh
di luar kemampuan mereka. Meskipun demikian, tanpa meninggalkan susunan ekologi
yang telah diciptakan-Nya di muka bumi ini, Allah memberi semut-semut ini
tempat tinggal dan menganugerahi mereka dengan sistem pertahanan yang
dibutuhkan.
Dengan
ilham dari Allah, semut menggunakan taktik dan strategi yang hebat untuk
mempertahankan koloninya dan melindungi dirinya dari musuh yang mereka temui
selagi mencari makan. Selain mengembangkan strategi berburu, mereka juga
berusaha agar tidak dimangsa hewan lain. Salah satu pertempuran
seperti ini terjadi antara dua koloni semut.
Peperangan Antarkoloni
Salah
satu penyebab terpenting terjadinya perang antarkoloni adalah sulitnya berbagi
sumber makanan. Dalam perang semacam ini, spesies semut yang pertama kali
menemukan makanan biasanya menang. Hal ini karena koloni semut yang menemukan
makanan tersebut mengelilingi makannnya, sehingga koloni lain tidak bisa
mencapai makanan itu. Mereka juga meninggalkan bau di sekitarnya, sehingga
anggota koloni lain tidak dapat menemukan makanan itu melalui penciuman.
Sementara
beberapa semut pekerja yang paling dahulu sampai di sumber makanan melaksanakan
operasi blokade, beberapa anggota koloni tidak langsung ikut berperang. Mereka
kembali ke sarang sambil meninggalkan jejak bau sepanjang perjalanan. Ketika
mereka tiba di sarang, mereka memberi tahu anggota sarang lainnya, dengan cara
menggerakkan tubuh maju-mundur dan menyentuh antena semut lainnya dengan
antenanya sendiri. Dengan taktik cerdik ini, mereka mengumpulkan pasukan
tambahan untuk membantu para penjaga.
Selain
blokade biasa yang dilaksanakan pada siang hari, semut menjadi sangat agresif
pada masa paceklik sampai-sampai saling membunuh. Sebuah koloni semut dapat
memusnahkan koloni lain dalam waktu 10-14 hari.
Penyebab
perang lain adalah ketika suatu koloni memasuki wilayah kekuasaan koloni lain.
Semut menandai koloni mereka dengan feromon. Ketika koloni lain memasuki daerah
itu, mereka mengenali feromon yang dikeluarkan koloni sebelumnya, sehingga
biasanya tidak menetap di daerah itu. Akan tetapi, jika koloni yang baru datang
ini memutuskan untuk tetap tinggal, peperangan tidak dapat dihindari.
Dalam
situasi seperti ini, semut rangrang berlari ke daun terdekat dan meninggalkan cairan
sekresi tertentu. Ketika bertemu teman sesarang, ia memberitahukan soal perang
yang terjadi dengan gerakan-gerakan tertentu. Teman-temannya menanggapi
panggilan ini dan bergerak menuju zona peperangan mengikuti para pekerja. Dalam
jangka waktu setengah jam, lebih dari seratus semut telah mencapai arena
pertempuran.
Singkatnya,
semut menjalani hidup yang canggih, dengan batas-batas alaminya, sistem
keamanan dan informasi dalam melawan bahaya, serta pasukan yang cukup tangguh
untuk menjaga seluruh koloni. Untuk membangun sistem seperti ini dam mendidik
anggota koloni untuk menaatinya, dibutuhkan suatu kekuasaan yang didasari
kecerdasan berpikir, kesadaran, dan pendidikan. Tapi tidak terlihat adanya
pembuat rencana dan sistem pendidikan dalam koloni semut. Sistem ini dirancang
oleh sebuah kekuatan yang tak terlihat dan dianugerahkan kepada semua semut
sejak mereka pertama kali ada di muka bumi ini. Dengan kata lain, Allah yang
menciptakan semut telah memilih sistem pertahanan yang rumit bagi mereka dan mengilhami
mereka program yang mereka perlukan untuk menjalankan sistem ini.
Sekarang
mari kita lihat sistem ini secara terperinci.
Taktik Pertahanan
Dalam
perang antarkoloni terdapat sejumlah taktik yang digunakan semut. Mereka
berjalan sambil meluruskan kaki seperti egrang, mengangkat kepala dan perut,
serta terkadang sedikit menggembungkan perut. Tujuannya adalah membuat dirinya
terlihat lebih besar daripada sesungguhnya.72
Taktik
pertahanan lain yang mereka gunakan adalah “menjinakkan musuh”. Semut jenis S. invoila mengeluarkan racun selagi
bertempur, dengan cara menggerakkan perut dan membuka rahang bawahnya
perlahan-lahan. Musuhnya, yang mencoba melindungi diri dari racun ini, membuka
rahangnya dan meneteskan air gula ke rahang semut beracun yang terbuka. Hal ini
dilakukan karena serangan semut racun menurun kalau sudah mendapatkan makanan.
Pendek kata, tujuannya adalah mengalihkan perhatian semut dan menjinakkannya.
Taktik ini tentu tidak terbatas pada yang
disebut di sini. Semut dapat menggunakan lebih banyak lagi teknik-teknik
canggih di ajang peperangan, dengan memanfaatkan sifat-sifat fisik mereka dan
kecerdasan yang diberikan kepada mereka.
Semut Penghasil Asam
Salah
satu teknik terpenting semut untuk membela diri adalah produksi racun atau asam
format dalam kantung racun di tubuh mereka. Penggunaan racun ini ampuh untuk
melawan musuh. Racun mereka bahkan dapat menyakiti manusia. Ketika menyengat,
mereka menyebabkan alergi pada sebagian orang. Asam format juga manjur untuk
mengusir musuh.
Kalau
kita menerima teori evolusi, kita juga harus mengakui bahwa pada awalnya semut
primitif tidak memiliki sistem racun dalam tubuhnya. Entah bagaimana, sistem
racun ini terbentuk belakangan melalui proses evolusi. Akan tetapi, hipotesis
ini bertentangan dengan logika karena sistem racun hanya dapat bekerja bila
racun dan organ penyimpannya telah terbentuk. Organ ini harus memiliki struktur
bersekat untuk mencegah perembesan racun ke bagian tubuh lainnya. Selain itu,
harus ada saluran bersekat yang menghubungkan kantung racun dengan mulut.
Selain ini semua, harus ada juga sistem otot dan susunan mekanis agar racun
dapat disemburkan ke arah musuh (Sebenarnya, sebuah kelenjar lagi juga
dibutuhkan untuk “melumasi” daerah perputaran perut, yang menyemburkan racun).
Organ-organ
ini tidak mungkin berkembang secara bertahap melalui proses evolusi. Seandainya
satu saja organ ini tidak ada, sistem ini tidak akan berfungsi sehingga semut
akan mati. Maka, hanya ada satu kemungkinan: “sistem pertahanan kimiawi” ini
pasti telah ada sejak awal. Ini membuktikan bahwa terjadi perencanaan yang
dilakukan secara sadar yang juga dikenal dengan nama “Penciptaan”.
Ada
pertanyaan lain yang tidak ditemukan jawabannya oleh para evolusionis. Selain
bisa menggunakan racun ini tanpa membahayakan dirinya, bagaimana semut
mengetahui cara memproduksi racun dalam tubuhnya (dalam kantung racun)?
Jawabannya sangat jelas dan mudah: Sebagaimana makhluk hidup lainnya di alam
semesta ini, semut dengan sistemnya yang sempurna telah diciptakan sekaligus,
tidak berubah secara bertahap sebagaimana menurut teori evolusi. Sang Maha
Pencipta telah menciptakan pusat pembuatan racun dalam tubuh mereka dan Dia
pula yang telah mengilhami mereka tentang cara menggunakannya dengan benar.
Dialah Allah, Sang Pencipta alam semesta.
Semut yang Dapat Berhitung
Bagaimana
mungkin seekor serangga sederhana dapat mengukur kekuatan lawan? Menariknya,
semut dapat melakukannya dengan kemampuan matematisnya.
Ada
beberapa cara yang digunakan semut pekerja untuk mengukur kekuatan lawannya
secara tidak langsung. Salah satunya adalah “menghitung kepala” ketika
berpindah dari satu penyerang ke penyerang berikutnya. Jika teman sesarangnya
menang jumlah – misalnya tiga lawansatu – mereka menyadari ketidakseimbangan
ini dan semakin cenderung melawan. Jika kondisi sebaliknya terjadi, mereka akan
mundur. Metode kedua adalah “menyensus” musuh. Jika sebagian besar semut
pekerja lawan yang ditemuinya adalah pimpinan (mayor), koloni lawannya mungkin
jumlahnya lebih besar, karena koloni yang memiliki banyak mayor biasanya adalah
koloni sudah cukup tua/lama.73
Bom Berjalan
Pengorbanan
terbesar yang dilakukan semut demi koloninya adalah menghancurkan koloni musuh
dengan cara bunuh diri untuk membela koloninya. Banyak jenis semut siap
melakukan teknik kamikaze ini, tetapi yang paling dramatis adalah semut pekerja
dari spesies Camponotous dari
kelompok saundersi yang hidup di
hutan hujan Malaysia.
Semut Camponotous pertama kali ditemukan pada
tahun 1970 oleh dua orang ahli entomologi. Secara anatomi dan tingkah laku,
semut ini diprogram untuk menjadi bom berjalan. Mereka memiliki dua kelenjar
raksasa mengeluarkan racun. Kedua kelenjar ini berada dari pangkal rahang bawah
sampai ujung belakang tubuh. Ketika semut terdesak selagi bertempur, baik oleh
semut lawan atau oleh pemangsa yang menyerang, otot perutnya berkontraksi
secara cepat, membuat dinding tubuhnya meledak, dan menyemprotkan sekresinya ke
arah musuh.74
Pengorbanan besar seperti ini tentunya
tidak dapat dijelaskan dengan teori seleksi alam maupun proses sosialisasi yang
dipercayai para pendukung evolusi. Sebagaimana ditekankan sebelumnya, makhluk
yang mampu berkorban ini bukanlah seorang manusia yang memiliki kecerdasan,
pendidikan, perasaan, dan kehendak, melainkan seekor semut. Andaipun kita
menganggap bahwa semut telah mengalami perubahan fisik – meskipun ada fosil
semut yang tidak berubah sedikit pun selama 80 juta tahun – jelas sekali bahwa
perubahan fisik semata tidak cukup untuk menghasilkan kemampuan semut di atas.
Tidak ada mutasi yang dapat menyebabkan transformasi mendadak yang membuat
semut menjadi makhluk yang mampu berpikir, mempertimbangkan, merasakan, dan
meraba.
Andaipun
kita asumsikan bahwa ada seekor semut yang pada suatu hari mau berkorban demi
membela koloninya, tidak mungkin pengorbanan ini ada dalam gen semut dan
diwariskan kepada semut lainnya.
Semut Pedagang Budak
Hubungan
antara semut parasit, Formica subintegra,
dan budaknya, Formica subserica,
sangat menakjubkan karena menunjukkan pengaruh sinyal kimia pada kehidupan
sosial semut. “Perbudakan” adalah salah satu taktik perang semut yang sangat
cerdas dan mungkin juga yang paling menarik.75
Kadang-kadang,
ketika para tentara suatu koloni menyadari bahwa mereka dapat mengalahkan
koloni lain dengan mudah, mereka mulai mencari budak. Mereka menyerang sarang
koloni lain, membunuh ratunya, dan merampok “pot-pot madu” yang berisi nektar –
maksudnya semut-semut yang tubuhnya berisi nektar. Hal yang paling penting
adalah, mereka menculik larva-larva dari ratu yang dibunuhnya. Larva-larva ini
kelak berkembang menjadi semut muda, yang menjadi “semut budak”. Semut budak
bertugas merawat anak semut dan mencari serta menyimpan makanan untuk koloni
yang mengalahkannya.
Ketika
sebuah koloni semut diserang oleh semut parasit, semut tentara mereka tidak
mampu mencegah pencurian telur dan kepompong mereka akibat feromon dari semut
parasit. Feromon ini mirip dengan zat yang mereka hasilkan sendiri, yang
digunakan untuk peringatan bahaya. Oleh karena itu, ketika zat ini dikeluarkan
semut parasit dalam jumlah besar, koloni semut yang diserang semut parasit akan
melarikan diri, tidak melindungi koloninya.
Sebagaimana
diketahui, setiap spesies semut mengeluarkan feromon yang berbeda.
Feromon-feromon ini digunakan untuk menandai daerah kekuasaan, mengumpulkan
informasi mengenai lokasi dan jumlah musuh, sebagai komando untuk menyerang
dalam perang, serta sebagai tanda bahaya.
Ada
satu hal yang menarik. Semut parasit tahu tanda bahaya koloni semut
musuhnya. Mereka meniru tanda bahaya ini dan menggunakannya untuk tujuan
tertentu. Akibatnya, koloni musuh hancur disiplinnya akibat feromon tiruan yang
dikeluarkan semut parasit, dan lari ketakutan tanpa sempat menyusun sistem
pertahanannya. Artinya, semut parasit menghancurkan sistem pertahanan musuh
dengan taktik yang sangat cerdik, seolah-olah telah disiapkan oleh seorang ahli
strategi perang yang andal. Selain itu, semut parasit sudah memiliki prasarana
informasi dan produksi zat-zat kimia yang dibutuhkan untuk melaksanakan
strategi ini sejak lahir – yaitu sejak pertama mereka diciptakan.
Beberapa
spesies semut memiliki budak yang melakukan segalanya bagi mereka. Contohnya adalah semut
Amazon merah, Polyergus. Semua semut
Amazon adalah dari jenis tentara. Rahang bawah mereka besar dan tajam, khusus
dibuat untuk berperang. Mereka tidak dapat mencari makan ataupun merawat bayi. Semut ini menyerang sarang
spesies semut hitam berukuran kecil dan menculik kepompong dan larvanya. Semut
yang terlahir dari kepompong ini dibawa pulang oleh penculiknya, disuruh
melakukan berbagai pekerjaan untuk semut Amazon, dan tinggal bersama koloni
Amazon, meskipun sarang mereka berdekatan. Bahkan, ketika koloni semut Amazon
harus bermigrasi ke tempat lain, mereka memerintahkan budak-budaknya untuk
melaksanakan kepindahan mereka, sehingga koloni ini dapat bergerak cepat.76
Semut dapat membela diri terhadap makhluk
hidup yang berukuran besar sekalipun karena kemampuannya meninggalkan jejak.
Salah satu contoh yang tepat adalah pertempuran semut dengan capung.
Semut-semut yang melihat capung dapat berkumpul berkat sistem pelacakannya,
kemudian bersama-sama menyerang dan membunuhnya. Dalam contoh lain, dengan cara
yang sama mereka mengalahkan ulat yang menyerang seekor anggota koloni,
meskipun ukuran ulat ini lebih besar daripada ukuran mereka.
Mungkin kelihatannya biasa saja apabila
makhluk hidup menyerang atau bertarung dengan makhluk lain demi mempertahankan
hidup, atau demi makanan. Akan tetapi, jika seekor hewan bekerja sama dengan
hewan lain, dari spesies yang sama, untuk bersama-sama melawan musuh, dan jika
mereka mengomunikasikan taktik perang satu sama lain, hal ini patut mendapat
perhatian.
Kecerdasan, perencanaan, dan pertimbangan
dibutuhkan dalam memilih taktik, bertempur secara teratur dan disiplin, dan
menggunakan sistem komunikasi untuk menjaga keteraturan dan disiplin tersebut.
Misalnya, strategi perang dewasa ini ditentukan berdasarkan pengalaman manusia
selama bertahun-tahun. Perwira angkatan bersenjata menjalani berbagai latihan
di akademi militer dan mempelajari taktik-taktik seperti ini. Mereka juga perlu
membangun sistem komunikasi yang khusus dibuat untuk menjalankan strategi
mereka.
Meskipun
demikian, para tentara yang kita bicarakan sebelumnya, yang menentukan tugas
dan taktik penyerangan dengan menggunakan sistem komunikasi kimiawi, yang
menyerang musuh bersama-sama, dan, jika perlu, yang mengorbankan dirinya
sewaktu-waktu demi kepentingan semut lain dalam pasukan, mereka tidak pernah
mendapatkan pelatihan maupun menerima informasi. Mereka adalah semut yang
panjangnya hanya beberapa milimeter dan tidak memiliki kemampuan berpikir.
Pakar Penyamaran
Misteri spesies semut Basiceros baru berhasil dipecahkan akhir-akhir ini. Semula para
ilmuwan menganggap semut ini termasuk spesies langka karena baru menemukan
spesies ini satu kali dan tidak pernah menemukannya lagi.
Akan tetapi, seorang peneliti memecahkan
misteri semut ini pada tahun 1985. Ia menemukan bahwa semut ini
sama sekali bukan spesies langka. Seorang peneliti bernama La Selva, yang
memecahkan misteri ini, menggambarkan semut Basiceros
sebagai ahli pembuat ilusi, karena mereka dapat menjadi “tidak terlihat” kapan
saja.
Apa yang membuat
mereka tidak terlihat?
Berbeda dengan spesies semut lain, tubuh
spesies Basiceros ditutupi dua lapis
bulu yang ujungnya bercabang. Ketika mereka berjalan di tanah, segala jenis
debu, tanah, dan potongan rumput menempel pada bulu ini. Perbedaan lainnya
antara semut ini dan semut lain adalah, mereka jarang membersihkan kotoran yang
menempel. Maka, sebagaimana ditunjukkan pada gambar, mereka benar-benar sesuai
dengan lingkungan tempat tinggalnya. Jika dilihat dari luar,
sulit sekali menemukan mereka. Semut ini hanya dapat dilihat ketika mulai
berjalan. Akan tetapi, meskipun sudah begini pun, mereka berjaga-jaga untuk
melindungi diri dari burung, kadal, bahkan manusia. Mereka adalah semut
terlambat di muka bumi ini. Ketika diganggu, semut ini dapat berdiri diam
selama beberapa menit.
Teknik
kamuflase yang digunakan sepesies semut ini sangat mengejutkan, karena tidak
mungkin seekor semut membangun sistem pertahanan dengan cara menentukan
karakter fisiologisnya sendiri. Semua keistimewaan ini (tubuh yang ditutupi
rambut, tidak membersihkan diri sebagaimana layaknya semut lain, serta bergerak
sangat lambat) pasti telah ditentukan sebelumnya, sehingga semut yang terlahir
ke dunia ini telah dilengkapi dengan berbagai karakter tersebut.
Akibatnya, kita menghadapi sebuah
kebenaran besar. Spesies semut ini juga telah diciptakan oleh Allah dengan
segala sifat yang telah dirancang sebelumnya, sehingga menunjukkan sifat-Nya
sebagai Sang Pencipta pada kita.
Footnotes:
72) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, Journey to the
Ants, Harvard University Press, 1994, hlm. 70.
73) Ibid, hlm. 71.
74) Ibid, hlm. 67.
75) Roger Caras, Venomous Animals of the World, hlm. 84
76) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 284.
77) Ibid, hlm. 185-186.
BAB 6
MELESTARIKAN RAS
Sebagian besar anggota koloni semut adalah
semut betina. Semut jantan berusia lebih pendek. Satu-satunya tugas mereka
ketika dewasa adalah mengawini ratu semut muda. Semut jantan mati tak lama
setelah kawin. Semua semut pekerja adalah betina. Pendek kata, semua komunitas
semut sebenarnya terdiri atas ibu dan putrinya.
Semut memiliki kehidupan sosial yang harmonis
meskipun jumlah mereka besar. Dalam koloni semut, kita dapat menyaksikan setiap
tahap dalam kehidupan masyarakatnya.Tujuan hidup semut, yang terikat pada
koloninya dengan pengorbanan yang besar, tidaklah bersifat individual. Mereka
semua, bersama-sama, ibarat tubuh yang satu, dan tujuan mereka adalah
melestarikan hidup tubuh itu. Mereka tidak berpikir dua kali untuk mengobankan
nyawa, jika itu dapat melangsungkan hidup koloninya. Contoh terbaik hal ini
adalah kejadian yang menimpa semut jantan setelah perkawinan.
Mati demi Kelangsungan Hidup Rasnya
Perkawinan
semut berlangsung bagaikan sebuah upacara. Perkawinan semut kebanyakan terjadi
di udara. Para pejantan datang lebih dahulu dan menunggu kedatangan sang ratu
muda. Ketika seekor betina hinggap di tanah (si betina juga memiliki sayap
sebelum kawin), 5-6 pejantan mulai berlari mengelilingi sang ratu. Ketika si
betina telah mendapatkan cukup sperma, ia mengirimkan sinyal berbentuk getaran.
Pejantan memahami sinyal ini sebagai tanda bahwa si betina siap untuk
melepaskan diri. Tak lama setelah perkawinan, semut pejantan mati.78
Pengorbanan
seperti ini sangat sulit untuk dijelaskan. Demi kelangsungan rasnya, semut
jantan rela mengikuti upacara perkawinan yang berakhir dengan kematiannya. Hal
ini merupakan suatu sikap yang sulit dijelaskan dengan teori evolusi.
Berdasarkan logika evolusi, setiap makhluk hidup hanya memikirkan kelangsungan
hidupnya. Namun, perkawinan semut jantan dengan semut betina telah terjadi
selama jutaan tahun, meskipun si pejantan mengetahui bahwa pada akhirnya ia
akan mati.
Satu-satunya
teori yang dapat menjelaskan fenomena ini adalah bahwa semut jantan bertindak
sesuai inspirasi Sang Pencipta. Jika bukan karena inspirasi ini, tidak mungkin
seekor makhluk, yang katanya telah melalui tahap seleksi alam, akan
mempertahankan sifat pengorbanan ini selama jutaan tahun. Berdasarkan
prinsip-prinsip dasar teori evolusi, semut jantan seharusnya mencoba melepaskan
diri dari “upacara kematian” ini dengan berbagai cara, meskipun berarti spesies
semut akan musnah. Akan tetapi, kenyataannya ribuan spesies semut masih tetap
ada di muka bumi ini dengan koloni beranggotakan ratusan ribu ekor. Tidak
seekor pun semut jantan melarikan diri dari ritual yang akan mengakhiri
hidupnya.
Setelah Perkawinan
Setelah
kawin, si betina mencari sarang yang sesuai. Setelah
menemukannya, ia masuk dan segera melepaskan sayapnya. Kemudian, ia menutup
pintu masuk dan tinggal di sana sendirian tanpa makanan selama beberapa minggu.
Lalu, ia bertelur. Selama masa ini, ia memakan sayapnya. Ia memberi makan larva
yang baru menetas dengan air liurnya sendiri. Usaha yang memakan waktu dan
tenaga ini adalah salah satu contoh pengorbanan lain. Selama sisa hidupnya,
sang ratu diberi makan oleh koloninya.
Karena
keterbatasan makanan, keturunan pertama sang ratu bertubuh kecil. Merekalah
semut pekerja pertama yang merawat keturunan selanjutnya, dan terus berkorban
dengan cara yang sama. Generasi semut baru yang dirawat dengan baik ini
kemudian tumbuh lebih besar, karena mendapatkan gizi yang lebih baik.
Pendiri Bank Sperma yang Pertama
Sebagaimana
disebutkan sebelumnya, semut jantan tidak berumur panjang. Usia mereka berkisar
antara beberapa jam sampai beberapa hari setelah perkawinan. Meskipun demikian,
pejantan yang sudah kawin ini meninggalkan sperma yang membentuk keturunannya,
yang lahir bertahun-tahun setelah ia mati. Bagaimana sperma ini disimpan
sehingga tetap hidup dan dapat membuahi telur untuk menghasilkan semut baru?
Mungkinkah semut telah mengembangkan teknologi supercanggih dan membangun bank
sperma?
Setiap
ratu semut memiliki bank sperma dalam tubuhnya. Setelah menerima ejakulasi dari
pejantan, sang ratu menyimpan sperma dalam kantung oval di dekat ujung
perutnya. Dalam organ spermatheca ini, setiap sperma dinonaktifkan secara
fisiologis dan disimpan dalam keadaan ini selama bertahun-tahun. Ketika kelak
sang ratu mengeluarkan sperma ini ke saluran reproduksinya, baik satu-satu
maupun dalam kelompok kecil, sperma diaktifkan kembali dan siap membuahi telur
yang masuk ke saluran dari indung telur79. Ini berarti bank sperma
yang kita kenal 25 tahun ini melalui teknologi tinggi, telah digunakan oleh
semut sejak jaman prasejarah.
Mekanisme
bank sperma yang baru terpikir oleh manusia sekitar 50 tahun yang lalu, telah digunakan
oleh semut selama jutaan tahun. Karena semut tidak mungkin melakukan prosedur
yang digunakan manusia, seperti mendirikan laboratorium dan memasukkan
mekanisme ini ke dalam tubuhnya, mereka pasti telah memiliki mekanisme seperti
ini sejak awal. Jika kita menduga bahwa mekanisme ini tidak mereka miliki sejak
awal, pertanyaan-pertanyaan di bawah ini akan muncul.
Ketika
semut muncul di dunia untuk pertama kalinya, apakah pejantannya juga mati saat
upacara perkawinan? Jika tidak, mengapa sekarang mereka mati? Apakah kematian
dalam upacara perkawinan ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa di alam
ini yang cocoklah yang akan menang?
Karena
semut jantan mati tak lama setelah upacara perkawinan, bukankah seharusnya
semut sudah lama punah andai saja tidak ada tempat penyimpanan sperma yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup spesies ini?
Jika
bank sperma semut sudah ada sejak semut ada pertama kalinya, siapakah yang
memperlengkapi tubuh mereka dengan mekanisme ini?
Ini
hanyalah beberapa contoh pertanyaan yang harus dijawab oleh mereka yang tidak
percaya akan keagungan penciptaan oleh Sang Pencipta. Ribuan pertanyaan lain
mengenai kelangsungan hidup spesies semut dapat saja muncul, yang masing-masing
mengarah ke masalah penciptaan berencana yang tidak dapat dijawab oleh para
evolusionis.
Pengorbanan Para Pekerja
Telur
dari sang ratu dan semut muda yang belum dewasa ini hidup di ruang pemeliharaan
dalam sarang semut. Jika suhu dan kelembapan udara membahayakan bagi semut
muda, para pekerja membawa telur dan semut muda ke lingkungan yang lebih
sesuai. Pada siang hari, mereka menyimpan telur dekat ke permukaan agar hangat,
lalu membawa telur kembali ke ruangan yang lebih dalam pada malam hari atau
ketika hujan.
Ini
berarti para pekerja berusaha melindungi telur dan semut muda dengan cermat dan
berusaha agar mereka tetap nyaman. Jika hari sedang panas, sebagian semut
pekerja membawa larva berkeliling sarang untuk mendinginkannya. Sebagian
menutupi dinding sarang dengan kulit kepompong buangan untuk mencegah kelembaban.
Sebagian lagi mencari makanan. Setiap tindakan ini menunjukkan bahwa semut ini
baik hati. Seekor membawa larva berkeliling sarang untuk mendinginkannya,
sementara seekor menyekat dinding sarang dengan kulit kepompong –teknik sekat
yang modern – untuk mengatur suhu. Namun, jangan lupa bahwa semut yang bersikap
sangat penyayang ini tidak memiliki kemampuan berpikir. Bagaimanapun majunya
teknologi mereka, ilmu pengetahuan tidak akan dapat menemukan penyebab
pengorbanan yang ditunjukkan serangga kecil ini. Selain itu, pengorbanan ini
sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsip dasar teori evolusi.
Contoh-contoh
ini menunjukkan betapa makhluk hidup juga bertindak menurut kehendak Allah dan
mereka pun mematuhi-Nya. Rahasia ini dijelaskan dalam Al Quran sebagai berikut:
Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada
di langit dan semua yang makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat,
sedang mereka (malaikat)tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan
mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada
mereka). (Surat An-Nahl: 49-50)
Harta Karun Semut
Semua
kegiatan koloni semut berkisar seputar ratu dan telurnya. Ratu semut yang
bertugas bereproduksi ini sangat dijunjung tinggi oleh rakyatnya. Semua keperluan sang ratu dipenuhi para pekerjanya. Hal terpenting yang
dilakukan semut pekerja adalah melayani sang ratu dan memastikan bahwa sang
ratu dan bayinya selamat.
Ttelur
semut sebagai harta karun yang paling berharga bagi koloni. Ketika semut merasakan
bahaya mengancam larva, yang pertama ia lakukan adalah memindahkannya ke tempat
aman. Akan tetapi, karena bayi semut mati jika berada di udara kering di luar
sarang selama beberapa jam, para pekerja berusaha menjaga kelembapan udara
tempat larva berada. Ada berbagai teknik yang mereka gunakan untuk hal
ini. Pertama, mereka membangun sarang sedemikian rupa untuk menjaga kelembapan
udara dan tanah. Selain itu, semut yang menjadi perawat bayi memindahkan semut
muda naik-turun di dalam sarang untuk mencari tempat yang paling sesuai.
Kebutuhan bayi semut berubah-ubah sesuai usia. Misalnya, telur dan larva
membutuhkan lingkungan yang lembap, sedangkan kepompong semut harus diletakkan
di lingkungan yang benar-benar kering. Para pekerja tetap melaksanakan tugasnya
selama 24 jam tanpa henti untuk menyelesaikan kewajibannya.80
Semut pekerja tidak bertelur, melainkan
mengabdikan dirinya mengurus telur-telur ratunya. Mereka menghadapi risiko
kerja yang tinggi, karena medium lembap yang dibutuhkan telur dan larva ideal
bagi pertumbuhan bakteri dan jamur yang berbahaya bagi kesehatan semut.
Bagaimana para pekerja melindungi dirinya di
lingkungan yang tidak sehat ini? Selain menciptakan semut dengan tubuh yang
sempurna, Allah menganugerahi mereka teknik pertahanan diri. Kelenjar
metapleural di rongga dada semut dewasa terus-menerus menghasilkan
senyawa-senyawa yang dapat membunuh bakteri dan jamur. Oleh
karena itu, koloni semut jarang sekali terserang infeksi bakteri dan jamur81.
Dapatkah Darwinisme Menjelaskan Pengorbanan Semut?
Charles Darwin, penggagas teori evolusi,
menyatakan bahwa tujuan mendasar dari proses evolusi adalah bertahan hidup.
Menurut pandangan Darwin, ketika seekor hewan memiliki sifat yang meningkatkan
kemampuannya untuk bertahan hidup, hewan ini memiliki kelebihan. Karena
kelebihan ini, mereka selamat dan menghasilkan lebih banyak keturunan, sehingga
akhirnya sifat ini tersebar ke seluruh anggota spesiesnya. Oleh karena itu,
evolusi akan meningkatkan pertahanan diri, bukan pengorbanan diri82.
Meskipun demikian, teori Darwin mengenai
seleksi alam diruntuhkan dengan ditemukannya berbagai contoh pengorbanan diri
yang ditunjukkan semut. Sulit sekali bagi para pendukung teori evolusi untuk
menemukan jawaban kejadian ini. Bahkan, banyak dari fenomena ini yang sudah
ditemukan sejak Darwin masih hidup. Darwin sendiri menulis dalam bukunya, The Origin of Spesies.
Banyak sekali naluri hewan yang begitu
menakjubkan, sehingga proses pembentukannya mungkin dapat digunakan oleh para
pembaca sebagai sebuah alasan untuk menolak teori saya. Pada kesempatan ini,
saya ingin menyampaikan bahwa saya tidak ada hubungannya dengan asal mula
kekuatan pikiran, seperti halnya saya tidak ada hubungannya dengan kehidupan
ini sendiri.83
Setelah adanya pengakuan yang begitu terbuka,
hipotesis yang dikemukakan Darwin untuk menyelamatkan teorinya semakin
mendapatkan tantangan. Berdasarkan penjelasan Darwin terhadap situasi yang
membingungkan ini, seleksi alam tidak terjadi pada level individu, melainkan
pada level kelompok, dalam kelompok di dalam kelompok.
Meskipun demikian, ini tidak lebih dari
pendapat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya, karena pendapat ini hanya
berupa perkiraan yang dikemukakan untuk menyelamatkan teorinya dan tidak
didasarkan pada penemuan nyata maupun pengamatan. Para pendukung evolusi yang
muncul setelah Darwin tidak dapat menjelaskan sifat pengorbanan yang ada pada
hewan.
Sulit kita menjelaskan pengorbanan dan
kedermawanan yang dilakukan semut, rayap, lebah, dan serangga sosial lainnya
sebagaimana dicontohkan sebelum ini, dengan menggunakan teori evolusi. Hanya
ada satu penjelasan mengapa seekor hewan merelakan keamanan dan kenyamanannya
demi keamanan dan kenyamanan anggota koloninya: strata sosial dalam koloni
telah ditentukan oleh perancang yang menyadari apa yang dilakukannya dan
perancang ini telah memberikan tugas yang berbeda pada setiap anggota kelompok.
Anggota kelompok mematuhi pembagian tugas ini dan, jika perlu, mengorbankan
dirinya. Yang terpenting bagi hewan-hewan ini adalah kelangsungan hidup
kelompoknya, dan pengorbanan yang dibutuhkan untuk itu tidak dilakukan karena
kemauan serangga yang tidak memiliki kesadaran dan pertimbangan, melainkan
karena kemauan pengaturnya.
FOOTNOTES:
78) National Geographic, Juni 1984,
hlm. 790-791.
79) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, Journey to the Ants, Harvard
University Press, 1994, hlm. 30.
80) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 374.
81) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, Journey to the Ants, Harvard
University Press, 1994, hlm. 195.
82) Peter Farb & editors Time-Life Books, The Insect, hlm. 170.
83) Charles Darwin, The Origin of Species, Senate Press, London, 1994,
hlm. 273.
BAB 7
MAKAN DAN BERBURU
Setiap makhluk hidup menggunakan cara yang
berbeda untuk memuaskan kebutuhan pangannya. Bab ini membahas taktik semut
ketika mencari makanan, cara komunikasi mereka, dan persaingan dalam
mendapatkan makanan. Semua taktik yang digunakan seekor serangga kecil dalam
mendapatkan makanan ini menunjukkan kebesaran, keagungan, dan kekuasaan Allah
Yang Maha Mengetahui, yang telah menciptakan makhluk ini.
Bagaimana “keluarga” yang beranggota ratusan
ribu memperoleh makanan? Satu hal yang paling penting bagi kelangsungan hidup
koloni adalah kemampuannya memecahkan masalah makanan. Setiap semut dalam
koloni memiliki kewajibannya masing-masing.
Sebagaimana aspek kehidupan mereka yang lain,
semut bekerja secara sistematis dalam menyelesaikan masalah pangan. Semut
pekerja tua ditugaskan sebagai penjelajah yang mensurvei tanah di sekitar
sarang untuk mendapatkan sumber makanan bagi koloni yang populasinya mencapai
ratusan ribu (bahkan terkadang jutaan). Ketika para penjelajah
menemukan sumber makanan, mereka mengumpulkan teman-teman sesarang di sekitar
makanan. Jumlah semut yang berkumpul bergantung pada besar dan kualitas sumber
pangan ini. Semut menyelesaikan masalah makanan dengan jaringan komunikasi yang
sangat kuat dan juga dengan kemurahan hati mereka; semut tidak pernah berkata
“Hanya aku”.
Semut yang Saling
Memberi Makan
Semut dari spesies yang berlainan berusaha
tidak saling bertemu selagi mencari makanan. Setiap spesies mencari jalan
masing-masing untuk mencapai sumber makanan. Jika semut tidak sengaja memasuki
wilayah kekuasaan koloni lain, perang pun terjadi. Dalam situasi seperti ini,
semut penjelajah segera kembali ke sarangnya dan menutup pintu masuknya,
sedangkan seluruh anggota koloni berkumpul dan bersama-sama melindungi koloni
dari bahaya.
Jadi, bagaimana semut makan selama
pertempuran, padahal mereka tidak sempat mencari makanan?
Pada saat ini, muncullah keistimewaan semut
yang tidak ada pada makhluk hidup lainnya. Selama mereka tidak dapat mencari
makanan, semua anggota koloni memakan cadangan makanan yang tersimpan dalam
tembolok semut pekerja muda.
Sebenarnya, teknik pembagian makanan ini
dilakukan tidak hanya pada saat-saat tertentu, tetapi sepanjang hidup mereka.
Semut tidak hanya membawa butiran makanan di dalam tubuhnya, tetapi juga saling
memberi makan dari mulut ke mulut. Ketika semut pemburu pulang membawa makanan
cair, ia menggelengkan kepalanya ke kanan-kiri untuk menarik perhatian
kawan-kawannya atau langsung menghampiri mereka dan menunjukkan butiran makanan
di mulutnya.84 Makanan cair dipompa dari tembolok sehingga pembagian
makanan berlangsung cepat. Pertukaran makanan ini merupakan contoh berbagi yang
luar biasa. Sekam dan biji-bijian yang dibawa ke sarang juga dimakan semua
semut bersama-sama. Oleh karena itu, kebutuhan makanan seluruh koloni dapat
dipenuhi tanpa masalah.
Sistem ini menjadi bukti yang tidak dapat
disanggah akan keberadaan sosok “perancang yang agung”. Tidak mungkin sistem
penyimpanan yang begitu rumit dan membutuhkan pengorbanan besar ini dapat
terbentuk tanpa direncanakan. Selain itu, setiap semut yang lahir mengetahui
sistem ini. Oleh karena itu, keharusan membagi makanan pastilah telah diketahui
semut sebelum ia menetas, bukan dipelajari sesudahnya. Semut tidak saja
diilhami dengan rasa rela berkorban, tapi juga dianugerahi dengan struktur
tubuh yang sesuai, sehingga ia dapat membagi makanan yang sudah disimpannya di
dalam tembolok. Sebuah “kebetulan” tentunya tidak mungkin menjadi penyebab
fenomena ini, melihat tingginya pengorbanan diri yang ada. Sebagaimana
ditekankan berulang kali dalam buku ini, teori evolusi senantiasa menggambarkan
bahwa semua makhluk hidup bersaing dan berjuang mempertahankan hidupnya. Oleh
karenanya, teori ini sangat sulit menjelaskan contoh pengorbanan yang dilakukan
spesies semut. Semut hidup dalam sistem yang membuat mereka saling berbagi
makanan. Ini membuktikan bahwa tingkah laku mereka berbeda dengan apa yang
disodorkan teori evolusi. Semut tidak “bertempur” demi keselamatan dirinya,
tetapi menjalankan tugas yang diberikan kepadanya (sebagaimana dikatakan dalam
Al Quran, “diilhamkan kepada mereka”), sehingga dapat mengubah koloninya yang
beranggotakan ratusan ribu atau bahkan jutaan semut menjadi masyarakat sejati.
Dalam Al Quran surat An-Nahl, Allah
menggambarkan Dia memberi ”wahyu” kepada hewan, sehingga hewan menjalankan
kewajiban sesuai perintah-Nya:
Dan Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon
kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari
tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan
(bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (Surat An-Nahl:68-69)
Tentu
saja, tidak semua tugas hewan tertulis dalam Al Quran. Lebah madu hanyalah salah
satu contoh. Bila kita memperhatikan semut, dapat kita lihat bahwa hewan kecil
ini bertindak sesuai tugas yang diilhamkan kepadanya seperti lebah madu, yang
juga murah hati, sosial, dan setia.
Membawa Makanan
dengan Teknik yang Rasional
Semua spesies semut, yang jumlahnya mencapai
kira-kira 8800 spesies, mencari makanan dan membawanya pulang dengan cara yang
berbeda-beda. Dalam spesies-spesies tertentu, semut berburu sendirian dan
membawa pulang makanannya masing-masing. Spesies lain berburu berkelompok dan
membawa serta menjaga makanannya bersama-sama.
Kalau mendapatkan makanan yang ukurannya
cocok bagi tubuhnya, biasanya semut membawanya sendirian. Kalau ukuran makanan
terlalu besar atau kalau semut menemukan beberapa gundukan kecil makanan di
suatu daerah, mereka mengeluarkan hormon beracun untuk mencegah semut lain agar
tidak menghampiri daerahnya. Kemudian, mereka memanggil para pekerja lain, besar
maupun kecil, untuk bersama-sama mengangkut makanan.
Dalam kehidupannya, semut juga mengenal
pembagian tugas yang sangat sempurna. Semut besar memotong-motong makanan dan
menjaganya dari hewan-hewan asing, sementara semut kecil membawa pulang
makanan. Semut pekerja mengangkat makanan dengan rahangnya dan membawa makanan
di depan selagi kembali ke sarang. Kalau bekerja berkelompok, semut dapat
membawa potongan makanan yang lebih besar. Mereka
mengangkat makanan menggunakan satu atau dua kaki. Pada saat yang sama mereka
juga menggigit makanannya dengan rahang terbuka. Semut pekerja menggunakan cara
yang berbeda-beda berdasarkan posisi dan arahnya. Semut yang di depan bergerak
mundur sambil menyeret makanan. Semut yang di belakang berjalan maju sambil mendorong
makanan. Semut yang di samping membantu mengangkat. Dengan cara ini, semut
dapat mengangkat makanan beberapa kali lebih berat dari yang bisa dibawa seekor
semut. Berdasarkan pengamatan, ditemukan bahwa jika semut bekerja sama, mereka
dapat mengangkat beban seberat 5000 kali berat yang dapat diangkat seekor semut
pekerja. Seratus ekor semut dapat membawa seekor cacing besar di atas tanah dan
bergerak dengan kecepatan 0,4 cm per detik.
Semut dan Jejak Bau
Teknik
komunikasi dengan jejak (mengikuti jejak bau) sering digunakan oleh semut.
Banyak contoh yang menarik dalam hal ini:
Suatu
spesies semut yang hidup di gurun pasir di Amerika mengeluarkan bau khusus yang
diproduksi di kantung racunnya jika ia menemukan serangga mati yang terlalu
besar atau berat untuk dibawanya. Teman-temannya sesarang dari jauh dapat
mencium bau yang dikeluarkan dan mendekati sumbernya. Ketika jumlah semut yang
berkumpul di sekitar mangsa sudah cukup, mereka membawa serangga tersebut ke
sarang.
Ketika semut api berpisah untuk mencari
makanan, mereka mengikuti jejak bau selama beberapa lama, lalu akhirnya
berpisah dan mencari makanan masing-masing. Sikap semut api berubah jika sudah
menemukan makanan. Kalau menemukan makanan, semut api kembali ke sarang dengan
berjalan lebih lambat dan tubuhnya dekat dengan tanah. Ia menonjolkan sengatnya
pada interval tertentu dan ujung sengat menyentuh tanah seperti pensil
menggambar garis tipis. Demikianlah semut api meninggalkan jejak yang menuju ke
makanan85.
Semut yang Bertindak sebagai Kompas
Semut
yang bertugas mencari makan biasanya menjalankan tugas dengan cara yang sulit
dijelaskan. Ia
berangkat ke sumber makanan dengan berjalan berkelok-kelok, tetapi kembali ke
sarang dengan rute lurus yang lebih singkat. Bagaimana mungkin seekor semut
yang hanya dapat melihat beberapa sentimeter ke depan bisa berjalan lurus?
Untuk menjawab pertanyaan ini, seorang
peneliti bernama Richard Feynman meletakkan sebongkah gula di salah satu ujung
bak mandi, lalu menunggu seekor semut datang dan menemukannya. Ketika semut
yang pertama kali datang ini kembali ke sarangnya, Feynman mengikuti jejaknya
yang berkelok. Kemudian Feyman mengikuti jejak semut-semut berikutnya. Ternyata
Feynman menemukan bahwa semut yang datang belakangan tidak mengikuti jejak yang
ditinggalkan; mereka lebih pintar, mengambil jalan memotong sampai akhirnya
jejaknya menjadi berbentuk garis lurus.
Diilhami hasil penelitian Feynman, seorang
ahli komputer bernama Alfred Bruckstein membuktikan secara matematis bahwa
semut-semut yang datang selanjutnya memang meluruskan jejak berkelok itu.
Kesimpulan yang didapatnya sama: setelah beberapa ekor semut, panjang jejak
dapat diminimalkan menjadi jarak terpendek antara dua titik – dengan kata lain,
membentuk garis lurus86.
Apa yang diceritakan tadi tentu saja
membutuhkan keahlian jika dilakukan oleh manusia. Ia tentu harus menggunakan
kompas, jam, maupun perlengkapan yang lebih canggih lagi untuk menentukan suatu
jarak. Orang ini harus juga menguasai matematika. Berbeda dengan
manusia, penunjuk jalan semut adalah matahari, sedangkan kompasnya adalah
cabang pohon dan tanda alam lainnya. Semut mengingat bentuk tanda-tanda ini,
sehingga dapat menggunakannya untuk menemukan rute pulang terpendek, meskipun
rute ini benar-benar baru baginya.
Meskipun kedengarannya mudah, sebenarnya cara
in sulit dijelaskan! Bagaimana mungkin seekor makhluk kecil seperti semut, yang
tidak memiliki otak maupun kemampuan berpikir dan mempertimbangkan, melakukan
perhitungan seperti in?
Bayangkan
jika seorang manusia ditinggalkan di hutan yang tidak dikenal. Walaupun orang
ini mengetahui arah yang harus dituju, ia akan kesulitan menemukan jalan yang
tepat dan mungkin saja tersesat. Selain itu, ia juga harus melihat keadaan
sekitar dengan hati-hati dan mempertimbangkan jalan mana yang terbaik. Namun,
semut bertindak seolah-olah mengetahui benar cara menemukan jalan. Pada malam
hari, mereka dapat menemukan dan mengikuti jalan yang mereka tempuh saat
menemukan makanan pada pagi harinya, meskipun kondisinya berubah.
Teknik Berburu yang Sempurna
Beberapa spesies semut menggunakan gigi untuk
memakan telur laba-laba, ulat, serangga, dan rayap. Banyak spesies semut
(misalnya Dacetine) yang khusus
memakan serangga tanpa sayap. Serangga yang dimangsa Dacetine ini hidup berkelompok di tanah dan di daun busuk. Ia juga
memiliki tonjolan berbentuk garpu di bawah tubuhnya. Ketika ia bergoyang dan
berdiri tegak, organ ini melontarkan tubuhnya ke udara dan bergerak maju
bagaikan kangguru mini. Semut Dacetine menggunakan
rahangnya bagaikan perangkap hewan untuk menghadapi manuver mangsanya. Ketika
semut pencari makan mencium bau serangga dengan antenanya, ia mengintai dengan
rahang terbuka 180 derajat. Semut ini mengaitkan gigi kecilnya pada rahangnya
dengan cara menekankannya ke langit-langit mulut. Lalu, semut memeriksa
sekitarnya dengan menggerakkan antenanya ke depan. Kemudian semut mendekati
serangga perlahan-lahan. Ketika antenanya menyentuh mangsanya, si serangga
kecil terjangkau oleh gigi bawah semut. Ketika semut menurunkan langit-langit mulutnya,
rahangnya mendadak menutup dan mangsanya terjepit di antara giginya.87
Semut yang diceritakan ini tidak pernah
meleset karena rahangnya memiliki refleks tercepat di dunia.
Kecepatan kedipan mata kita sangat lambat
jika dibandingkan dengan kecepatan gigitan semut ini ketika menjebak mangsanya.
Kelopak mata kita membuka dan menutup dalam sepertiga detik; rahang semut Odontomachus bawi bekerja 100 kali lebih
cepat. Gigitan tercepat yang teramati memakan waktu 0,33 milidetik88.
Struktur
rahang semut penjebak panjangnya sekitar 1,8 milimeter. Pada bagian dalamnya
terdapat kantong udara yang menempel ke trakea. Sistem ini menyebabkan gigi
dapat bergerak cepat. Rahangnya berfungsi sebagai perangkap tikus mini. Ketika
berburu, rahang terbuka lebar dan siap menutup setiap saat. Kecepatan
menggigitnya berkurang menjelang akhir proses menggigit. Agar giginya tidak
beradu terlalu keras, gerakan rahang diperlambat dengan sistem otot khusus89.
Tidak mungkin mekanisme berburu yang
begitu rumit terbentuk melalui proses evolusi, tanpa proses perancangan
terencana dan terjadi secara acak.
Satu-satunya kebenaran yang dapat diterima
adalah adanya sebuah kekuatan yang menciptakan semut dengan semua karakter
mereka yang menakjubkan dan cara hidup mereka yang sempurna. Kekuatan ini
adalah Allah yang Maha Kuasa atas segala yang ada di alam dan di jagat raya.
FOOTNOTES:
84) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 292.
85) Ibid, hlm. 270-271.
86) Discover, Januari 1994, hlm. 63.
87) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 563
.88) Science, Vol. 262, 22 Oktober 1993.
89) Bert Holldobler-Edward O. Wilson, The Ants, Harvard University
Press, 1990, hlm. 56
BAB 8
KESIMPULAN
Kami telah menyajikan beberapa contoh
pengaruh seni penciptaan Allah pada makhluk hidup yang besarnya hanya beberapa
sentimeter. Kita hanya mengkaji “beberapa contoh” karena sebenarnya masih ada
ratusan lagi bukti yang berhubungan dengan semut yang dapat disebutkan.
Meskipun demikian, semua contoh yang tertulis dapat dijadikan bahan untuk
merenungkan kekuasaan Allah.
Tidak boleh dilupakan bahwa di seluruh muka
bumi terdapat pelbagai bentuk kehidupan. Kehidupan yang dianugerahkan Allah
kepada semut kecil, yang memiliki sistem yang rumit dan mampu melakukan
berbagai aktivitas, juga telah dianugerahkan kepada setiap makhluk hidup yang
tinggal di setiap milimeter persegi bumi ini. Organisme bersel satu, serangga,
binatang buas, dan tumbuh-tumbuhan, semua diciptakan dengan program yang sempurna,
seperti halnya semut.
Semua keajaiban penciptaan ini tidak pernah
terpikirkan oleh manusia sehari-hari, atau manusia hanya melihatnya tanpa
berusaha memahaminya.
Dengan buku ini, kami berusaha menyingkirkan
kabut tebal yang menutupi mata masyarakat dalam kehidupan modern. Tujuan kami
adalah mempersembahkan kembali bukti-bukti keberadaan Allah yang kekal kepada
mereka yang melupakan-Nya karena terlalu terpesona dengan hal-hal duniawi,
seperti pekerjaan, rumah, dan uang. Tujuan kami yang lain adalah memberi mereka
yang percaya pada-Nya, hal-hal baru untuk direnungkan. Kedua
tujuan ini sangat penting. Sebagai langkah besar menuju tercapainya kedua
tujuan ini, kami menganalisis keajaiban ciptaan-Nya dalam buku ini, sehingga
Penciptanya dapat dikenal. Allah menjelaskan betapa pentingnya menganalisis
ciptaan-Nya, sebagaimana Dia sebutkan dalam satu-satunya petunjuk kita untuk
mencapai kebenaran, yaitu Al Quran:
Dan Kami
hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami
tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi
pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)
(Surat Qaf:7-8)
Tujuan kami adalah membuat pembaca menganggap
pesan dalam buku ini sebagai pesan yang “harus dipelajari dan diingat”. Dengan
demikian, kita tidak akan terbawa arus dalam sebuah masyarakat yang telah
meninggalkan Allah dan melupakan-Nya. Pembaca harus menggali dalam-dalam
keberadaan dan kekuasaan Allah serta menyusun hidupnya berdasarkan kebenaran
ini.
Allah telah menciptakan semua makhluk-Nya
agar senantiasa dekat dengan-Nya. Mereka yang meninggalkan Allah akan
mendapatkan hukumannya.
0 komentar:
Posting Komentar