Seekor keong muda tampak memperhatikan kegiatan satwa di
kelilingnya. Ada burung-burung yang mampu terbang tinggi. Sejumlah kelinci yang
asyik berlari-larian di rerumputan hijau, melompat kesana dan kemari. Ikan-ikan
yang begitu menikmati sejuknya alam air danau yang begitu luas.
“Aih asyiknya mereka,” ucap sang keong menampakkan
kekaguman.
Saat itu juga, sang keong muda menyadari sesuatu dari
dirinya yang dirasa begitu banyak kekurangan. Ia tak bisa terbang seperti
burung. Tak bisa berjalan cepat, apalagi berlari dan melompat, seperti kelinci.
Dan tak bisa berenang seperti ikan-ikan.
“Andai aku seperti mereka…,” gumam sang keong memperlihatkan
penyesalan diri.
Bayangan wajah-wajah ceria para hewan di sekitarnya kian
membuat dirinya merasa terpuruk. “Tuhan tidak adil!” ucapnya kemudian.
Di luar kesadaran sang keong muda, seekor keong tua menghampiri.
“Jangan berpikir picik tentang keadilan Tuhan, anakku!” ucapnya bijaksana.
“Berbaik sangkalah kepada Yang Maha Bijaksana, suatu saat,
kau akan tahu di balik rahasia ciptaan-Nya…,” sambung sang keong tua sambil
berlalu meninggalkan sang keong muda yang masih kebingungan.
Belum lagi kebingungan itu hilang, si keong muda dikejutkan
dengan suara pekikan tiga ekor burung elang yang meliuk-liuk di udara.
Ketiganya pun menukik ke arahnya, ikan, dan kelinci.
Spontan, tubuh sang keong menyusut dan langsung tertutup
rumahnya yang begitu keras. Burung elang yang gagal memangsanya pun terbang
meninggalkan diri sang keong yang mulai mengintip ke arah ikan dan kelinci.
Begitu miris, seekor ikan dan kelinci sudah berada dalam
genggaman kaki dua ekor elang yang langsung terbang membawa mangsanya ke arah
ketinggian.
Saat itulah, ia tersadar sesuatu. “Ah benar apa yang
dikatakan pak keong tadi. Begitu banyak rahasia di balik keadilan Yang Maha
Pencipta,” ucapnya membatin.
**
Salah satu kelemahan kita adalah ketidakmampuan menangkap
rahasia keunggulan diri yang telah disediakan oleh Yang Maha Bijaksana.
Paradigma berpikir negatif kian menjerumuskan kita kepada sebuah gugatan
tentang keadilan Tuhan.
Perhatikanlah, dan bukalah tempurung kepicikan diri yang
telah mengungkung kita dalam kegelapan cara berpikir dan bertindak. Berusaha
dan bersyukurlah, suatu saat, akan kita temukan begitu banyak anugerah Allah
dalam diri kita yang tersekat oleh cara kita melihat diri kita sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar