1. Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Yunus bin Abdil A’la, dia berkata: Aku mendengar Imam Asy-Syafii berkata: “Kalau seorang menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu.” (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)
2.sufiyyun mengatakan :
IMAM SYAFI’I
(Muhammad bin Idris, 150-205 H)
Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu:
- Mereka mengajariku bagaimana berbicara
- Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati
- Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, vol. 1, hal. 341)
padahal Imam Syafi’i mencela mereka seperti perkataan beliau Rohimahullah
* Imam Asy-Syafii mengatakan: “Tidaklah aku melihat seorang sufi yang berakal sama sekali.” (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)
Imam Asy-Syafii rohimahulloh berkata: “Tidaklah ada seorang yang berteman dengan orang-orang sufi selama 40 (empat puluh) hari, kemudian akalnya akan kembali selama-lamanya. Dan beliau membacakan syair:
??? ????? ??? ???? ?????? … ???? ???? ??? ???? ????
Tinggalkan orang-orang yang bila datang kepadamu menampakkan ibadah
Namun jika bersendirian, mereka serigala buas (Talbis Iblis hal. 371)
* Imam Asy-Syafii juga berkata: “Dasar landasan tasawwuf adalah kemalasan.” (Al-Hilyah 9/136-137)
Sebagai tambahan. suatu waktu Imam Waki (salah satu guru Imam Asy-Syafii) berkata kepada Sufyan bin ‘Ashim: “Kenapa engkau meninggalkan hadits Hisyam?” Sufyan bin Ashim menjawab: “Aku berteman dengan satu kaum dari sufiyyah, dan aku merasa kagum dengan mereka, kemudian mereka berkata: ‘Jika kamu tidak menghapus hadits Hisyam, kami akan berpisah denganmu’.” Maka Imam Waki’ berkata: “Sesungguhnya ada kedunguan pada mereka.” (Talbis Iblis hal 371-372)
3. sufiyyun mengatakan dan mengklaim Ibnu Taimiyah Ulama pembela sufi
IBNU TAIMIYYAH
(661-728 H)
Salah seorang ulama yang pada awalnya dikenal sangat sulit menerima tasawuf (seperti juga aliran baru yg mengaku Salafy dan Wahaby saat ini) dedengkotnya fatwa bid’ah, yang merupakan penentang tasawuf paling getol, pada akhirnya sebelum Ibnu Taimiyah menemui ajal, akhirnya mengakui bahwa tasawuf adalah jalan kebenaran, sehingga beliaupun mengambil bai’at dan menjadi pengikut Tarekat Qadiriyyah. Berikut ini perkataan Ibnu Taimiyyah didalam kitab Majmu al Fatawa Ibn Taimiyyah, terbitan Dar ar Rahmat, Kairo, Vol. 11, hal. 497, dalam bab. Tasawuf :
“Kalian harus mengetahui bahwa para syekh yang terbimbing harus diambil dan diikuti sebagai petunjuk dan teladan dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tarekat para syekh itu adalah untuk menyeru manusia kepada kehadiran dalam Hadhirat Allah dan ketaatan kepada Nabi.”
Kemudian dalam kitab yang sama hal. 499, Ibnu Taimiyah berkata, “Para syekh harus kita ikuti sebagai pembimbing, mereka adalah teladan kita dan kita harus mengikuti mereka. Karena ketika kita berhaji, kita memerlukan petunjuk (dalal) untuk mencapai Ka’ bah, para syekh ini adalah petunjuk kita (dalal) menuju Allah dan Nabi kita.”
Di antara para syekh sufi yang beliau sebutkan didalam kitabnya adalah, Syaikh Ibrahim ibn Adham ra, Syaikh Ma’ruf al Karkhi ra, Syaikh Hasan al Basri ra, Sayyidah Rabi’ah al Adawiyyah ra, Syaikh Abul Qasim Junaid ibn Muhammad al Baghdadi ra, dan juga guru kami Syaikh Abdul Qadir al Jailani, Syaikh Ahmad ar Rifa’i ra, dll.
Dalam satu kesempatan, Ibnu taymiyah ketika ditanya tentang kasus yang menimpa Bayazid Bistami dan Al-Hallaj beliau mengatakan bahwa keduanya tidak sesat hanya saja beliau menyayangkan mengapa ungkapan-ungkapan mereka saat ekstase (Jadhab) itu terpublikasikan.
Didalam kitab “Syarh al Aqidah al Asfahaniyyah” hal. 128. Ibnu Taimiyyah berkata, “Kita (saat ini) tidak mempunyai seorang Imam yang setara dengan Malik, al Auza’i, at Tsauri, Abu Hanifah, as Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Fudhail bin Iyyadh, Ma’ruf al Karkhi, dan orang-orang yang sama dengan mereka.” Kemudian sejalan dengan gurunya, Ibnu Qayyim al Jauziyyah didalam kitab “Ar Ruh” telah mengakui dan mengambil hadits dan riwayat-riwayat dari para syekh sufi.
mereka mengira dan mengklaim kalau Ibnu taimiyyah mengatakan bahwa syaikh harus diikuti ya Syaikh ahlussunnah bukan syaikh sufi
karena mereka tidak melihat dan belum membaca celaan Ibnu Taimiyyah terhadap perkataan jalaludin rummi :
. Jalaluddin Ar Rumi, seorang tokoh sufi yang kondang berkata : “Aku seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani, Brahmawi, dan Zaradasyti, bagiku tempat ibadah sama … masjid, gereja, atau tempat berhala-berhala.” (Dinukil dari kitab Ash Shufiyyah Fii Mizanil Kitabi Was Sunnah karya Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal. 24-25.)
dan pendapat yg mengenai
Pembagian ilmu menjadi Syari’at dan Hakikat, yang mana bila seseorang telah sampai pada tingkatan hakikat berarti ia telah mencapai martabat keyakinan yang tinggi kepada Allah Ta’ala, oleh karena itu gugurlah baginya segala kewajiban dan larangan dalam agama ini.
ibnu Taimiyah berkata :
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Tidak diragukan lagi oleh ahlul ilmi dan iman bahwasanya perkataan tersebut termasuk sebesar-besar kekafiran dan yang paling berat. Ia lebih jahat dari perkataan Yahudi dan Nashrani, karena Yahudi dan Nashrani beriman dengan sebagian dari isi Al Kitab dan kafir dengan sebagiannya, sedangkan mereka adalah orang-orang kafir yang sesungguhnya (karena mereka berkeyakinan dengan sampainya kepada martabat hakikat, tidak lagi terkait dengan kewajiban dan larangan dalam agama ini, pen).” (Majmu’ Fatawa, juz 11 hal. 401).
mau menipu tapi tertipu,diakhir hayat ibnu taimiyah tapi gk cntumin thunnya..
ini namanya mau menipu ahlussunnah..
IMAM AHMAD BIN HANBAL
(164-241 H)
Ulama besar pendiri mazhab Hanbali berkata, “Anakku, kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” (Ghiza al Albab, vol. 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi).
kitab Ahmad yang mana yang berkata dan mendukung dan membuat statement seperti itu?
lihatlah klaim-kalaim mereka yang sengaja tokoh mereka tulis dikitab mereka untuk pengakuan padahal tidak ada satupun ‘ulama ahlussunnah yang mereka sebut itu menulis satupun pujian kepada tasawuf yang ada sebaliknya hanya mencela mereka.
Allahulmusta’an
0 komentar:
Posting Komentar