Senin, 29 Oktober 2012

Makna Manahij al-Mufassirin




            Kata Manahij al-Mufassirin merupakan kata gabung yang terdiri dari kata “Manahij”  dan kata “Mufassirin” . Kata Manahij  merupakan bentuk jamak[1] dari kata Manhaj. Kata manhaj dan minhaj  berarti jalan yang jelas. Dikatakan : “Thariq Nahj”  berarti jalan yang nyata dan jelas, dan “Sabil Manhaj” berarti jalan yang nyata dan jelas, dan “Manhaj al-Thariq”  berarti jalan yang nyata. Kata minhaj  sama dengan kata manhaj. Di dalam al-Tanzil  disebutkan :
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
“untuk tiap-tiap ummat antara kamu Kami berikan aturan dan minhaj (jalan yang terang).” [2]


            Kata Minhaj  berarti jalan yang berkesinambungan. Kata “Anhaja al-Thariq”  berarti jalan itu menjadi jelas dan nyata. Kata “Nahajtu al-Thariq”  berarti aku menempuh jalan. Kalimat “Fulan yastanhij sabil fulan”  berarti sesorang mengikuti jejak orang lain. Kata “Nahj” juga berarti jalan yang lurus. Kata “Nahaja al-Amru”  dan “Anhaja al-Amru”  bermakna sama, yakni suatu masalah menjadi jelas.[3]

            Sedangkan kata “Mufassirun”  merupakan bentuk jamak dari kata mufassir, yakni bentuk fa’il (pelaku) bagi kata “fassara” . Mengenai kata “tafsir”  akan dijelaskan pada postingan selanjutnya.

            Dari uraian singkat ini jelaslah bahwa kata “Manahij al-Mufassirin”  memiliki arti jalan dan cara yang ditempuh oleh para penafsir Kitabullah Ta’ala.

            Setiap mufassir pastilah memiliki metode dan manhaj  tafsir tersendiri. Ada yang bertumpu pada uraian balaghah al-Qur’an dan segi-segi kemukjizatannya. Ada yang menempuh cara yang ditempuh para fuqaha’ , sehingga berkonsentrasi pada ayat-ayat hukum. Ada yang lebih mengedepankan aspek bahasa dan I’rab. Ada yang berkonsentrasi pada tafsir ma’tsur. Ada yang sibuk dengan tafsir dirayah  dan ra’yu. Ada yang berlebihan menuturkan masalah-masalah rasional dan filosofis. Ada yang memakai metode yang berantakan, takwil-takwil yang dipaksakan, dikuasai oleh bid’ah yang sesat dan akidah yang menyimpang. Ada yang sengaja menyusupkan khurafat, hadis-hadis maudhu’  dan isra’iliyyat  untuk mengacaukan akidah kaum muslim dan menghancurkan agama mereka. Dan masih banyak lagi model-model yang ditempuh oleh para mufassir.

            Karena itu kitab-kitab tafsir seperti itu harus dijelaskan dan dipaparkan metodologinya agar yang benar Nampak kebenarannya dan yang bathil nampak kebathilannya.



[1] Lihat al-Tafsir  wa al-Mufassirun, I/366.
[2] QS. al-Maidah [5] : 48
[3] Lihat al-Irsyad  karya Imam al-Haramain, al-Mawaqif  karya al-Jurjani dan al-Maqashid  karya al-Taftazani.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com